Kemarin-kemarin
sedang hebring-hebringnya eksekusi. Hihiii....ngeri-ngeri sedap gitu. Jagad Nusakambangan
seakan bergoyang. Orang lain bisa saja berkata bahwa maut itu di tangan Tuhan,
tapi bagi mereka yang terpidana mati, lain cerita. Iya sih, maut di tangan
Tuhan, tapi lewat perantara juru senapan. Positifnya, kita bisa mempersiapkan
sangu untuk dibawa menghadap Sang Gusti Allah jauh-jauh hari, tapi kalau urusan
amal diterima atau tidak, itu urusan Yang di Atas. Lama juga lho, dari sejak
mereka divonis hukuman mati sampai pada waktu eksekusi. Mungkin pak polisi
ingin mereka tobat sebenar-benarnya, mempersiapkan bekal akhirat yang
barangkali bisa menutup dosa-dosa sebelum tertangkap. Ya kalau mereka sadar sih
benar-benar tobat apalagi kalau memang tidak ada celah untuk grasi, garasi atau
agresi, entahlah apa itu namanya. Yang ndableg, masih jadi makelar bisnis haram
dengan membayar upeti kepada sipir, mematikan cctv dan banyak lagi.
Seperti
yang baru saja terlontar seorang yang saya sendiri sebenarnya tidak begitu
kenal, Haris Azhar, aktivis dari Kontras. Nyanyian beliau ini bisa jadi Cuma
obrolan numpang lewat ibu-ibu gang senggol atau bisa jadi pantikan api bagi
orang-orang yang terlibat. Lha bagaimana tidak panas, wong Haris berujar kalau
dibalik bisnis haram ada sejumlah tokoh dari BNN ataupun petinggi negara yang
lain. Semua terkejut, ngetroll sampai jantungan. Nah, sayangnya, kenapa dia berani bicara
seperti itu ketika gembong bisnis haram sudah di alam baka. Kan wagu, kita kan
butuh keterangan dari bigbos itu, enggak Cuma otopsinya saja. Lha kalau begini,
sumber mana lagi yang dikorek? Jangan heran kalau nanti ujaran dari Haris Azhar
itu Cuma dianggap lelucon, apesnya lagi, ia mungkin bisa jadi senasib dengan
jajaran KPK lain yang menginap di hotel prodeo. Itu Cuma apes ringan lho.
Karena hanya dianggap mencemarkan nama baik. Paribasan orang Jawa, Ulo Marani
Gebug, ular menjemput pukulan. Terus apes beratnya bagaimana? Lha, siapa tahu
jaman petruk, eh petrus kembali muncul atau malah nasibnya sama dengan Freddy
Budiman, mbak Merry dan orang-orang Afrika lain yang namanya susah disebut.
Kalau memang betul apa yang dikatakan mas Haris, semoga diberikan kelancaran
dan keselamatan. Memperjuangkan hak segala bangsa dan ikut menertibkan
ketertiban dunia sudah dari dulu tertulis di pembukaan Undang-Undang. Kebebasan
berpendapat dijamin oleh pemerintah. Tetap semangat pak Haris, jangan seperti
saya yang Cuma ngedumel di belakang. Tenang pak Haris, kami bantu kok, bantu
dengan doa.
Sakit mba di gebug. Ulone kok yo gelem.
BalasHapusSemoga segera clear isunya biar nggak ngalor ngidul dan narkoba bisa diperangi.
hahahaaaa iyaaaaa......paribasane kan ngono :)
BalasHapus