Senin, 31 Juli 2017

Inuyasha in modern world #4


Inuyasha Goes to Salon
“ Baiklah, tapi jangan kau bawa barang yang banyak sepulang dari rumahmu” ujar Inuyasha.
Ya, pekan ini mereka berdua berencana untuk mengunjungi orangtua Kagome. Sota mengundangnya di acara festival budaya di sekolahnya. Inuyasha sebenarnya senang-senang saja, hanya saja suhu lingkungan yang lebih panas membuatnya lebih banyak menghabiskan waktu di dalam rumah, itu pun dengan pendingin yang menyala atau hanya sekedar kipas angin.
                ***
“Ehmm....hei Inuyasha, pokoknya di acara nanti kamu harus tampil rapi ya,” kata Kagome.
“Maksudmu memakai alas kaki semacam sepatu sandal?”
“Inuyasha boleh berpakaian seperti itu kan Sota? Anggap saja mencintai budaya asli,” tutur ibu sambil senyum kecil
Iya sih memakai kimono,....tapi nggak nyeker juga, ujarnya dalam hati.
Usai makan siang, Kagome mengajak Inuyasha keluar. Sebenarnya enggan mengingat suhu Tokyo yang belakangan meningkat seiring pemanasan global. Yah, musim panas cocok untuk festival karena durasi siang yang lebih lama tapi musim ini membuat Inuyasha harus sering-sering minum dan mengibaskan surai, apalagi kalau bukan karena kepanasan.
“ Woi Kagome, sebenarnya kau mau mengajakku kemana?” tanyanya, mengernyitkan mata.
“ Sudah, ikut saja. Yang jelas, setelah ini kamu nampak lebih rapi.”
Mereka berdua berjalan menyusuri kedai dan ruko. Sesekali Inuyasha melihat poster gadis gadis Jepang emesh tapi dengan segera ditarik oleh Kagome.
“Perempuan-perempuan itu berdandan untuk membasmi siluman?”
Mata Kagome sinis.
“Mereka begitu dibayar.”
Mereka berdua masuk ke salah satu kedai. Di luar tampak jelas tertulis, “Shizouka Beauty Centre”. Tercium aroma wewangian termasuk shampoo dan produk-produk kecantikan lainnya.
“ Inuyasha, rambutmu terlalu panjang, bisa jadi sarang kutu, selain itu boros sekali dalam mencucinya....maka dari itu....”
“ What...”
“ Tenang, mereka profesional tidak sampai salah gunting.” Kagome mendorong Inuyasha di kursi potong rambut. Stylist pun nampak siap, iapun menungggu di sudut ruang.
Tapi......beberapa setelah itu terdengar jeritan.
“Aarrghhh..........” stylist itu berlari ke arah Kagome.
“ Nyonya, lebih baik anda sendiri yang memotong rambut suami anda, telinga bentuknya aneh. Ketika saya mencoba memotong rambut ada yang suara lengkingan dari seekor kutu di rambutnya,” ujarnya tergopoh-gopoh. Aw aw...............
Mereka berdua pun ngeloyor keluar........Kagome menunduk seraya mengepalkan tangan..
“Akhirnya rambutku masih utuh..” ujar Inuyasha.
“MYOGA.......KENAPA kau mengikuti kami sampai dunia modern????” teriak Kagome.






Minggu, 30 Juli 2017

PIL, Pemimpin Idaman Lakyat, eh Rakyat

Adil adalah menimbang yang sama berat, menyalahkan yang salah, dan membenarkan yang benar, mengembalikan hak yang empunya dan jangan berlaku zalim diatasnya –Hamka.
Mencoba tidak melirik, tapi kok menggelitik, mencoba tak membuka tapi kok sepet di mata. Ah berita-berita itu, mau berpaling kok gemanya malah makin melengking. Fitnah di mana-mana, dua kubu beradu, fakta, hoax campur jadi satu.

Akhir-akhir ini memang berita seperti dagelan ya, lucu aja gitu kalau dijadikan sarkas. Gaduh, gaduh memang negeri ini, entah sebenarnya mau dibawa kemana ya.
Berawal dari pilpres, lanjut dengan pilkada DKI yang diwarnai dengan sejumlah kasus, mulai dari penistaan hingga isu korupsi sejumlah proyek. Saya pikir bakal tutup buku, selesai setelah terpilihnya gubernur baru, tapi ternyata tidak. “Perang saudara”, dua kubu yang bertolak belakang tak jua berkesudahan.

Ya, negeri ini sedang ringkih. Untuk negara seluas Indonesia dengan adat, budaya, suku, ras, agama yang beragam memang rawan dengan konflik. Sejumlah lakon yang penting justru tidak memainkan perannya dengan baik. Hal ini menjadi alasan mereka yang kreatif dengan membuat meme meme yang mengolok-olok, meragukan kinerjanya.

Contohlah saja polisi. Instansi ini belakangan dipandang sinis oleh masyarakat atas gaweannya yang jauh panggang dari api. Kasus-kasus yang embuh lah, mulai chat sex habib yang belakangan malah dipatahkan oleh sejumlah ahli, penyiraman begawan KPK yang katanya rentetan dari bisnis online shop sang istri, ngorek-orek jualan beras yang katanya bla bla bla tapi ujungnya dipermalukan di depan dewan. Saya kira dagelan Cuma ada di ketoprak humor tapi faktanya ada lho, hahahaa( entahlah, mau ketawa atau menangisi pertiwi).

Hayuklah para pemangku negeri, rakyat makin cerdas lho seiring dengan tekhnologi informasi yang melesat. Dan pada akhirnya, informasi yang benar, yang logis dengan mudah rakyat dapatkan. Mereka sudah paham mana yang fakta mana yang plintiran. Kalau masih ndableg membela yang salah berarti ada kepentingan di atas kepentingan, wes lah ngono.

Bangkai tetaplah bangkai....serapi apapun pasti akan ketahuan juga

Memang rumit sih ya, apalagi bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang berbudi, termasuk mengingat utang budi. Misalnya, utang budi diberi pangkat yang justru jadi jongos yang memberi pangkat, ea eaaa....Ya kan katanya utang budi dibawa mati kan ya.....halah...

Berharapnya si, udah, cukup, jangan sampai ada pertumpahan darah, perang saudara. Asalkan yang diatas berlaku adil, rakyat nggak berisik kok. Adil terhadap semuanya, tidak berat sebelah, tidak membeda jawa, china, islam kristen. Tetaplah berdaulat terhormat, bukan menjadi jongos negeri sendiri, tikus mati di lumbung padi. Telah banyak bukti bahwa Indonesia sesungguhnya negara yang kaya raya tapi kok ya Cuma sepandang mata saja hasilnya.

Jadilah pemimpin yang amanah, pemimpin yang takut Allah dan dicintai rakyatnya, buat yang jomblo bolehlah ya ikut serta membangun negara meski belum membangun rumah tangga eaaa....

“Tidaklah seorang pemimpin memimpin masyarakat muslimin, lantas dia meninggal dalam keadaan menipu mereka, kecuali Allah mengharamkan surga baginya.” (HR. Al-Bukhari, No. 6618).

“Sesungguhnya seburuk-buruk pemimpin adalah mereka yang mempersulit (menyusahkan) rakyatnya. Oleh karena itu, janganlah sampai kamu tergolong dari mereka,” (H.R. Bukhari dan Muslim dari Aidz bin Amar).









Rabu, 26 Juli 2017

Jodoh Khayalan




 Celoteh mereka berdua tak kuhiraukan. Banyak sekali urusan yang nempel, makin rungsek saja otakku kalau menganggap tiap kata-kata mereka suatu hal yang serius.
“ Nduk, kamu sudah lewat 30 tahun lho”, kata emak. “ Kalau nanti-nanti, malah pada mundur, takutnya kamu jadi...”
“ Perawan tua mak???....Santai aja kali mak, nooh liat, presiden perancis saja nikahnya sama gurunya yang selisihnya banyak banget.”
“ Kamu kan Cuma jualan lemper.”
Ngok, aku ngeloyor sambil tetap kekeuh dalam hati. Suzana juga jauh lebih tua, apalagi berita terakhir, pemuda yang menikah dengan nenek-nenek. Apa jangan-jangan lelakiku belum terlahir? Duhh...tapi jangan sampai aku peyot juga Gusti....



Minggu, 23 Juli 2017

Karena dibully tak selezat nasi kebuli

Jadilah mulia tanpa menghinakan orang lain

Yey, tahun ajaran baru, teman baru, guru baru, sekolah baru. Masa-masa ini riuh dengan berita tentang pendidikan, mulai dari kehebohan sekolah baru, sampai dengan berita kurang sedap yaitu tentang aksi pembullyan baik itu siswa berseragam maupun yang sudah bergelar mahasiswa.

 Entah demi eksis atau menunjukkan keperkasaan, dikabarkan ada anak sekolah membully temannya, mahasiswa membully rekannya yang katanya berkebutuhan khusus. Yaa ampun....apa ini efek ditiadakannya pelajaran moral pancasila atau keseringan nonton John Cenna yak, haish.

Mungkinkah dari sisi pelaku, ia mendapatkan kepuasan tersendiri setelah melakukan pembullyan itu? Bully itu sendiri tak hanya sebatas fisik lho. Tapi ngata-ngatain orang, menjadikan temannya bahan candaan itu termasuk juga lho. Jadi, menyebut miskin, tonggos, pesek dan lain sebagainya itu termasuk kriminalisasi lidah.

