Okey, entah apa yang menggiring saya menuliskan
ini, lagi pengin aja setelah dari kemarin asyik ngefiksi sama personal thought.
Di label ini sedikit informatif, sedikit ya hahahaaa.....
BeTeWe, ada yang sudah pernah mendengar
sholawat yang saya maksud yah. Itu lho, sholawat yang digubah Gus Dur pakai
bahasa Jawa. Sebelumnya saya tuliskan dulu ya bagi yang masih bertanya-tanya,
cekidot...
Ngawiti Ingsun, nglaras syiiran, kelawan muji
maring pangeran
sing paring rahmat lan kenikmatan, rino
wengine tanpa petungan
Duh
bolo konco, priyo wanito, aja mung ngaji syareat bloko
Gur
pinter dongeng, nulis lan moco, Tembe
mburine bakal sengsoro
Akeh kang apal, Quran Haditse, seneng
ngafirke marang liyane
Kafire dhewe gak digatekke, yen isih kotor
ati akale
Gampang
kabujuk, nafsu angkoro, ing pepaese gebyare dunyo
Iri
lan meri sugihe tonggo, mulo atine peteng lan nisto
Ayo sedulur jo nglaleake, wajibe ngaji lan
sakpranatane
Ojo ngandelke iman tauhide, baguse sangu
mulyo matine
Kang
aran sholeh, bagus atine, kerono mapan seri ngelmune
Laku
thoriqot lan makrifate, ugo hakekat manjing rasane
Alquran qodim wahyu minulyo, tanpa ditulis
biso diwoco
Iku wejangan guru waskito, den tancepake ing
jero dodo
Kelawan
Allah, kang Maha Suci, kudu rangkulan rino lan wengi
Ditirakati
diriyadhoi, dzikir lan suluk jo nganti lai
Uripe ayem rumongso aman, dununge rasa tondo
yen iman
Sabar narima najan pas-pasan, kabeh tinakdir
saking pangeran
Kelawan
konco dulur lan tonggo, kang podho rukun ojo ngasiyo
Iku
sunahe Rosul kan Mulyo, Nabi Muhammad panutan kito
Ayo nglakoni sakabehane, Allah kang bakal ngangkat
drajate
Senajan asor toto dhohire, ananging mulyo
maqom drajate
Lamun
palastro ing pungkasane, ora kesasar roh lan sukmane
Den
gadang Allah swargo manggone, utuh mayite ugo ulese
Wuihh, panjang juga syair nasehat ini. Ada
yang kaget, wow, bahasa Jawa vrohhh.....kalau javanese sebagian besar paham ya.
Karena menerjemahkan lagu barat sudah mainstream, saya mencoba mengejawantahkan
(halah, bahasa apa ini) syair jawa saja. Bukan sukuisme Cuma memang yang
dikuasai Cuma bahasa jawa doang selain bahasa Indo. E tapi, ini saya nggak
terjemahin satu-satu lah ya, too much hohooo...
Markimul, mari kita mulai......
Pada bait pertama ditegaskan bahwa syair ini
diawali dengan pujian kepada yang Maha Kuasa yang mana sudah memberi rahmat dan
kenikmatan tanpa kenal waktu, siang ataupun malam.
Pada bait kedua, pak Kyai menasehatkan pada
kita semua agar mengaji tak hanya sebatas “kulitnya/dasarnya” saja tapi juga
sampai akar-akarnya. Tak hanya pintar menulis, membaca yang pada akhirnya malah
kita kurang bahagia.
Pada bait ketiga, ini sebenarnya memberi
kejelasan pada bait kedua. Mengaji tak hanya sebatas hafal Quran dan Hadis tapi
juga dalam beretika. Jangan mentang-mentang pintar begitu, malah dengan
mudahnya mengkafirkan orang lain. Sementara ia sendiri nggak berkaca, begitulah
orang yang masih kotor hatinya.
Selanjutnya juga digambarkan generasi minus
yang mudah terbuai nafsu dunia. Seperti iri, dengki terhadap tetangga yang
disebabkan gelapnya hati.
GusDur juga mengingatkan untuk mengaji
berikut cabang-cabangnya. Hal itu bagus sebagai sangu/bekal kita ketika
dipanggil Sang Kuasa.
Pada bait ke-6, dikatakan bahwa keshalihan
ditunjukkan dengan kebersihan hati. Akal dan perilaku yang bagus. Penataan hati
yang sempurna.
Pada bait berikutnya, dikatakan bahwa AlQuran
merupakan wahyu yang mulia, tancapkan dalam hati. AlQuran sebagai pedoman tak
sekedar bacaan.
Allah adalah Maha Suci, begitulah dalam syair
dituliskan. Oleh karena itu, jangan pernah dilupakan siang ataupun malam.
Beliau juga mengingatkan agar jangan sampai lupa berdzikir.
Digambarkan bahwa tandanya iman itu dirasakan
dengan tentramnya hidup, sabar meskipun toh ia hidup pas-pasan, semua sudah
tertulis dalam suratan takdir. Beliau juga berpesan agar rukun dalam
bertetangga, jangan mudah bertengkar.
Ditegaskan dalam syair bahwa Allah yang
mengangkat derajat kita. Berbuat baiklah, hubungan vertikal dan horizontal
harus sama baiknya agar surga kelak sebagai balasan.
In the bottom, hemm...overall, melalui
syairnya, Gus Dur menasehatkan agar kehidupan kita selalu seimbang, tidak
pincang. Quran Hadist yes, muamalah yesss.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar