“
Ouh My Gosh.....ternyata dia udah jadian “
“
Errr....tahu dari mana?”
“
Instagram dia.......” Njedhugin kepala ke tembok.
“
Huhuhu...hang out nggak ngajak-ngajak, udah nggak mau jadi temen aku?”
“
Kok tahu?”
“ Ya
tahulah, enoh si X post di instastory....?” Ngeloyor, ngegrundel muka asem.
“
Kamu.....Veronica?”
“
Iya, emang kenapa?”
“
Eh, enggak, Cuma.....kok beda dengan yang di foto biasa ya..., “
“ Ah
, masa sih, editannya nggak banyak kok”
“Makanya,
punya muka dirawat, bukan diedit” ....lelaki itu pun pergi dengan rasa
kecewa.
Ya.....begitulah,
riset terkini membuktikan bahwa Instagram adalah media sosial paling tidak
sehat. Dibalik kata-kata indah “gambar punya berjuta cerita”, ada sisi suram,
apalagi orang dengan self-control yang rendah.
Instagram,
suatu media sosial yang mengedepankan tentang gambar yang kini laris manis di
kalangan muda maupun tua. Bukankah pandangan mata itu selalu lebih menarik, pemilik
kecerdasan visual sepertinya lebih banyak daripada yang audio hahaa.....maka
dari itu, penikmat pun berlomba-lomba agar terlihat menawan. Berbagai foto
selfie yang bisa jadi harus taken berkali-kali untuk bisa diposting,
menambahkan ritual memfoto makanan sebelum dimakan ( entah pakai doa atau
tidak), atau merekam segala kejadian yang bagi empunya sendiri begitu
mengesankan dan menoreh memori.
Kemunculan
instagram pun ternyata membawa sejumlah masalah kejiwaan bagi mereka yang lemah
syahwat, eh, maksudnya lemah iman. Memang, ia tak langsung membuat manusia
berdarah-darah tapi lebih menyerang ke kesehatan mental. Alih-alih menuai
pujian dari gambar yang dishare, malah dapatnya bullyian dari para haters.
Emang ada mak? Ya adalah, maha benar netizen gitu lho.
Beberapa
riset menyebutkan efek terlalu mencintai media sosial ini mulai dari narsistik
hingga lupa waktu, depresi, tekanan mental karena perbedaan level ; si A yang
travelling kesana kemari, si B yang mengenakan produk branded, sampai dengan
Body Dysmorphic Disorder. Apaan si itu yang terakhir??? Ya intinya si sesorang
yang berfikiran bahwa ada yang salah dengan tubuhnya, kurang sempurna, kurang
tinggi, kurang langsing and nde brew and nde brew.
Bagi
pengguna cerdas, instagram bisa menjadi lahan mengais rejeki, seperti jualan
barang atau sekedar menerima endorse, bintang iklan dunia maya ( ya
ujung-ujungnya jualan juga siyyy).
Ya,
memang, setiap hal yang berlebihan itu tidak baik. Beware and be wise dalam
menggunakan media sosial. Tidak semua yang kita punya harus dishare.
Mengabadikan tak berarti harus menyebarluaskan. Apalagi menyebarluaskan yang
masih di awang-awang, abu-abu, fana....contohnya, seperti liburan dengan pacar,
hahaaaa........jejak digital itu bisa jadi menyakitkan jenderal!!!
Medsos-medsos
gue......hahahaaa....memang betul sih, semua orang bebas mengekspresikan segala
hal di medsos masing-masing. Yah, semoga bukan tergolong narsistik yang
segalanya harus diposting. Kadang ada suatu masa dimana momen indah itu cukup
dikenang dengan orang yang terlibat saja.
Pintar-pintarlah
juga dalam menjaga hati dan cerdas dalam mengelola hati, ea.....yang terakhir
itu adalah kata lain dari baper. Jagalah kesehatan mentalmu dengan banyak
membaca firmanNya, bukan dengan ngulik instagram olshop, selebgram apalagi
mantan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar