Karena agama tak hanya sekedar membaca
kitabNya......
Entahlah, bulan Agustus ini diawali
dengan berita yang tidak sedap. Suatu peristiwa yang membuat bulu kuduk berdiri
dan garuk-garuk dahi. Dari riuhnya kabar para petinggi, perhatian masyarakat
kini beralih pada tragedi ampli di Bekasi. Bahkan, hanya dengan membaca
beritanya saja kita jadi gregetan, emosi karena perilaku tak beradab itu.
Ya, berita tentang pembakaran Zoya (
semoga dilapangkan kuburnya) karena diduga mencuri ampli di mesjid beredar
dengan cepat. Deep condolence to him, apalagi beliau kepala rumah tangga yang
menanggung anak istri. Zoya yang dikenal cukup baik oleh masyarakatnya harus
mengakhiri hayatnya dengan cara yang tragis, dibakar karena dicurigai mencuri
ampli. Duuh Gusti, berapa sih harga ampli sampai bisa ditukar dengan nyawa???
Sebuah nyawa yang harus dibayar
dengan ampli yang tak seberapa rupiah. Ampli masjid pula. Apakah ini yang
namanya matinya hati? Masjid yang dikenal sebagai rumah Allah, Allah yang Maha
Pengampun, kali ini justru dikotori dengan perbuatan keji. Lelaki itu hanya numpang
sholat yang kebetulan tukang servis elektronik. Apakah tidak ada cara yang
elegan dalam meminta penjelasan daripada bermain fisik? Apakah hanya sekedar
tertuduh membuat darahnya halal untuk dibunuh? Kita memang sedang hidup di
zaman yang sedang terhimpit tapi hendaknya emosi kita masih bisa dikondisikan.
Ternyata, kemajuan teknologi tak serta
merta membuat masyarakat semakin maju pola berpikirnya. Bagaimana mungkin warga
sekitar mushola yang nota bene biasanya akrab dengan program dakwah rumah ibadah
tersebut, malah beramai –ramai menganiaya saudaranya sendiri, yang lebih
menyedihkan lagi malah merekamnya.
Semua sudah terjadi, nyawa yang
hilang tak mungkin kembali. Apalah arti sebuah penyesalan??? Can’t imagine,
seorang perempuan muda, 25 tahun beranak satu dan masih menanti kelahiran sang
buah hati, kini berjuang sendiri. Yah, semoga tak terjadi lagi ya....Kita
adalah makhluk yang beradab, Rasululah datang demi menyempurnakan akhlak.
Jangan sampai kita mengaku pengikut Muhammad tapi tidak disertai nilai-nilai
sebagaimana beliau contohkan. Apalagi ditengah-tengah isu yang masih hangat
seputar toleransi agama. Islam yang terpojok karena pelintiran media, ditambah
pula dengan kasus yang demikian.
Jika di sejumlah kalangan, hukum diperjualbelikan,
adapula kalangan yang malah tak mengenal hukum kecuali hukum rimba, mereka main
hakim sendiri tanpa ada kroscek sebelumnya. Biasakanlah verivikasi, kroscek
jangan mudah terprovokasi. Berhentilah memprovokasi ke hal-hal keburukan. Kalau
nggak bisa jadi yodium yang mengeringkan luka, setidaknya jangan menggaraminya.
Ingat, garam sekarang mahal lho.
“Dan sesungguhnya sebaik-baik keislaman seseorang adalah yang paling baik akhlaknya.” (Hadis riwayat As-Suyuthi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar