Bagi sebagian
sekolah, masa-masa sekarang ini mulai disibukkan dengan mencari pelanggan eh
salah, murid maksudnya. Karena ini bukan pemilu, jadi nggak ada istilah
mendahului start ya. Apalagi sekolah swasta yang mempunyai otoritas sendiri.
Perhaps ya, dengan memulai pembukaan registrasi
akan mendapatkan input oke, mereka para swing voter, eh maksudnya
anak-anak yang belum menentukan sekolah lanjutan akan segera
mempertimbangkannya. Apa Cuma open registration doang? Biasanya si enggak.
Registration akan diiringi dengan kegiatan yang tujuannya mempromote sekolah
tersebut. Selain memasang spanduk, mereka akan menyelenggarakan semacam open
house yang biasanya diisi dengan berbagai perlombaan. Sah-sah saja lah ya,
apalagi sekolah swasta yang memang nafas keuangannya bersumber dari siswa. Ada
siswa, ada dana, nggak ada siswa ya tutup, bukanlah sesuatu yang hipokrit ya,
everybody knows.
Open house,
pentingkah? Dari segi marketing, itu penting meski dananya bisa jadi lebih wow.
Dengan Open House, kita sekaligus memperkenalkan fisik sekolah dan elemen yang
mendukung mulai dari guru sampai office boy. Tidak perlu formal dengan berjejer
di depan dan menyediakan slide tapi dengan bentuk pelayanan yang diberikan,
para tamu bisa menilai. Sebenarnya kegiatan tak harus melulu bersinggungan
antar sekolah. Kegiatan yang lain bisa bersifat pelayanan terhadap masyarakat
seperti bakti sosial, layanan kesehatan gratis, pasar murah, program kali
bersih dan lain-lain. Kegiatan yang menyatu dengan masyarakat, terjun langsung,
dapat melekatkan nama baik sekolah di hati mereka (aseeekkk).
Jika memang kita
mampu, why not? Sekolah tak melulu mengandalkan guru atau siswa dalam
mengenalkan sekolah. Kalau memang mampu mengadakan kegiatan besar yang
bertujuan positif, kenapa tidak? Bukan bermaksud sombong sih ya tapi
mengenalkan kalau kita better tanpa harus menjatuhkan yang lain. Ilmu padi di
sini mungkin bisa jadi tidak relevan lagi. Tidak perlu merunduk kalau memang
kita bisa. Show them that you can. Jika terus merunduk entar malah kebalap yang
lain, eh. Sekarang kan jamannya google, jangan mengurung diri nanti jadi
seperti katak dalam tempurung sedangkan mereka yang ngetop di google bakal jadi
kiblat.
Tak perlu
dipungkiri memang, sekolah saat ini berlomba-lomba dalam kualitas. Orang dengan
tingkat ekonomi menengah ke atas mulai peka bahwa pendidikan adalah sebuah
investasi . Apakah pendidikan mulai menjadi lahan bisnis? Kalau bisnis itu
membawa kebaikan bersama, it’s okeylah ya. Sekolah menyediakan ruang dan
fasilitas bagi para pembelajar dan berbagi rezeki dengan para pengajar. Yang
penting dari sekolah tersebut memang terbukti better bukan hanya membual di
booklet, poster atau apalah itu. Jadi apa yang sekolah tersebut promosikan ya
memang yes, you’ve got the fact gitu lah intinya. Mulai dari kompetensi
pendidik termasuk akhlaknya, fasilitas dan pelaksana lainnya seperti OB yang
rajin dan ramah, administrasi yang sehat endebrew endebrew.
Seperti tanaman
gandum. Makin berisi dia akan makin tegak. Bukan berarti tegak jadi congak,
show off, pamer atau apalah itu istilahnya ya. Akan tetapi, dia akan
menunjukkan kepada dunia (ceileee, terlalu luas ah) kalau memang mampu. Bukan
dengan rendah hati yang kebablasan, menghilangkan kesempatan yang ada ( aduh,
gagal fokus, ni malah ngomongin diri sendiri ).....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar