Mudik nyookk
Lebaran masih jauh, puasa juga belum, tapi tiket buat
mudik udah habis wowooooww banget, dan ketahuan dong, sayalah yang ketinggalan
kereta. Lah...gimana ceritanya...okey, let me explain to you, KAI sudah
mengedarkan tiket H-90, daann mereka rela untuk begadang berburu tiket (jempol
dah buat mereka semua, two thumbs up). Memang sihh...kereta benar benar menjadi
moda transportasi yang tengah menjadi idaman. Nih yaa saya kasih tau..pakai
kereta itu, ga pake macet karena kan kereta dah punya jalan sendiri xixixi... (
mungkin kereta telat, tapi engga sering kok), bersih ; secara ada petugas
kebersihan yang rutin buat membersihkan, cukup adem ; meski bagi yang apes, AC
nya lemes apalagi untuk kelas ekonomi ( nrimo saja, namanya juga ekonomi, murah
meriah yang penting sampai rumah). Gak usah khawatir kebutuhan logistiknya.
Meski ga ada asongan yang keliling, kereta bahkan untuk kelas ekonomi pun,
dilengkapi dengan gerbong restorasi yang menyediakan makanan.
Untuk traveller yang engga sabaran seperti saya ini,
memang harusnya berkereta. Apalagi membawa little kid, takut gak betah di
jalan, pengen cepet sampe aja. Dengan
kereta, insya Allah, tepat waktu, delapan jam perjalanan. Kalau bis??? Sembilan
jam paling cepat, tapi itu sangat jarang terjadi, apalagi kalau memang pada
musim arus mudik. You have never experienced 30 hours in a bus??? Saya pernah,
huahaaaa.....tigapuluh jam di dalam bus yang biasanya ditempuh hanya 9-10
jam...wowww gituuu.
Buat yang terbiasa dengan kemacetan, sumpek dan
polusi, perjalanan ini itung-itung refreshing. Jalur kereta memang berbeda.
Biasanya, kereta melewati pedesaan, sawah-sawah yang kanan kirinya pegunungan,
indah sekali. Memang sih....agak berisik ( ini nih, yang bikin suami enggak
nyaman pakai kereta).
Maka dari itu, biasanya satu-satu. Berangkat naik
kereta, pulang naik bis ( alibi saja, karena kehabisan tiket kereta). It sounds
fair ya. Kata suami, naik kereta membosankan, sepanjang jalan hanya lihat sawah
dan pegunungan. Hoaahemm...apalagi kami hanya tiket ekonomi. Kursinya tegak-lurus,
agak-agak keras gimana gitu. Berbeda dengan bis, kursinya lebih empuk. Agak
keren sedikit sih, karena untuk naik bis, saya naikkan standar, yang ada AC
toilet. Why?? Bis ekonomi biasanya akrab dengan rokok, saya tidak suka itu.
Selain itu, kalau kebelet sewaktu-waktu, ga perlu nunggunin mampir pom
bensin,,yuhuuu...bikin penyakit saja. Paling tidak, masih ada sisi nyamannya
lah. I can’t imagine, bagaimana kalau macet total, penumpang lain ngrokok,
panas, kebelet pula.
Overall...semua ada enak-enggaknya. Untuk mendapat
tiket kereta memang tidak mudah, apalagi musim libur. H-90 dah pada pesan,
sialnya kalau pas begitu tiket beredar, tidak pegang uang, gigit jari
dah.karena tiket kereta tidak bisa DP, tapi full paid. Kalau bis, memang engga
harus H-90, H-7 biasanya juga masih open, cumaaa ya itu...kalau pas
crowded,,,ehmmm...nikmattt. yang lebih penting adalah, apapaun
transportasinya....jangan lupa berdoa.
سُبْحَانَ
الَّذِىْ سَخَّرَلَنَا هَذَا وَمَاكُنَّالَهُ مُقْرِنِيْنَ وَاِنَّآ اِلَى رَبّنَا
لَمُنْقَلِبُوْنَ –
SUBHAANAL
LADZII SAKHHORO LANAA HAADZAA WA MAA KUNNAA LAHUU MUQRINIINA WA INNAA ILAA
ROBBINAA LAMUNGQOLIBUUNA.
Artinya :
Maha suci
Allah yang memudahkan ini (kendaraan) bagi kami dan tiada kami mempersekutukan
bagi-Nya, dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar