“Jadilah baik tanpa menjelekkan orang
lain”
Simbah
Nelson Mandela pernah berkata bahwa “pendidikan adalah senjata paling ampuh
untuk mengubah dunia.” Iya,
memang betul, bahwa pendidikan, luasnya pengetahuan bisa mempengaruhi taraf
hidup. Beragam ungkapan untuk motivasi menuntut ilmu bertebaran. Dari berbagai
sumber menyebutkan bahwa setelah terjadi pengeboman di Jepang, pertanyaan yang
terlontar dari kaisar Hirohito adalah berapa jumlah guru yang tersisa.
Ada
pepatah menyebutkan “tak ada ilmu yang sia-sia”. Selagi waktu dan usia masih
ada, why not? Ilmu agama sangat penting, sebagai bekal kita di akherat, tapi
Allah tak pernah melarang untuk mempelajari ilmu yang lain ( eee....tapi bukan
ilmu sihir ya, dosa, itu musyrik).
Jadi
sangat disayangkan, beberapa waktu yang lalu penulis pernah membaca seperti ini
“ jangan sampai anak lebih lancar bahasa Inggris ketimbang bahasa Arab.” Eh,
ada lagi orang, padahal guru, beliau bilang “ tar kan di akherat pertanyaannya
pake bahasa Arab, bukan bahasa Inggris.”
Marilah
tengok sejarah. Bahkan orang Islam dulu pun belajar berbagai ilmu. Ibnu Sina,
Al Farabi, Al Biruni, Al Khawarizmi. Siapa itu mereka bu? Ya, mereka adalah
ahli kedokteran, musik, Astronomi, matematika dan ilmu lain yang berkaitan.
See, Kita sudah dicontohkan para pendahulu kita untuk belajar banyak. Apa ini
melupakan ukhrowi? Ah, tentu saja tidak. Dengan keluasan ilmu yang dimiliki,
justru harusnya mempertebal iman. Bukankah salah satu cara mengakui dan
mengagumi keagungan Yang Maha Kuasa adalah dengan mempelajari semesta? Kalau
Nabi Muhammad tak pandai ilmu matematika, mana mungkin ia bisa jadi pedagang
yang erat dengan hitung-hitungan? Dengan kemampuan berbahasa Inggris, Ahmad
Deedat dan Zakir Naik berdakwah, mengislamkan banyak orang dengan bahasa Inggris.
Dengan
lebih mementingkan ilmu dan menjelekkan ilmu yang lain, dampaknya nggak baik
lho buat pembelajar cilik. Mereka bisa jadi enggan belajar cabang ilmu yang
lain. Gairah ke-ingintahuannya bisa runtuh seketika (halaah, ini lebay).
Bukankah Allah mengangkat derajat orang yang berilmu? Teringat teman saya yang
umroh, beserta rombongan dan segala perlengkapannya. Nah orang Arab bilang “
Lift, lift”, maksudnya deket situ ada lift, biar cepet. Eh, teman saya ini
nangkapnya “leave” suruh pergi. Jadi, tiap kali disuruh naik lift, dia malah
kabur, takut diusir, hahahaaa.......(garing yaa).
Jadi sodara-sodara, kalau ada yang bilang “nggak usah belajar bahasa asing, toh, nanti
di akherat pertanyaannya pake bahasa Arab”, dijawab aja sekalian : “ Berarti
nggak usah belajar matematika, fisika, IPS
dan segala ilmu duniawi. Toh nanti nggak ditanya rumus segitiga dan
ibukota Argentina”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar