Yey, setelah
kemarin hectic dengan serangkaian tanggung jawab, akhirnya bisa cuap-cuap lagi
di blog kesayangan ini, hihiii.....Baiklah, daripada nyinyir tetangga, rekan
kerja apalagi pimpinan negara, marilah kalem sedikit, mengenal lebih dekat lagi
kepada sang teladan, pemberi syafaat kita di akhir zaman. Tulisan yang akan saya share ini merupakan oleh-oleh kajian dari ustadz yang tidak mungkin saya lahap sendiri (jadi jelas ya, yang dicetak miring bukan rekaan saya, xixiixi) Yup,....seri kemuliaan
Rasulullah is back. Semoga dengan kehadiran seri ini, kecintaan kita terhadap
Rasulullah semakin kuat, rohaniyah kita meningkat.
Suatu hari di
kota Makkah dilanda kekeringan yang sangat hebat, tumbuhan mengering,
hewan-hewan ternak menjadi kurus, bahkan sebagian orang mulai dilanda
kelaparan. Maka para pembesar Quraisy berkumpul untuk mencari solusi. Seseorang
di antara mereka mengutarakan idenya agar meminta kepada berhala mereka, yakni
latta dan uzza. Seseorang lagi menyanggahnya agar jangan meminta kepada latta
dan uzza tapi berhala yang lain yaitu manat.
Setelah lama
berdebat, seseorang bernama Waraqah bin Naufal yang mana adalah paman dari
Khdijah binti Khuwailid berkata,
“Di antara
kalian ada keturunan Ibrahim dan Ismail, saya sarankan agar kalian meminta
bantuan kepadanya.”
Lalu mereka
pun bertanya, “ apakah Abu Thalib yang anda maksud?”
Waraqah
menjawab, “ iya, mintalah bantuan kepadanya.”
Mereka
menyetujui saran dari Waraqah ibn Naufal dan segera menemui Abu Thalib untuk
meminta bantuan. Lalu mereka pun berkata kepada Abu Thalib
“Hai Thalib, lembah-lembah telah mengering dan makhluk-makhluk dilanda kehausan. Bangunlah dan mohonkan hujan untuk kami.”
Abu Thalib
berkata, “ Tunggulah sampai matahari tergelincir.”
Setelah matahari tergelincir Abu Thalib pun keluar bersama seorang anak muda yang rupawan, setiap langkahnya dinaungi awan...beliaulah Rasulullah Muhammad yang waktu itu masih sangat belia. Ia sandarkan punggungnya pada dinding ka’bah sambil memegang Muhammad, Abu Thalib mengangkat tangannya seraya berdoa, “ Turunkanlah hujan pada kami wahai Tuhan kami. Kami bertawasul kepadaMu dengan anak yang penuh keberkahan ini (Muhammad)
Langit yang
kala itu terang benderang, setelah Abu Thalib berdoa, maka awan berkumpul,
halilintar bersahutan, hujan pun deras mengguyur kota Makkah dan sekitarnya.
Allahumma Sholli
‘Alaa Sayyidinaa Muhammad Wa’alaa aali Sayyidinaa Muhammad.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar