Hal
yang saya banggakan dengan place of living saya adalah tempat yang agak
tersembunyi dengan kebun di depan rumah hahaaa. Hari gini lho, di kota, jarang
ditemukan tanaman tapi di depan rumah malah ada sejumlah tanaman seperti
terong, mengkudu, jambu, pepaya de el el. Ketika tanah di tempat lain diurug
dengan tanah minyak, di depan rumah malah sering dipacul sehingga cukup gembur
lah yaaa. Selain itu, karena letaknya yang menjorok agak jauh dari
debu-debu beterbangan itu.
Mungkin
tanaman-tanaman itu pula yang bikin saya betah karena serasa di kampung (
selain alasan dompet tentunya, halah).
Tapii.....ternyata ada hal kadang aku merasa pahit getir ( bahasanya lhoo, lebay). Iya itu, kadang harus benar-benar pasang telinga dan ketangkasan dalam mengejar abang-abang penjual. Yah, sama lah ya sama penduduk kampung yang lain, nggak semuanya ngandelin minimarket atau olshop. Tenang, abang-abang yang ngider menyusuri jalan masih welcome kok dari tukang sayur, roti, bakso dan siomay. Justru dagangan mereka itu yang ngangenin dalam hal rasa dan lebih murah tentunya hahahaa.
Back to the idea, Iya, betul, kadang meras gondhok gimana gitu. Agak manyun kalau nungguin abang-abang yang jualannya pakai motor. Secara rumahnya itu nyungsep ke dalem, eh buru-buru dengan kostum dasteran dan jilbab yang masih miring kiri-kanan, eh ternyata abangnya sudah sampai mana tahu. Apalagi kalau abang-abang memang bukan langganan, masuk gang langsung bablas saja hahahaaa.... Kalau abang-abang dengan gerobak dorong sih, masih bia dikejar lah ya, diteriaki juga masih dengar, enggak kalah dengan bising mesin motornya. .Mungkin ide konyol di bawah ini patut dicoba lho.............
First, pesan sama tetangga yang di pinggir jalan. Untuk yang ini memang dibutuhkan pergaulan yang oke. Maksudnya, ya kita memang circle of friendsipnya di situ juga. Kan nggak enak juga kalau dibilang nyapa Cuma pas ada perlunya hahahaa. Perlu dilihat juga, apakah tetangga kita ini tipe-tipe stay home people atau yang nge-bolang kemana-mana. Kalau tipe yang kedua mah nggak bisa diandelin ya.
Second,
kalau yang ini cukup butuh keberanian lebih ya, minta contact personnya
hahahaaa. Hiyya, mungkin kalau lagi kepingin, cukup sms “ bang, kalau dah
sampai gang, miskol ya, atau klakson lebih lama” hahahaaa, nggak penting banget
yah. Lha daripada hati ini selalu diliputi rasa was-was malah kerjaan lain jadi
setengah-setengah tooo.
Third,
belanja sekalian pulang. Ya, jadi, perlu difikirkan apa yang sedang dibutuhkan
jadi nggak perlu nunggu abang-abang. Yah beda harga dikit lah ya atau beda
rasa. Lha kalau nunggu abang-abang ternyata nggak dagang kan berabe. Atau kalau
lagi pengin banget dan timingnya pas kita di rumah dan malas gerak, ya pesan
online saja( lagi-lagi online) meski bakal berlipat soal harga.
Overall, for myself, lebih suka abang-abang yang gerobak dorong deh atau sepeda. Jadi kalau kita rush dari rumah buat teriak masih kedengeran gitu. Mungkin bagi abang-abangnya, kalau naik motor itu hemat tenaga dan waktu meski keluar bensin juga. That’s fine. Memang ya, kalau urusan selera kalau dah cocok sama abang-abang, menu di restoran mah kalah, aihh.
Buat emak-emak yang rumahnya nylempit, kuatkan sinyal, hafalkan jadwal kedatangan. Karena kita nggak bisa nuntut mereka buat melambatkan atau mengganti sarana mereka. Buat abang-abang, tetap berkarya, tetaplah jujur, jauhi cela. We can’t please everyone beibeh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar