Selasa, 25 April 2017

Kenapa PO bisa jadi PeA(k)


Ea eaaa......sebenarnya tulisan ini Cuma buat have fun aja, mencari sisi lucu dari sebuah kesibukan..hemmm...

Yang pernah menjadi PO, chairman, ketua pelaksana atau apapun itu namanya....ngacungggg!!!
Benar nggak sih menempati posisi itu bisa bikin stress??? Jawabannya yaa tergantung, tergantung besar kecil acara, kekompakan seluruh panitia dan lain-lain. Biasanya, semakin besar acara , semakin ribet yang dipersiapkan, semakin banyak urusan, semakin besar pula potensi penurunan kadar kewarasan. Memang betul, seorang chairman harus me-restock kesabaran agar event tersebut nanti akan berjalan lancar. Ada beberapa hal yang membuat seorang ketupel serasa diuji kesabaran, yaitu sebagai berikut :
a. Big Boss rese
Tak semua big boss itu rese lho ya, ada pula yang easy going, nggak banyak revisi, termasuk big boss ku ,hehee...peace man. Kalau big boss rese tu gimana? Hiyya, nggak pernah ngasih perhatian, nggak ngasih konsep, tahu-tahu kalau ada kesalahan, dialah yang pertama kali blame bawahannnya . Banyak maunya, giliran suruh mendeskripsikan konsep bingung sendiri, hellow, too much complain will kill you, hahaahahaa.....
b. Ragam pola pikir sesama panitia
Kalau ini mah, paham bener. Yang namanya mempunyai rekan sesama manusia, pastilah banyak pola pikir yang berbeda. Si A minta begini, si B minta begitu, si C minta begono. Belum lagi si D yang lagi sensi karena patah hati, si E yang lagi baper karena diomel suami. Solusinya, ya sabar, kalau mau sepikiran, tanpa ada protes ya berpartner sama robot aja..oopsss.....cukup dengan dalil nobody’s perfect sajalah yaa kalau ini mah, jadikan sabar dan Allah sebagai penolong.
c.  Tanggungjawab Primer yang kadang tak mau kompromi
Tanggungjawab ini bisa seputar kerjaan utama di kantor bisa juga tanggung jawab rumah tangga. Yah, kadang project officer dadakan cukup menguras waktu dan tenaga. Tiba-tiba saja istri di rumah baper karena tambah sibuk, anak merengek-rengek tampa ampun, belum kalau ada anggota anggota keluarga yang sakit, aarghhh.......
Tips agar event berjalan lancar sebenarnya sederhana, tetap semangat, jangan baperan dan tetap hati-hati. Hati-hati dalam bertindak dan dalam berucap. Jangan grusah-grusuh dan harus teliti terutama soal anggaran. Jangan sampai besar pasak daripada tiang, berabe, bikin kismun. Whatever happens, the show must go on. Jadilah ketua panitia yang dihormati warga karena kharisma bukan karena rasa takut. Kalau ada yang nggak sreg, kurang berkenan, lebih baik japri daripada ngoceh-ngoceh di depan publik. Mengkritik di depan orang banyak jatuhnya malah menghina. Keep up the good work ya temans, semoga tetap waras......

                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                 

Forgive (and) Forget

   “Dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak suka bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang.....”
***
“ Kenapa lagi?”
“Aku agak gimana gitu, nggak sreg aja.’
“Ada masalah lagi?”
“Enggak si. Malah belum berinteraksi sama sekali.”
“Yeee.....biasa aja lagi, kalian kan dah bermaaf-maafan.”
“Tapi masih inget aja..”
“Huffttt....”
***
Hayooo....siapa yang punya pengalaman yang sama dengan ilustrasi di atas??? Yaah, adalah manusiawi jika seseorang punya salah. Ada kalanya orang lain berbuat salah terhadap kita yang memicu naiknya tensi, tapi ada saatnya kita berbuat salah, entah itu hanya verbal atau aksi tertentu.
Memaafkan berkaitan dengan kesejahteraan mental. Kalau belum memaafkan, bisa dikatakan bahwa mentalnya masih terbebani. Memaafkan memang nggak mudah, apalagi kalau masih mengandalkan hati daripada logika. Dari ranah religius, sudah banyak tentu terapi untuk mendinginkan pikiran mulai dari dzikir mengingat Allah, sholawat hingga ibadah-ibadah yang lain. Pun agama lain pasti mengajarkan hal yang sama, memaafkan, mengampuni.
Menurut pendapat Doris Donneley dalam Putting Forgiveness into Practice, ada beberapa langkah untuk memaafkan yaitu :mengenali luka batin kita, memutuskan untuk memaafkan, menyadari kesulitan dalam memberi maaf dan memikirkan efek negatif seandainya tidak ada kata maaf.
Sebagaimana firman yang dikutip di awal, bahwa  memaafkan adalah perbuatan yang baik, perbuatan yang diharuskan demi kedamaian semesta. Kalau perkara lupa ingat, itu adalah perkara lain. Apalagi kaum hawa yang dicap sebagai ahli sejarah yang baik (hehehhee). Ada timing yang membuat kita lupa akan kesalahan orang tapi ada momen dimana tiba-tiba kita jadi ingat kesalahan mulai dari kelas teri sampai kakap. Biasanya perlahan lupa ketika berkurangnya waktu dalam berinteraksi, menyibukkan diri dengan kegiatan positif lainnya. Apabila kesalahan orang lain tiba-tiba berkelebat, ingat-ingat kebaikannya. Masa iya orang buruk terus? Masa iya nggak pernah melakukan kebaikan apapun? Bukankah motto di mana-mana nobody’s perfect???
Lha, terus bagaimana kalau kelewat benci??? Hahahaaa,.....maafkan, normalisasi hati,  batasi interaksi, daripada situ baper lagi.....jiahhhh.....huznudzon, tetaplah berprasangka baik lhah yaa..... Kalau memaafkan membuat batin lebih tenang, kenapa tidak? Kalau menyimpan kekesalan itu justru merusakkan sel-sel tubuh, mengurangi imunitas, meredupkan rona dan membekukan hati, kenapa masih saja dipertahankan??? Allah saja maha Pemaaf lho, bahkan pintu maaf Allah itu jauh lebih lebar daripada hambaNya.
“The first to apologize is the bravest. The first to forgive is the strongest. The first to forget is the happiest.”
Aaah, mungkin nggak sih kalau memaafkan dan melupakan itu satu paket???



Rabu, 12 April 2017

Amitie sans Frontiere ; Karena Persahabatan tak Memandang Usia


“Depth of friendship does not depend on the length of acquintance” (Rabindranath Tagore)

Homo Homini LuPUS, begitulah para ahli menerjemahkan makhluk yang paling sempurna di dunia ini. Ya, makhluk sosial kata kita lah ya, makhluk yang membutuhkan orang lain di sepanjang hidupnya.Dengan segala keunikannya, manusia membutuhkan interaksi. Sejak lahir sampai liang lahat pun tak bisa kita lakukan sendiri.

Karena kodrat itulah, manusia membentuk koloni, menjalin persahabatan dengan yang mereka anggap nyaman. Kata mereka yang muda mah seperti geng atau klik ( yang ini lebih positif maknanya). Tak hanya anak-anak atau remaja, bahkan di dunia kerja pun tak melulu direcoki urusan berkas, rapat ataupun target. Kadang di sela-sela kewajiban, kita masih menyempatkan untuk membuat lelucon, bergosip ringan hingga share problem yang ngganjel dengan harapan ada titik terang.

That’s it, penulis pun juga berkawan, berinteraksi. We create a joke, e have fun but sometimes we fight, arguing, debating for a little stuff. Yang namanya bergaul memang tak melulu menyenangkan, ada kalanya kita dibikin jengkel, yah naik turun itu pasti ada lah yaa. Tapi ya nggak langsung cus putus gitu mah. Berbeda dengan anak remaja yang diem-dieman,  nunggu ditegur atau langsung move on, hang out dengan yang lain mencari kubu baru. Lha Gusti menganugerahi kita mulut dan telinga buat apa coba? Ada baiknya bicara dengan baik-baik, jadilah juga pendengar yang bijak, nggak perlu pake otot hingga ngoyot (halah, bahasa apa cobaaa). Katanya, sampaikan meski itu pahit, jiahhh.....kata iklan mah, mari nge-teh, mari bicara, ya kalau sedikit complicated, boleh lha ya di D’Cost atau Solaria,hahahhaa.....

Nobody’s perfect, dan gesekan itu pasti, jangankan teman, keluarga saja yang sedarah bisa bentrok. Crash bisa terjadi kapan saja dan disitulah kita di tes. Bukankah salah satu tolok ukur kedewasaan adalah cara menyikapi masalah??? Apabila tali silaturrahim masih bisa disambung, kenapa harus di cut? Allah cinta dengan orang-orang yang menyambung tali silaturahim lho.

Be sensible but not sensitive. Peka iya tapi bukan maksud mudah tersinggung. If you tends to be sensitive in every piece of life, berteman dengan siapapun nggak akan awet. Anyway, itu sebenarnya pilihan masing-masing juga sih,mau berkawan dengan siapa, heheheee....

Buat sahabat yang sedang dilanda baper akut, galau kronis, semoga segera mendapat pencerahan yah. Allah adalah sebaik-baiknya tempat untuk mengadu tapi tak adil jika engkau mengabaikan yang ada di sekitarmu. Amitie sans frontiere.

sedih bila kuingat lembaran itu, membuat jarak antara kita
resah tiada menentu hilang canda tawamu
tak ingin aku begini, tak ingin aku begini...
sobat, rangkaian masa yang tlah terlewat buat batinku menangis
mungkin karna egomu, mungkin karna egoku
maaf aku buat begini, maaf aku begini....
bila ingat kembali, janji persahabatan kita
takkan mau berpisah karna ini
pertengkaran kecil kemarin, cukup jadi lembaran hikmah
karna aku ingin tetap sahabatmu (Edcoustic)


Selasa, 11 April 2017

NgeTrip Gesit


Yoshh………….welcome April. Setelah berjibaku dengan serangkaian kegiatan sekolah, akhirnya sempet , sudah juga menarikan jari di keyboard ini meski dengan tema yang nggak jelas, halah.
 Ada hal yang sejak beberapa waktu lalu mengganjal, ingin banget aku tulis sebenarnya. Yah, sok-sok ngin-Tips lah ya. Masih nggak jauh-jauh tentang pendidikan, yaitu field trip. Untuk refreshing para siswa agar tak jenuh  karena belajar tak melulu urusan kelas dan kertas, ceileee.
Mempersiapkan field trip memang nggak boleh grusah-grusuh, bahkan lebih baik jauh-jauh hari. Ada beberapa hal yang mungkin bisa jadi bahan pertimbangan untuk field trip kedepannya.
a.  Lokasi
Yah, lokasi menjadi penting kalau yang field trip itu anak-anak. Tahu sendiri lah ya, fisik anak-anak lebih rapuh, jiahhh. Pasti deh, nggak jauh-jauh dari pusing, mabuk kendaraan yang berujung muntah, masuk angin dan lain-lain. Kalau jaraknya jauh, bearti semakin lama di jalan. Nggak banget kan kalau tenaga habis di jalan, acara inti malah jadi nggak semangat.
b.  Fasilitas
Yoi, cek ricek apakah fasilitas yang ditawarkan memadai termasuk kamar mandi yang bersih dan jumlahnya cukup pantas untuk rombongan, mushola, makan dan fasilitas lainnya. Pastikan juga sesuai dengan peserta. Nggak mungkin kan anak kelas 1 diberi flying fox setinggi lima meter, hahahahhaa….
c.  Konsumsi
Yah, yang , makhluk kasar pasti tak lepas dari urusan  perut. Pastikan makanannya aman, awet, tidak cepat basi. Biasanya sih, pilihan jatuh pada roti, simple lah ya. Jangan lupa pesan kepada peserta agar tak terlalu banyak makan menjelang keberangkatan. Ini penting untuk menghindari muntah di kendaraan. Sepengetahuan saya sih, hal itu berpotensi untuk menyebabkan penumpang lain ikut mabuk.
d.  Recheck Amunisi
Ya, biar nggak trataban, segala amunisi harus dipersiapkan termasuk jasa transportasi. Biasanya, order bus jauh-jauh hari, misalnya sebulan sebelumnya. Karena, secara tradisi, sekolah-sekolah di Indonesia memiliki timing tour yang sama, jadi cepat-cepatlah pesan sebelum keduluan. Tak kalah penting juga, printilan-printilan mulai dari obat-obatan sampai kantong muntahan.
Anyway, everything needs preparation ya. Apalagi ini menyangkut hajat hidup orang banyak, halah. Penting, penting nggak penting sih, kalau bisa disurvey dulu biar nggak kecele, jangan mudah percaya dengan brosur. Yah, yang namanya marketing pasti bilang yang bagus-bagus dong. Jangan sampai nanti ada kekecewaan menggelayut, sudah jauh, tapi begini-begini, kurang memuaskan dsb.
Selamat ber-field trip ria, semoga tujuan awal dari kegiatan tercapai. Bukan Cuma capek semata tapi ada nilai-nilai yang bisa dieksplore seperti kekompakan, mengontrol emosi, kemandirian dan sebagainya. Nature does teaches us wisely.






English_6thGrade_#4

  Cross a,b,c or d of the right answer! 1.       Kim :................? Ran: I am twelve a.        How are you                        ...