Adil adalah menimbang yang sama berat, menyalahkan yang salah, dan membenarkan yang benar, mengembalikan hak yang empunya dan jangan berlaku zalim diatasnya –Hamka.
Mencoba tidak melirik, tapi kok
menggelitik, mencoba tak membuka tapi kok sepet di mata. Ah berita-berita itu,
mau berpaling kok gemanya malah makin melengking. Fitnah di mana-mana, dua kubu
beradu, fakta, hoax campur jadi satu.
Akhir-akhir ini memang berita seperti
dagelan ya, lucu aja gitu kalau dijadikan sarkas. Gaduh, gaduh memang negeri
ini, entah sebenarnya mau dibawa kemana ya.
Berawal dari pilpres, lanjut dengan
pilkada DKI yang diwarnai dengan sejumlah kasus, mulai dari penistaan hingga
isu korupsi sejumlah proyek. Saya pikir bakal tutup buku, selesai setelah
terpilihnya gubernur baru, tapi ternyata tidak. “Perang saudara”, dua kubu yang
bertolak belakang tak jua berkesudahan.
Ya, negeri ini sedang ringkih. Untuk
negara seluas Indonesia dengan adat, budaya, suku, ras, agama yang beragam
memang rawan dengan konflik. Sejumlah lakon yang penting justru tidak memainkan
perannya dengan baik. Hal ini menjadi alasan mereka yang kreatif dengan membuat
meme meme yang mengolok-olok, meragukan kinerjanya.
Contohlah saja polisi. Instansi ini
belakangan dipandang sinis oleh masyarakat atas gaweannya yang jauh panggang
dari api. Kasus-kasus yang embuh lah, mulai chat sex habib yang belakangan
malah dipatahkan oleh sejumlah ahli, penyiraman begawan KPK yang katanya
rentetan dari bisnis online shop sang istri, ngorek-orek jualan beras yang
katanya bla bla bla tapi ujungnya dipermalukan di depan dewan. Saya kira
dagelan Cuma ada di ketoprak humor tapi faktanya ada lho, hahahaa( entahlah,
mau ketawa atau menangisi pertiwi).
Hayuklah
para pemangku negeri, rakyat makin cerdas lho seiring dengan tekhnologi
informasi yang melesat. Dan pada akhirnya, informasi yang benar, yang logis
dengan mudah rakyat dapatkan. Mereka sudah paham mana yang fakta mana yang
plintiran. Kalau masih ndableg membela yang salah berarti ada kepentingan di
atas kepentingan, wes lah ngono.
Bangkai
tetaplah bangkai....serapi apapun pasti akan ketahuan juga
Memang
rumit sih ya, apalagi bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang berbudi,
termasuk mengingat utang budi. Misalnya, utang budi diberi pangkat yang justru
jadi jongos yang memberi pangkat, ea eaaa....Ya kan katanya utang budi dibawa
mati kan ya.....halah...
Berharapnya
si, udah, cukup, jangan sampai ada pertumpahan darah, perang saudara. Asalkan
yang diatas berlaku adil, rakyat nggak berisik kok. Adil terhadap semuanya,
tidak berat sebelah, tidak membeda jawa, china, islam kristen. Tetaplah berdaulat
terhormat, bukan menjadi jongos negeri sendiri, tikus mati di lumbung padi.
Telah banyak bukti bahwa Indonesia sesungguhnya negara yang kaya raya tapi kok
ya Cuma sepandang mata saja hasilnya.
Jadilah
pemimpin yang amanah, pemimpin yang takut Allah dan dicintai rakyatnya, buat yang jomblo bolehlah ya ikut serta membangun negara meski belum membangun rumah tangga eaaa....
“Tidaklah seorang pemimpin memimpin masyarakat muslimin, lantas dia meninggal dalam keadaan menipu mereka, kecuali Allah mengharamkan surga baginya.” (HR. Al-Bukhari, No. 6618).
“Sesungguhnya
seburuk-buruk pemimpin adalah mereka yang mempersulit (menyusahkan) rakyatnya.
Oleh karena itu, janganlah sampai kamu tergolong dari mereka,” (H.R. Bukhari dan Muslim dari Aidz bin Amar).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar