Hadeeh,
berat,berat topik ini makkk, ampunnn....
Akhir-akhir
ini suhu dalam negeri merangkak naik. Mereka masih terlalu fokus sehingga lupa
kalau Indonesia masih banyak utang yang harus dibayar, nun jauh di sana masih
banyak sekolah perlu perbaikan, adik-adik kecil makan seadanya, aihhh....jadi
ingat FP nona cantik yang menyebarkan gambar-gambar iba demi like dan ketik
amin.
Ya,
di tivi lokal bahkan internasional menyoroti dunia perpolitikan negara
Indonesia dan ibukotanya. Sebagian besar orang mendadak jadi politikus dan
menebarkan ideologinya. Entah benar, entah salah, mereka beramai-ramai
menanamkan pahamnya baik melalui tulisan ataupun video. Tahu sendiri lah ya,
sekarang ini akses informasi jadi semakin mudah. Pintar-pintarnya kita sajalah
dealing with this.
Ya, sebagian
besar, bahkan gurupun bisa terjun di dunia yang keras ini (lebay akut). Guru
tak hanya mereka yang bekerja di sekolah, tapi lingkungan penebar ilmu seperti
kursusan atau bisa majelis taklim.
Bagi
mereka yang hendak berkuasa, guru memang dianggap sebagai posisi empuk. Kenapa?
Karena guru mempunyai basis massa yaitu murid-muridnya.Intensitas pertemuan
yang rutin dengan para murid dan kharisma yang dimiliki sang guru bisa menjadi
daya magis untuk menggiring murid-murid ke tokoh dukungannya.
However,
memang harus hati-hati lah ya. Jangan sampai terjadi pemaksaan kehendak dan
terkesan membela yang bayar. Tidak perlu mengagungkan sebuah figur karena kita
tidak tahu bagaimana nasib kedepannya.
Baik-baik
sajalah ya dalam menempatkan diri. Kalau lagi di depan murid-murid nggak usah
terlalu banyak berorasi. Cukup jawab kalau ditanya. Beware kalau bersuara
karena bisa menjadi bumerang dan memperkeruh suasana. Lha kalau nanti suatu
hari sang pujaan terperangkap kasus, kan kita juga yang tengsin. Noh, idolamu ,
hueekkkkk....Kecuali kalau berbicara di depan kader partai ya. Kita memang
harus menggebu-gebu demi pilihan.
Overall,
nobody’s perfect.Masa ini adalah masa yang sensitif, pilkades, pilkada,
pilpres. Monggo yang mau bersinergi, harmonisasi (halah, bahasa apaan nih) tapi
harus berhati-hati. Gini-gini, kita itu termasuk public figure lho (oh nooo).
Guru itu kan terjemahan dasri digugu lan ditiru, ditaati dan ditiru. Posisi
aman lebih oke. Jadi tim sukses? nggak ada larangan. Apalagi majelis taklim
emak-emak, solidnya minta ampun, tahu sendiri kan the power of emak-emak
hahahahaa. Tapi jangan terkesan maju tak gentar membela yang bayar. Menanamkan ideologi
selow-selow sajalah, tugas utama guru kan mengarahkan ke kebaikan dengan jalan
yang baik pula.
Be
wise. Hingar bingar jangan sampai nanar, seorang idola tak membuat gelap mata. Semoga
pemilihan berjalan lancar ya. Mau kampanye nggih monggo asal jangan kampanye
gelap. Gelap-gelapan itu nggak enak lho, nanti ujung-ujungnya setan, telat tiga
bulan deh, eh jaka sembung......
Ember mbak, harus hati hati..terlalu banyak digesek dan diadu domba sih kitanya..harus bijak dalam menanggapi berita.
BalasHapusYup, keanekaragaman indonesia boleh dibanggakan tp ati ati, bs jadi alat buat mecah belah yg oke. Aduuh, jgn sampe lah ya perang saudara. Ngeri, ngeri
BalasHapus