# bahagia
itu sederhana
Yuppp...,last
Sunday, tanggal 23 November, tumben sekali si bapaknya bocah ngajakin
jalan-jalan. Ya, setelah aku resign dari kerjaan sebelumnya, yang notabene
lokasinya di tengah kota, nyaris tidak pernah kemana mana. Fokus kerjaan sama
ngurus anak (ceileee). Itu mah alibi doang, alasan sebenarnya yang sesuai fakta
adalah...tidak punya kocek lebih haish. Apalagi kerjaan baru dekat rumah, mana
full day, huffttt,. Lha, terus weekend ngapain? Weekend aku mah di rumah saja.
Istirahat, menghimpun tenaga buat hari Senin. Yuhuuu. Weekend, itu, waktunya
ngurus anak, nyuci baju, nyetrika ( wow, berlagak inem ).
Okay-okay,
stop it. Jadi ngelantur begini.
Kemarin itu
ceritanya, kami bertiga, dengan motor puter-puter sekitar. Some changes ternyata.
Mall yang semakin ramai, CFD alias car free day. Tak hanya lewat jalanan umum,
kami juga lewatin jalan gang-gang perumahan yang tak biasa aku lewati. Lapar?
Tentu saja. Aku kira dia bakal berhenti di warung makan (ngarep), eee....Cuma
beli gorengan 10.000 rupiah, huuuu..... Makannya bagaimana? Olala, ternyata
kita masih meneruskan “perjalanan “ ini. Kita, eh, kami, bermotor bertiga,
lewat gang-gang, jalanan yang jarang aku tempuh. Dan akhirnya, tarraaa...sampai
juga di kompleks yang cukup elit juga. Kami menyusuri jalanan yang mulai panas.
Di taman kecil, suami mengajak berhenti. Taman? Yaa begitu, lumayan teduh,
disampingnya, tak jauh dari situ terdapat restoran cepat saji. Lagi-lagi, PHP,
huhuuuuu, kirain bakal mampir kesitu ternyata Cuma di taman. Jadilah, Minggu
pagi kita habiskan di taman mungil dengan menikmati gorengan (tanpa minuman).
Dirinya tertawa, lepas. Yaaa...bahagia itu sederhana. Tidak perlu hiburan
mewah, yang penting hati kita nyaman, tidak ada ganjalan. Ya, aku tahu, mungkin
di hatinya, dia sebenarnya ingin membahagiakanku dengan cara lebih, tapi
terhalang oleh biaya. Tidak apa-apa, melihatmu bekerja, rajin, itu sudah
cukup.(hikshikshiksss)