Orang-orang optimis melihat bunga mawar, bukan durinya. Orang orang pesimis terpaku pada duri dan melupakan mawarnya—Khalil Gibran
jadi inget lagunya siapa ya...??? |
Ini
bukanlah tentang tiga anak kecil yang malu-malu berjalan sebagaimana yang sudah
disuratkan oleh Taufik Ismail, pun ini bukanlah pesta valentine apalagi
festival musim semi dimana bisa menyaksikan sakura atau gugusan tulip yang
merekah. Ini adalah tentang karangan bunga yang tiba-tiba membanjiri balai kota
DKI beberapa waktu setelah cagub petahana, Ahok dinyatakan kalah dari
pesaingnya. Hahaha....pilkada Jakarta memang unik dan berisik hingga publik
seIndonesia Raya ikut panik. Kalau saya mah golput.....wong ktp saya Bekasi,
xiixixxiiii.
Beragam
ucapan tertulis di karangan bunga tersebut yang pada intinya sama, ucapan
terima kasih dan rasa cinta dari para fans-nya, prikitiew....meskipun
belakangan, muncullah karangan bunga yang bernuansa politis, beuh,....baunya
mulai nggak sedap ini. Layaknya bunga sedap malam yang tak pernah berjumpa
dengan malam.
Seperti
biasa, akan ada suara sumbang dan merdu dari sebuah fenomena (halah, berat
mbakbro bahasanya). Bagi fans berat, ini mungkin suatu hal yang membanggakan,
wow ternyata banyak juga yaa (terlepas dari kebenaran isu tentang rekayasa ).
Bagi pengacau, the nyinyiers, kaum grassroot pasti akan menganggap bahwa
karangan bunga itu adalah hal-hal yang sia-sia, mengotori balai kota, hahaa.
Bagi kaum yang cerdas dan berpikir, tentu tak akan ambil pusing, itung-itung
rejeki tukang bunga, toh banyaknya
karangan bunga tak akan mempengaruhi hasil penghitungan suara atau pemakzulan gubernur
terpilih. Eit, dan satu lagi, bagi kaum alay, pasti mereka girang karena menemukan
spot baru untuk selfi, mana gratis lagi haahaaa.....
Anyway,
pesta sudah usai, ini bukanlah akhir tapi justru awal dari sebuah perjuangan setelah
pilkada yang berlangsung cukup aman, tak ada kerusuhan yang wow seperti
reformasi beberapa tahun lalu. Tak ada doa yang lain selain menjadi lebih baik.
Lebih baik untuk semuanya. Tak usah lihat sisi gelap dari karangan bunga yang
tak mencela apapun, suka ya di-like,
nggak ya abaikan (emang medsos???). Buat pak Anies, saya yakin he is a wiseman,
lebih tahu bagaimana dalam bersikap. Adem sajalah yaa...Bukankah dibalik karangan bunga itu ada rejeki tukang
bunga dan pasukan orange.
Semoga hasil pilkada adalah kebenaran dari ungkapan “vox populi vox Dei”, suara rakyat adalah suara
Tuhan. Kalau Cuma sekadar karangan bunga mah, nggak jadi masalah, yang lebih masalah itu adalah karangan cerita fiktif di meja hijau, hahahahaa......Haayuuu ah move On dong.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar