Adalah suatu hal yang lumrah kalau
dulu sewaktu kecil kita didongengi. Entah itu dengan tujuan agar cepat tidur,
menasehati atau sekadar hiburan karena tidak ada tivi dan buku dongeng pun
masih langka.
Sebagai orang yang pernah kecil,
pernah mengenyam bangku sekolah, pasti sudah tidak asing dengan dongeng Malin
Kundang. Kisah anak durhaka yang tidak mengakui perempuan renta sebagai ibunya.
Dan sebagai balasannya, ia menjadi batu, kapal dagangnya karam, nggak usah ditanya
pegawainya. Nggak diceritain apakah mereka menyelamatkan diri dengan sekoci
atau turut serta tewas bersama majikannya. Ya, sudah sangat akrab sekali di
telinga kita bahwa ucapan seorang ibu adalah doa. Seperti perpanjangan tangan
Tuhan, jadilah maka terjadilah, meski pun itu buruk.
Menurut saya sendiri, dongeng itu
sudah nggak kekinian mengingat dakwah agama sudah merajalela. Seburuk-buruknya
anak, tetap saja tidak bisa memutuskan hubungan darah daging. Selain itu, tidak
semua orang akan selamanya berkubang dalam keburukan. Alih-alih mengutuk hal
yang buruk, mending kutukannya diubah “Semoga kelak jadi ahli agama, semoga
menjadi pemimpin yang adil” dsb. Nah, siapa tahu ia kelak menjadi pak ustadz
yang di kemudian hari justru mencari-cari sang ibu. Konon Imam Masjidil Haram,
Syaikh Sudais menjadi imam lantaran ucapan sang ibu ketika beliau marah, “pergi
sana, biar jadi Imam Masjidil Haram”. Subhanallah, bahkan dalam keadaan
marah pun seorang ibu masih menjaga lisannya. Marah, mengutuk tapi dengan”
kutukan yang baik”.
Sekarang bukan waktunya kutuk
mengutuk. Sebagai seorang ibu, ada baiknya untuk lebih bisa bersabar. Kalaupun
melontarkan kata-kata, hendaklah yang baik-baik, siapa tahu menjadi kenyataan.
Anak yang tadinya bengal berubah menjadi baik. Bukankah Allah pemilik hati
semua makhluk. Doakan saja semoga dibukakan hatinya agar lebih lembut. Let Him
works mysteriously. Mengingat anak adalah investasi masa depan bahkan sampai
orang tua meninggal pun, doa dari anak yang shalih bisa menerangi kubur.
Seandainya ibu Malin menyumpahi
anaknya menjadi seorang ustadz, mungkin jalan ceritanya akan lain ya. Bisa jadi
ia menjadi ustadz yang menyebarkan agama dan mencari ibunda, wow wow so sweet.
Lha lha ngelantur nih. Anyway, ini Cuma sekadar tulisan akhir bulan. Mohon
koreksinya kalau kurang. Feel free to comment.
Bukankah kasih ibu sepanjang jalan
sedangkan kasih anak hanya sepanjang galah???
Sekalipun ini tulisan sederhana namun maknanya sangat layak untuk direnungkan kembali
BalasHapus"Sekarang bukan waktunya kutuk mengutuk" saya setuju ini.
Semoga kita semua bisa menjaga lisan kita agar tidak berkata negatif (apalagi mengutuk)
salam saya
Makasihhh kunjungannya pakdheee
BalasHapus