Kalau baik itu bisa ngetop, kenapa harus jadi buruk?
Kalau hanya sekedar eksis, kenapa harus dengan membully ya. Ada banyak cara-cara yang cerdas seperti ikut kompetisi, entah itu yang menguras otak atau olahraga yang menguras tenaga, menyelenggarakan kegiatan, berusaha keras menjadi juara, mempertahankan IPK cumlaude dan masih banyak lagi.
Kalau hanya menyalurkan hobi, mendapatkan kepuasan, hey....kamu normal kan? Masa iya mendapatkan kepuasan melalui penderitaan orang. Masih banyak cara-cara elegan kan ya untuk aktualisasi diri. Apalagi kok ya sampai hati memvideokan dan menyebarluaskan.

Lebih gemes lagi kalau yang dibuly itu hanya diam menikmati kepedihan, hadeuh. Lalu harus bagaimana? Kalau kamu punya tenaga lebih kenapa tidak dimanfaatkansetelah physically dianiaya? It’s okay kalau dibilang tukang ngadu kalau kamu memang get irritated, asal jangan lebay yahh.

Jadilah orang yang beruntung dengan membuat hari esok lebih baik dengan sebelumnya.

Semoga pembully-pembully itu segera tergerak hatinya ya. Efek bagi korban bisa jadi lama sembuhnya lho, bisa jadi pengalaman traumatis. Ingat Chester Bennington, vokalis band Linkin Park yang tewas karena bunuh diri kan? Kabarnya doi punya pengalaman buruk waktu kecil yang sampai akhir hayatnya masih membekas ...Nahh lhoo.....padahal doi kan sudah ngetop, he can get everything ya, tapi ternyata ada sisi gelap yang tak bisa terungkap. Meninggalnya sang vokalis kok ya pas sama momen yang sedang naik daun( apa maksud dari tulisan ini, toyorr). Daripada membully lebih baik makan nasi kebuli ah, lezaaat...hahaha....

Untuk yang pernah dibully, stay strong, berdamai dengan masa lalu itu lebih baik. See, pemandu talk show terkenal Oprah Winfrey pun punya masa lalu kelam tapi ia bisa menjadi lebih baik, lebih bahagia. 

“Sesungguhnya yang paling mulia dan paling tinggi derajatnya di antara kalian di sisi Allah di dunia maupun di akhirat adalah yang paling bertakwa. Jika kalian ingin saling berbangga, saling berbanggalah dengan takwa (kalian).” (Ruhul Ma’ani, 19: 290)


Senin, 17 Juli 2017

Liku Cahaya

Darah itu memang mengalir dalam tubuhku. Aaah....lelaki tua itu, entah konvensional atau skeptis, apapun itu, tetap saja, aku adalah bagian cabang rantingnya. “ Kalau bukan kau, siapa lagi?” serunya tiap kali memberi wejangan. Atas perannya, aku digojlog dengan alunan gamelan sementara yang lain diperdengarkan jazz, pop bahkan murottal. Atas usulnya, aku mengambil ekskul karawitan ketika berada di sekolah atas. Ekskul yang sebenarnya kurang diminati termasuk diriku. Nguri-uri budaya jawa, katanya. Dan aku bisa apa. Kedua orangtua pun sama, ibuku adalah seorang sinden dengan suara indahnya. Ayahku? Setali tiga uang. Beliau adalah ahli kriya meski pekerjaan utamanya adalah petani, bukan tepatnya juragan sawah.
Dauroh pertama, Gunung Kendil, Magelang....
Berawal dari penasaran akan akhwat jelita di kampus, aku iseng mengikuti dauroh bersama aktivis dakwah. Yah, itung-itung refresh setelah ujian tengah semester, pun dengan setengah hati aku ikuti. Terang saja, wong ikhwan akhwat ternyata berbeda tempat, mana bisa curi-curi pandang.
Mencari ilmu, begitu alasan yang kusampaikan kepada kakak di atas levelku. Materi pertama adalah akidah. Apapula ini, bukankah dari lahir sudah Islam, aku bisa mengaji, sholat beserta doa-doa sederhana. Yah...keciiilll.

“ Jadi, di sini, kita tak hanya belajar pengetahuan dasar tapi tentang bagaimana amalan itu tak sekedar gestur, tentang amalan yang kaffah, murni.”

 Hah!!! Jadi mereka pikir aku ini hanya jungkit-jungkit, berlapar-lapar namun tak berpahala. Huft.... kalem, ilmu takkan masuk kalau diraih dengan emosi. Kakak tingkat itu melanjutkan ceramahnya. Bahasanya lembut dan tak bernada underestimate sama sekali. Justru dia memberi semangat dalam beribadah. Tapi aku hanya merasa datar, sampai pada materi amalan yang tertolak. What else??? salah satu penyebab amalan tertolak adalah musyrik. Haish.....kemenyan, sajen, adalah salah satunya. Damar, apa yang kau lakukan selama ini??? Tanyaku dalam hati. Mereka memberiku nama Damar, sewangi damar tapi fungsi salah satu damar adalah bahan dupa, penyempurna wewangian dalam sesembahan.
Tak hanya itu, demi mengembalikan akidah tauhid, kakak tingkat juga menyertakan azab-azab bagi pelaku musyrik. Merinding ya Tuhan. Tobat ya Allah, tobat.

Sepulang aku dauroh, lelaki tua itu memanggilku.
Damar, dua minggu lagi Sapto, tetanggamu sunatan. Keluarganya ingin nanggap kuda lumping sebagai hiburan. Siap-siap ya.”
Lidahku kelu, tidak menolak, tidak pula mengiyakan. Antara bakti dan prinsip hidup. Bayang-bayang dauroh itu berkelebat. Harus mempunyai alasan yang logis, pikirku. Malam itu aku keluar dengan memacu kuda besi beserta pikiran yang berkecamuk. Antara sadar atau tidak, melawan kantuk dan lelah hingga truk parkir itu terlewat dari penglihatanku.
Dengan tangan kugendong, rangkaian jadwal terapi pun menanti. Menyesal? Tidak, karena dengan ini aku bisa menghindar dari show yang dua minggu lagi akan ditampilkan. Tarian yang berbau menyan, sesajian yang berujung pada kesurupan. Tak ada yang kecewa, dengan segera kakekku mencari gantinya. Ah, pelan-pelan saja Damar. Mungkin baru dirimu yang menghindar, siapa tahu yang lain menyusul.

You have to endure caterpillars if you want to see butterflies. - Anda harus tahan terhadap ulat jika ingin dapat melihat kupukupu. (Antoine De Saint)





Minggu, 16 Juli 2017

Working-Mom Syndrome


Entah bagaimana yang benar akan penyebutan ini, tulisan ini sebenarnya hanya sekedar sharing, syukur-syukur ketemu jodoh, eh solusi maksudnya.

jadi, setelah very looong holiday, hari kerja itu pun tiba (halah). Alhamdulillah masih ingat jalan ke tempat kerja, secara liburnya lama banget cyin, sekitar tiga minggu, wew. Enaknyo....makanya, jadi guru, xixixiiii.....Saking lamanya libur, saya sendiri malah keder. Ya karena masih ada bocil yang lengket banget sama emak dan kini tiba waktu saat untuk berpisah, meski Cuma sehari. Saya bangun pagi, eh nggak lama dia bangun, pakai acara mewek, minta yang susah nyarinya. Pokoknya dramatis. Dan biasanya ujungnya ngikut kerja meski dengan berat hati harus ditolak. Drama pagi segar itu biasanya diakhiri dengan jam kedatangan emak yang ngaret, molor diiringi banyak sholawat, beristighfar semoga everything runs well.

Menurut saya sih, hal penting yang harus ada yaitu stok sabar. Jangan sampai mewekan bocil nambah kita jadi uring-uringan yang menguras emosi dan bisa berpengaruh pada kinerja. Kalau yang satu mewek, yang satu teriak malah jadi double berisiknya kan. Keep calm, stay strong and stay cool, halahhh. Siapkan trik-trik, rayuan gombal, mainan, tontonan atau duit, haish. Pelan-pelan kasih pengertian.

Selain itu, memang butuh kerjasama banyak pihak. Masa iya nggak ada orang lain di rumah, entah itu kakek, nenek, ipar atau embaknya. Nggak mungkin juga kan bocil sendirian. Kalau toh nggak stay di rumah, pasti ada solusi lain seperti day care misalnya. Yang jelas adalah kerjasama dan komitmen. Bocil yang umurnya nanggung, bayi enggak, sekolah juga belum. Ditinggal bisa “nggendoli” istilah jawanya “kelayu”.

Anyway, pernah nggak sih emak-emak mengalami sindrom sedemikian rupa. Bisa share dong olala....Nggak mungkin juga kan bekerja membawa anak ( meski di sekolah sekalipun). Ada peraturan-peraturan yang ditujukan agar atmosfer kerja menjadi begitu seharusnya ( ini bahasa apa coba). No bully, no offense, no debate tentang working mom vs stay home mom ya, karena semua adalah pilihan. Pasti ada alasan di tiap pilihan.

Hanya karena sesuatu tidak terjadi hari ini, bukan berarti tidak akan terjadi pula di esok hari-anonymous

English_6thGrade_#4

  Cross a,b,c or d of the right answer! 1.       Kim :................? Ran: I am twelve a.        How are you                        ...