Pemuda tanggung
itu memulai maghribnya dengan sepuntung rokok tingwe alias nglinting dhewe atau
yang lebih populer dengan kata udud. Tak hanya itu, pemuda yang kerap disapa
Sardot itu juga memutar radio dan meraih
buku TTS yang covernya wanita-wanita cantik.
“Mbok kamu wayah
maghrib ngaji le. Biar jadi orang pinter, kelak jadi pemimpin.”
“Nggak usah
ngayal to Simboke. Wong Cuma tamatan SD,
tiap hari macul ngarit, pemimpin wedhus.”
“Lha jangan
begitu Dot. Kalau bukan jadi pemimpin negara, setidaknya jadi pemimpin rumah
tangga.”
Dengan muka
manyun Sardot pun meraih peci hitam dan keluar, bukan ke kyai tapi ke pos ronda
menghabiskan rokoknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar