Senin, 13 Agustus 2018

Karena Kemerdekaan itu dekat dengan pengorbanan


Bulan Agustus telah tiba. Beragam pernak-pernik bernuansa merah putih menyeruak di sudut-sudut kota. Kidung nasionalisme berkumandang memuji tanah air dan pahlawan. Semuanya menyambut gempita kemerdekaan mulai dengan ziarah makam pahlawan, upacara bendera hingga sejumlah perlombaan yang mengundang tawa.

Masyarakat terpelajar pun larut dalam diskusi tentang cara mengisi kemerdekaan, memajukan bangsa hingga nasib akhir hayat pembela bangsa. Segala haru tatkala mendengarkan kumandang lagu kebangsaan, menyaksikan veteran yang tegak hormat saat upacara dan semangat adik-adik paskibra dalam mengibarkan sang Saka.

Memang, kemerdekaan adalah salah satu hal yang patut kita syukuri apalagi dengan melihat bagaimana usaha para pendahulu  kita dalam memperjuangkannya. Ditambah lagi dengan segala cerita tentang tragisnya kehidupan di masa penjajahan. Sungguh, kemerdekaan adalah hadiah terindah setelah sekian ratus tahun tertindas.

Di bulan Agustus tahun 2018  ini, ternyata tak hanya menyambut hari kemerdekaan. Khususnya umat Islam, mereka juga menyambut Hari Raya Idul Adha atau yang lebih populer dengan sebutan hari Raya Kurban. Mungkinkah ada maksud tersembunyi dengan menakdirkan hari kemerdekaan beriringan hari Raya Kurban, entahlah. Yang jelas, keduanya memiliki persamaan. Semuanya tentang ketaatan, ketaatan terhadap pemimpin, ketaatan terhadap Allah dan Rasulnya. Ya, ketaatan dengan pemimpin yang mencita-citakan kemerdekaan yang dilandasi keyakinan serta manisnya iman membuat rakyat rela berkorban demi merebut kemerdekan. Coba kalau tidak taat , mending jadi jongos penjajah, kalau tidak yakin, tidak usah ikut-ikutan berjuang kalau akhirnya hanya mati bersimbah darah. Pun dengan ketaatan dan keimanan seorang Ibrahim dan Ismail yang diuji dengan sebilah pisau yang mana di akhir riwayat diganti dengan kambing. Kalau mereka tidak beriman, ayah mana yang tega menyembelih anaknya sendiri, begitu juga dengan Ismail, pasti sudah kabur lebih dulu.

Yah, betul, akan selalu ada pengorbanan untuk sesuatu yang indah. Mungkin saja di momen ini, kita diprogram untuk mengingat pengorbanan. Bukan tentang mengungkit jasa yang berbuah kesombongan, tapi penghargaan atas pengorbanan. Berbagai cerita veteran para pejuang kemerdekaan yang lebih berurai air mata daripada gelak tawa. Mereka yang konon berjuang di masa muda tapi terlunta-lunta di hari tua. Ah, bukankah bangsa yang besar itu adalah bangsa yang menghargai jasa pahlawan? Pahlawan pun kini tak hanya didefinisikan mereka yang angkat senjata. Marilah tengok diri masing-masing, sudahkah menghargai para TKI sebagai pahlawan devisa, menghargai para guru sebagai pahlawan ilmu, petani sebagai pejuang nasi dan lain sebagainya?

Semoga di momen ini, memang sesungguh-sungguhnya kemerdekaan yang kita rayakan. Merdeka dari segala belenggu, merdeka yang bertanggungjawab, merdeka dengan masih memperhatikan nilai dan norma yang ada. Begitu pula dengan hari Raya Kurban, semoga semakin meningkat iman dan Islamnya, saling peduli, saling berbagi dan saling menghargai. Yah, memang, sesungguhnya, kemerdekaan itu dekat dengan pengorbanan.

Kamis, 02 Agustus 2018

Ketika Merasa Asing di Tempat yang Lama



“Huhuhuuuu.....kenapa pada resign......,aku kan belum tahu ngapain kalau resign, mana tanggungan banyak...”
 ( Nggak perlu ditangisi keuleusss)

Membuka lembaran baru setelah liburan berlalu. Yah, yang namanya hidup mah, emang kadang manis kadang pahit, asem kecut, kadang bisa bareng, kadang sendiri-sendiri, ada yang tetap bertahan, ada yang mengundurkan diri. Nggak penting sih mencibir kenapa stay ato kenapa left, cukup saling menghargai dan jaga silaturrahmi saja si sebenarnya.

Tak jarang seorang individu memilih untuk bertahan karena beberapa alasan, sementara sebagian besar memilih untuk berhenti ( itu siapa yahhh hahahaaaa). Rasanya biasa saja ketika masih dalam suasana libur, however, ketika romansa kerja di depan mata, saatnya back to rutinity, kok ada something different gitu ya. Merasa jadi orang baru, bukan karena kita newcomer tapi justru kita yang old member dan mager. New people are hired while the previous are out. Masih “meraba”  orang baru, eh, maksudnya mengenal orang yang baru. Ya kali kalau mahasiswa mah kita OSPEK, kalau di dunia gawe mah, jaim dong hahhaaaa....

Okey lah, sedikit trik untuk membetahkan diri di lingkungan yang sebenarnya kita adalah yang mbaurekso, hohoho.......stay calm beib....;

·          Banyak membaca atau menulis di laptop.
Kegiatan apalagi coba, demi menjaga maruah diri, menahan bicara, menghindari  keceplosan, rubbish talk dan sebagainya. Dengan membaca setidaknya kita lebih tampak intelek daripada Cuma update status, main tik-tok apalagi tidur. Nah, serangkai dengan membaca, menulis tampaknya bisa jadi pilihan. Entah itu di diari, document atau meramaikan wattpad.Yah sesekali, tengok kiri-kanan, lamat-lamat mendengarkan esensi obrolan mereka, dipikir-pikir, connect nggak dengan isi otak kita wakakaaaakaa.....
·         Menawarkan bersantap bareng
Wah, ini ini, sebagai orang yang dianggap lebih tua, eh lama, nggak ada salahnya menawarkan keripik atau biskuit sebagai teman nge-teh. Percayalah, hal itu tidak akan sia-sia. Bukankah kodratnya itu yang tua menyayangi yang muda dan yang muda respect kepada yang lebih tua...hahahaaaa......
·         Berbicara seperlunya
Maksudnya di sini adalah menghindari yang namanya overacting. Tidak terlalu lebay berbicara dan hindari topik-topik sensitif seperti rekan kerja, atasan maupun yayasan, eh....Bisa jadi kita itu malah dicap sebagai racun, kompor, provokator, aligator, kondensator dan sebagainya. Lebih amannya mah bahas acara semalam seperti The Comment, Show Karma atau sitkom-sitkom yang lain yang lebih layak dibincangkan.
·         Ringan tangan
Ya, sebagai tetua di tempat kerja, adalah tabu dengan jawaban tidak tahu. Mnecoba untuk membantu kan nilai plus, tabungan amal dan image diri yang positif. Kalau ada rekan yang bertanya, minta tolong, responlah dengan sebaik mungkin.
·         Jaga kekompakan
Entah dia orang baru, orang lama, yang jelas kalian sudah jadi team. Tak peduli senior, yunior, tua, muda, single atau double, yang penting tetap kompak, saling tolong-menolong, saling support. Yah, yang namanya bekerja di dalam kapal yang sama, kan bisa oleng kalau bocor didiamkan saja ( eh, ini ngomong apa coba hahaaa....)

Anyway....hidup itu dinamis, atas bawah, cepat lambat, datang dan pergi. Emosi negatif seperti dengki iri, pelit, julid( eh, ini bukan ya) itu Cuma mengikis nilai kita entah dimata sesama maupun sang Pencipta. Selow boss, let it flows, bercanda hayuk, baper jangan, prestasi yes oke.  Keep up the good work ( ini nasehat buat aku sendiri sih). Eh, kira-kira ada yang yang mau menambahkan trik di atas ga?







English_6thGrade_#4

  Cross a,b,c or d of the right answer! 1.       Kim :................? Ran: I am twelve a.        How are you                        ...