Jika Pendidikan Suami Lebih Rendah.....
Yang namanya
cinta, memang tidak memandang status, usia, maupun pendidikan ya. Apalagi kalau
sedang dimabuk asmara (halahh) yang kita cari yang hepi-hepi, yang bikin kita
sama aja, abaikan yang bikin beda (aihhh, kayak Mario Bros, eh Mario Teguh)
Pada
umumnya, wanita akan mencari sosok yang dianggap lebih, lebih mapan, lebih
tinggi ilmunya, lebih ganteng de el el. Tapi kadang ada juga ya, faktor x yang
entah bagaimana lelaki itu bisa bikin wanita klepek-klepek, yang membuat
sebagian orang bertanya-tanya, “kok mau yaaa”.
Yah...mau
gimana lagi, bukankah cinta sejati itu yang tanpa alasan (aw....melting),
seperti saya misalnya, saya sarjana, suami lulusan SMA ( pisss, you’re still
the one beb). Walau bagaimanapun, suami tetaplah suami, yang merupakan pemimpin
sebuah rumah tangga dan mempunyai wibawa dan berhak untuk ditaati oleh istri.
So, bagaimana kita, sebagai istri harus menyikapinya? Ada beberapa hal yang
harus perhatikan agar tingkat pendidikan tidak menjadi sumber perselisihan...
Here they
come ;
a. Stop mengatakan “ siapa yang
lebih tinggi sekolahnya??” meski dalam skala kecil misalnya pas mengerjakan
TTS. Kita tidak tahu kondisi hati seseorang, bisa jadi suasana hati suami
sedang tidak enak, ditambah istri mengatakan itu, hadeeehhh...
b. Minta pendapat suami. Bukan
berarti kita yang berpendidikan tinggi, seenaknya mengambil keputusan.
Pendidikan yang lebih rendah belum tentu pengetahuannya juga rendah kan? Dengan
meminta pendapat dia, suami akan merasa di-orang-kan, merasa dibutuhkan oleh
seorang wanita
c. Berterima kasih atas pemberian
suami ( seberapapun itu). Yaa.... ini penting, karena itu berarti kita menghargai
usaha mereka, jerih payahnya.
d. Bergaul dengan kawan-kawannya
dengan baik. Yaaa...at least say hello, apa kabar, standar lahhh....Kalau kita
bersikap angkuh kan suami juga yang kena tooo?
e. Berargumenlah yang santun. Kalau kita
sedang membahas sesuatu, kalem sistaaa...kalau berbeda pendapat, sanggahlah
dengan santun dan tidak berapi-api....bolehlah dengan sedikit nakal...” bukan
begitu den bagus...bla bla bla...”
Okeyyy emak-emakk...ada ide yang
lain??? Baik baik yaaa dengan pasangannya. Kata Rasulullah, yang penting adalah
agamanya yaa. Kalau ilmu agamanya bagus, Insya Allah, dia bisa memuliakan
istri. Semoga menjadi keluarga yang barokah..
Aku s1, suami d3...tapi ga masalah...dari segi pekerjaan saat beliau melamar alhamdulilah sudah mapan, dan kini aku lebih memilih menjadi istri rumah tangga, dan kami bisa hidup berdampingan, tp posisi beliau tentu saja lebih tinggi karena sebagsi imam..
BalasHapusSekolah suamiku dulu jg ga seterkenal PTN ku tapi ndilalah ya aku orangnya ga liat liat latar belakang yg sering orang orang omongin di belakang itu mb, hihi
HapusTerbukti...pendidikan tinggi itu ga ngejamin orang itu sukses ga nya ya mb, asal tekun dan supel serta, baik fi masyarakat ya akhirnya akan dipandang juga
yoiii....etos kerja dan moral sosialnya bagus, sipp. pandai pandai memposisikan diri ya mak,
BalasHapusyang terpenting adalah akhlak dan moralnya yah Mbak,seberapa tinggipun sekolahnya jika moralnya bejad yah gak akan membanggakan juga :)
BalasHapussaya juga dulu termasuk yg mempermasalahkan mbak, walau pernah juga suka sama orang yg kala itu belum kuliah. Takut kalau kurang sepaham ke depannya
BalasHapus@irawati hamid : setujahhh....@rani : bisa jadi, bisa jadi, ya...pinter pinter menempatkan diri, biar seimbang yachh
BalasHapusYg penting bertanggung jawab dan berakhlak baik ya Mak. Eh aku blm bersuami je hihihi *doakan ya Maakk :))
BalasHapusYaaa benar, nek berakhlak baik insha allah tggjwb, smoga didekatkan dimudahkan jodohnya yaa:)
BalasHapusminimal sederajat akademiknya biar nyambung dikit, dan mmg bener selalu berterimakasih atas pemberiannya wlw kecil klw gak dipake atau gak suka malah bikin bete dan gak mau Bliin lagi hihi
BalasHapusiyaa mbak...untung saja dia orgnya curious, jadi byk blajar..( sekolah lewat google hihiiii)
BalasHapus