Qiroati, bersihkan fikir jernihkan hati
Mengaji , belajar, tholabul ilmi, atau apapun namanya, yang
intinya adalah menuntut ilmu, memang membutuhkan fikir dan hati yang bersih
supaya ilmu mudah nyantol ke otak, bukan begitu jamaah???
Halah...gayanya macam ustadzah khotbah saja hihihiii.
Ceritanya nih, saya memang lagi belajar mengaji. What??? Apa enggak ketuaan
tuh? Pede aja lagi, seperti slogan di blog ini, never too old to learn yaaa.
Kalau mengaji sih, sebenarnya sudah saya tekuni sejak masih kanak-kanak yang
berlanjut dengan bolong-bolong (olala). Cuma...karena lingkungan kerja
saya yang religius dan sebagian besar
ada tahsin, jadi ketularan deh. Metodenya emang berbeda dibanding dengan ketika
saya kecil. Kami menyebutnya dengan metode Qiroati ( menurut cerita, sebenarnya
metode ini sudah lama dikembangkan, tapi kurang populer).
Awalnya, kami diminta untuk membaca AlQuran sebagai
“placement test”. Oh yaa? Metode ini seperti Iqro, yang punya tingkatan dari
satu hingga tingkat Gharib. Gharib??? Gharib lho bukan ghaib,....yaaaa...kalau
di dunia perkursusan seperti Advanced gitu. Jadi dari cara kami membaca kitab,
sang Guru sudah bisa menentukan kami termasuk kelas yang mana.
Sedikit mengejutkan, saya yang yang kenal ngaji sejak kecil,
ketika dites, masuk buku tiga. Kidding???? Hemmm.... ternyata bacaan yang
selama ini saya pakai banyak kesalahan, baik membaca huruf atau tajwidnya (
jangan-jangan dulu belajarnya sambil tidur nihhh). Ampuunnn... tapi tetap pede
dong, dengan lapang dada...meski anak didik sudah jauh melangkah, tapi saya
tidak akan menyerah. Menyerah untuk belajar maksudnya, bukan mengejar
ketertinggalan dari anak murid heheee( lha wong kelas 3 saja ada yang sudah
sampai buku 4, gimana mau ngejar coba???)
Susahnya....karena lidah saya sudah terbiasa dengan lafal
yang keliru, jadi saya seringkali harus mengulang-ulang bacaan, biar lentur
katanya. Untungnya, ustadznya engga killer gitu, masih ada sisipan humornya,
jadi betah ngajinya.
cc; thanks to +Wifa el khairah Ramadhan yaa...dah membantu saya menyalurkan bakat narsis saya hihihiiii.....
kalo saya ikut tahsin mbak...
BalasHapustapi dah level brpa ya saya lupa berhenti
hehee
mau lah ikut ngaji lagi
tetep semangat yaa mak, meski usianya dah mulai "senja" yaa. kadang kalo papasan sama anak murid tengsin juga nih
BalasHapus