Bagi mereka yang berkecimpung di
dunia pendidikan terutama dasar dan menengah, tentu tidak asing lagi dengan
yang namanya KKM. Apa sih KKM itu? KKM merupakan singkatan dari Kriteria
Ketuntasan Minimal.
Opo siii??? Memang, kaum 90an tidak mengenal itu, karena
itu baru populer sepuluh tahun terakhir (mohon koreksi kalau salahJ). Sederhananya, itu
adalah passing grade. Anak dianggap kurang kalau belum mencapai skor tersebut.
Anak akan dipush , entah dengan remidial, perbaikan atau entah apa itu namanya.
Nilai itu jugalah yang akan muncul di raport meski sebetulnya anak dibawah KKM.
Hal tersebut menimbulkan problema
tersendiri bagi para pendidik. Ketika pendidikan sudah menjadi lahan industri,
yang ada hanya bagaimana supaya sekolah terlihat wah dari luar. Wajar, karena
semakin banyak murid, rupiah juga akan meningkat. Bagaimana agar terlihat wow?
Ya, salah satunya adalah dengan meninggikan nilai KKM. Nilai tinggi identik
siswa pintar. Apabila semua siswa di sekolah tersebut memang cerdas, pandai
dalam semua bidang, hal ini tentu tidak menjadi masalah.
However, in fact,
siswa datang dengan sangat beragam dan memiliki kemampuan yang berbeda-beda.
Apakah kita harus memaksakan mereka untuk mendapatkan nilai minimal dalam semua
pelajaran???? Wah....guru benar-benar bekerja keras untuk ini. Dibilang
munafik??? Bisa jadi. Kalau ternyata dia menetapkan KKM tinggi tapi ada anak
yang berada jauh di bawah, maka ia harus mengatrol. Kalau kasih nilai apa
adanya??? Siap-siap diprotes, entah itu dari sekolah atau orang tua murid.
Nahhh lhooo.....enggak kayak dulu, tinggal kelas yowes, raport kebakaran? Sudah
umum.
Please deh, siapapun yang duduk di
petinggi kependidikan, dengan adanya KKM itu justru menggiring kepada
ketidakjujuran. Mungkin orang tua akan puas, sekolah tersenyum manis dengan
melihat nilai anak yang bagus-bagus, nilai yang tidak ada di bawah passing
grade. Begitu juga dengan siswanya. kalau dia sudah merasa cukup dengan nilai KKM padahal sebenarnya adalah nilai katrolan, minat belajarnya pun cuma sampai segitu saja. Dibalik semua itu, sebagian guru mungkin menulis nilai dengan migrain,
vertigo, menangis dan istighfar ( semoga ini tidak mencemari rejeki para guru).
Jadi merasa bersyukur sekolah jaman dulu nih
meskipun minim fasilitas hehehhee.....Kalau BBM naik, paling Cuma nambah
seribu, tapi KKM naik? Belum tentu kita kasih anak seribu langsung bisa paham
materi, remidial yang okeyy.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar