Yang mengenyam bahasa Jawa ngacung......yappp....pertama-tama, saya mau menyampaikan bahwa postingan ini bukan sukuisme ataupun rasis ya. Ini lebih karena saya merasa orang Jawa dan menyajikan ilmu yang, ehm...barangkali belum pernah terdengar, jiahhh....kemarin-kemarin, saya pernah menuliskan makna tembang-tembang Jawa seperti Lir-Ilir ,see here dan Sluku-Sluku Bathok see here.
Tak jauh dari yang kemarin, lagi-lagi saya hendak menuliskan makna dari salah satu tembang Jawa. Kebanyakan dari kita mengenal tembang tersebut tapi belum tentu mengetahui artinya. Apalagi zaman sekarang, anak kecil di desa saja sudah fasih bahasa Indonesia sedangkan bahasa Jawa sendiri agak terbata-bata. Dulu di bawah asuhan simbah, kita didendangkan dengan bermacam lagu dolanan, sedangkan kini anak-anak lebih hafal lagu dewasa, oahemmm...
Okelah, tanpa basa-basi lagi, kali ini saya menyajikan lagu Gundul
Gundul Pacul. Ada yang masih ingat dengan tembang dolanan itu?(
jiahhh.....jebakan umur nih). Lagu yang digubah oleh Sunan Kalijaga ini memang
sarat dengan pesan, terutama pesan untuk pemimpin. Lupa-lupa ingat? Yang begini
nih liriknya:
Gundul Gundul Pacul cul, Gembelengan
Nyunggi-Nyunggi wakul kul, Petentengan
Wakul ngglimpang, segane dadi sak latar
Wakul ngglimpang, segane dadi sak latar
Kok sedikit ya? Lhooo....jangan salah nih.....sedikit itu
biar mudah dihafal, yang penting maknanya. Kita bahas satu-satu yukkk......
Gundul disini diibaratkan pemimpin. Ya...pemimpin merupakan
kepala. Pacul adalah lambang petani, wong cilik. Di sini diharapkan kalau menjadi
pemimpin, tetaplah merendah sebagaimana wong cilik, tidak semena-mena. Bagaimana
dengan kata gembelengan? Gembelengan itu kalau dalam bahasa Jawa artinya
seenaknya, menyepelekan.
pada baris kedua, ada kata nyunggi yang artinya memanggul,
membawa diatas kepala. Wakul artinya adalah tempat nasi. Wakul disini
diibaratkan amanah banyak orang yang tujuan intinya adalah menyejahterakan
rakyat. Petentengan itu seperti gembelengan, pecicilan, kebanyakan tingkah.
Nah, kalau kita membawa sesuatu di atas kepala tapi ceroboh,
tidak hati hati, jatuhlah apa yang dibawa. Itu disampaikan pada bait wakul
ngglimpang. Amanahnya bercececeran, kesejahteraan jauh api dari panggang.
Lagu sederhana yang kaya makna. Intinya, lagu ini
mengajarkan kepada kita, khususnya pemimpin. Pemimpin hendaknya tetap rendah
hati dan tidak sombong. Selain itu, hati-hati karena ia memegang amanah banyak
orang. Kalau berbuat seenaknya, semuanya jadi berantakan, rakyat jadi korban.
Ternyata lagu bukan sekedar lagu yaaahh ( idih, penutupnya
nggakk banget )
Orang jaman dulu kalau menciptakan lagu filosofinya dalem banget ya mbak :D
BalasHapushiiiyaaa mbak....simple tapii jlebb :)
BalasHapus