Bagi orang yang melaksanakan puasa, ada dua kebahagiaan ; kebahagiaan ketika berbuka dan kebahagiaan bertemu dengan Rabbnya ( Muttafaq’alaihi)
Entah
ada istilah telat atau tidak tentang tulisan ini. Yang jelas, tulisan ini baru
diketik setelah peringatan nuzulul Quran, meski ide sudah jauh-jauh hari
(intinya males hahahaa).
Yaa....tidak
dipungkiri bahwa bulan Ramadhan adalah bulan yang spesial, mulai dari
nilai-nilai spiritual,hingga fun activities yang menggelayut. Bulan puasa
merupakan bulan yang identik dengan momen-momen kasih sayang dan kebersamaan
yang dipioneri oleh iklan menyentuh hati di tivi sampai dengan acara reuni yang
diramu dalam buka bersama.
Entah
siapa yang mencetuskan acara buka bersama ini, nampaknya agenda menjadi agenda
wajib, mulai dari rekan kerja hingga teman-teman sekolah dahulu kala. Bagi
mereka yang eksis, pastilah sudah menjadwal, menandai kalender, kapan dengan
siapa dan dimana. Saat-saat seperti inilah, biasanya momen saling melupakan
kesalahan dan mempererat silaturrahim.
Selain
urusan waktu, yang jadi perbincangan acara ifthar jama’i biasanya adalah
tempat. Maklumlah ya, agenda yang diisi dengan makan-makan sedikit merepotkan
terutama di akhir, entah urusan cuci mencuci atau sekedar berhadapan dengan
mbak-mbak bagian administrasi. Mau di rumah sendiri atau rumah makan memang ada
preferensi dan pertimbangan masing-masing. Semuanya mempunyai fanbase, punya
plus dan minus juga. Bagi mereka yang menyukai berbuka di rumah mungkin punya
beberapa alasan, seperti:
a. Lebih
irit. Hahahaaa.....tetep ya urusan dompet jadi pertimbangan.
b. Lebih
bebas dan santai. Ini biasanya jadi pertimbangan emak-emak yang punya krucil.
Pilih yang homey, yang kira-kira nggak suruh ganti kalau merusakkan barang,
wkwkwkkwk. Mau berlama-lama juga fine-fine aja. Apalagi dengan durasi maghrib
yang cepat, kita bisa atur waktu, santap ta’jil, di sela sholat, baru deh
santap berat. Kalau mau kayak begitu di resto kayaknya susah deh.
c. Nggak
antri. Ya iyalah.....kalau di resto apalagi menjelang maghrib itu cuacana dah
hectic, crowded. Belum tentu ucil-ucil bisa dikondisikan juga.
Akan tetapi, berbuka di rumah memang perlu tenaga ekstra, ya iyalah, selain memasak, acara ini juga dirangkai dengan mencuci piring sebagai endingnya. Kalau mau lebih praktis, tapi tetap santai, mungkin pesan nasi box bisa jadi pilihan, karena “hanya” menyisakan sampah.
Bagi
teman-teman yang bermodal, punya kesibukan yang tak bisa ditawar, mungkin lebih
memilih menyantap di luar, di rumah makan maksudnya. Apalagi alasannya selain
praktis. Nggak capek capek masak dan mencuci perabot.
Dimanapun
itu, apapun makanannya ( jiahhh...kayak iklan), yang penting niatnya ya. Jangan
sampai agenda agung ini justru merepotkan yang mengurangi keikhlasan. Jangan
pula acara yang berpotensi hingar bingar ini justru membuat kita lalai. Sudah
tahu kan kalau di waktu menjelang berbuka adalah waktu yang mustajab untuk berdoa.
“Sesungguhnya doa orang yang berpuasa ketika berdoa tidaklah tertolak ( Ibnu Majah)
Happy
fasting everyone....
Aku suka bukber, cuma kalau bisa sih cri yang dekat masjid juga jd bisa magrib dan kalau bisa teraweh juga :D
BalasHapusho oh mbak, betul, :)
BalasHapus