Tak patut aku
menyalahkan bunda atas keadaan ini. Siapa pula yang menginginkan janinnya
diserang virus Rubella ini. Aku justru bangga terhadapnya karena dengan sabar,
pura-pura tuli dengan mengabaikan omongan tetangga.
Aku terbaring di
ranjang dengan sejumlah dokter, suster dan alat-alat medis yang tak kukenal. Ya, semoga dengan implan koklea ini bisa
menunjukkan sepercik surga, nada-nada indah dari suara cinta bunda hingga lantunan
firman sang Pencipta.
Tak lebih dari
tiga jam, akupun membuka mata. Mereka tersenyum di sekelilingku meski tak
terlihat mengucap kata. Dokter menghampiriku dan memakaikanku headphone. Kudengar
kalam yang selama ini terlihat di kitab.
Subhanallah, alhamdulillah walailahailallah, allahu akbar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar