Rabu, 20 Desember 2017

Makan Siang Berlauk Bangkai


Tik-tok-tik-tok, waktu menunjukkan pukul 12.10. Beberapa karyawan C.V Maju Mundur Bersama tengah bermalas-malasan di depan komputer. Pegawai yang bekerja di bidang jasa travel dan pengiriman barang itu tak banyak dan sedang dalam waktu  istirahat.  Mereka sedang menunggu Paijo, Office Boy yang sedang membelikan makan siang di warteg sebrang jalan.
Tak memakan waktu lama, Paijo pun datang dengan membawa beberapa nasi bungkus. Sekretaris, front officer dan beberapa orang berkumpul di meja sudut yang hanya muat sekitar enam orang. Tanpa arahan resmi , mereka membuka bungkusan masing-masing.

“Eh, denger-denger, pak bos mau menikahkan anaknya, Selly.” Ujar Kiki memecah syahdunya makan siang.
“Oh ya?”
“Iya, sama lelaki bernama Duta. Tapi....katanya tidak disetujui oleh nyonya besar lho.” Tambah si Rika.
“ Emang kenapa?” Tanya yang lain.
“ Katanya sih, si Duta ini masih ngontrak, baik rumah maupun kerjanya.”
“Ooo....takut masa depannya suram kali yaaa.”
“ Yaah, namanya juga cinta.”
“ Yaah, makan tuh cinta. Hari gini, pleasee deh....money is everything.”
“Yaa nggak tahulah yaa....jadi apa enggak. Kemarin nyonya besar sempat marah-marah gitu.”

Begitulah. Para karyawan asyik menikmati makan siang dengan bumbu-bumbu obrolan yang kurang penting. Tanpa mereka sadari, mereka menambahkan lauk dengan berupa bangkai. Bukan sembarang bangkai, melainkan bangkai saudaranya sendiri. Sebagaimana yang sudah tertuang dalam AlQuran:
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka, karena sebagian dari prasangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang. Jangan pula menggunjing satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyanyang ( Al Hujurat:12)

Memang, makan bersama adalah momen yang menyenangkan, bahkan presiden pun pernah menggunakan diplomasi makan siang untuk meredakan ketegangan. Hanya saja, alangkah baiknya obrolan yang terjadi saat makan siang atau dimanapun itu, mbok ya yang bermanfaat. Banyak topik yang lebih elegan untuk didiskusikan apalagi bagi kalangan yang mengaku educated. Alih-alih menggosipkan orang yang belum tentu benar dan tak ada pengaruhnya dengan kehidupan kita, lebih baik cari topik yang lain seperti next project, berbagi tips, informasi yang berfaedah dan masih banyak lagi.Semoga saya, anda dan kita semua bebas dari aktivitas makan bangkai tersebut. Aaah,....sudah makan bangkai, manusia pula. Masih banyak kok lauk yang lebih menyehatkan.

LaGi BeTe


“Kalau ingin tahu isu terbaru, mainkan saja smartphonemu...”
Agar terlihat intelek sedikit, isenglah saya menonton tayangan diskusi yang isinya orang-orang pintar. Saya kira, ini lebih bermartabat daripada sekedar menonton infotainmen ya haaa.....

Ya, isu yang diangkat ke diskusi publik itu adalah seputar legalitas LGBT. El Ge Be Te itu bukan Laki Gila Bini Tiga ya, tapi itu merupakan singkatan dari Lesbi, Gay, Bisex dan Trangender yang pada intinya adalah penyalahgunaan barang berharga.

Pro Kontra didudukkan. Atas nama HAM, sejumlah orang pun mengiyakan legalitasnya. Tanpa memandang norma-norma di masyarakat dan budaya timur sendiri, mereka menyambut baik eksistensi LGBT.

Sementara itu, di sayap kontra, mereka menyandingkan dengan fakta-fakta medis dan ajaran kitab suci. Sejumlah penyakit menular seksual disinyalir sebagai buntut daripada aktifitas nista tersebut. Selain itu, kitab suci (khususnya agama samawi)jelas-jelas menganggap bahwa itu suatu pelanggaran. Sebuah riwayat kaum Luth menjadi pengingat akan sebuah azab yang pedih.

 Memang, budaya nusantara sendiri, dahulu, ada cerita tentang praktik gay oleh ksatria warok ( dari Ponorogo). Konon, para warok ini menjaga kesaktiannya, para warok ini menghindari sex dengan lawan jenis. Sebagai gantinya, ia mengganti dengan lelaki yang elok yang disebut gemblak. Anyway, itu kan dulu ya, jauh sebelum dakwah itu merambah.

Jadi ya, mengingat dampak duniawi dan ukhrowi, demi menjadikan negara ini lebih beradab, perilaku menyimpang LGBT ini perlu di non aktifkan. They say, LGBT itu menular, that’s why, perlu treatment. Alih-alih memberi ruang legalitas, lebih baik difikirkan tentang penanganan dan pencegahan. Lho, katanya toleransi itu membiarkan?? Tapi ya nggak serta merta bisa diaplikasikan dalam kasus ini lha ya. Kalau mereka mau natalan, waisakan, lebaran, ibarat kata nggak ada dampak kesehatan fisik yang berarti. Mau natalan semonas juga, lakum dinukum waliyyadin. Berbeda dengan LGBT yang bisa menularkan penyakit-penyakit dan azab karena menentang kitab.

Ayolah, orang mah tertarik sama barang yang bukan miliknya. Pengin sesuatu yang berbeda, eh ini malah jeruk makan jeruk. Rasulullah saja membanggakan kaum muslimin secara kualitas dan kuantitas, kalau homo, bagaimana kuantitasnya bertambah??? Coba orang-orang yang mengaku mendukung sementara dia sendiri normal, mau nggak dipasangkan sesama jenis?. El Ge Be Te adalah suatu bentuk penyimpangan, kalau menyimpang ya diluruskan, bukan malah semakin dibelokkan.
Saya jadi ingat pernyataan fenomenal presiden Zimbabwe, seorang kristen yang kurang lebih begini “ Saya tidak habis pikir bagaimana AS melegalkan perkawinan sesama jenis. Jika perlu saya akan terbang ke AS dan melaamar Obama.” Duhh.....

“maka barang siapa yang mencari di luar itu (seperti zina, homoseks dan lesbian)mereka itulah orang-orang yang melampui batas”

Rabu, 06 Desember 2017

Jadi Pengawas Ujian itu...

December comes, holiday begins. Kalau sudah Desember itu atmosfer bersantai ria kian membuncah. Bayang-bayang libur akhir tahun mulai merangkak. Tapiii...sebagaimana pada umunya, tak ada liburan tanpa ujian, eaa....bagi siswa maksudnya. Sementara itu, kaum guru disibukkan dengan membuat soal, melaksanakan ujian hingga melaporkan hasil ujian setelah sebelumnya dikoreksi, diolah dan bla bla blaaa.....Ayo tebak, mana dari kegiatan tersebut yang paling asyik??? Jelas gak ada ..ha..ha..ha....

Lho, melaksanakan ujian itu kan gampang Ms, apalagi Cuma ngawas, duduk doang kan??? Ya iya sih, duduk doang, tapi kadang tidak berjalan sesuai ekspektasi. Ada sedikit hal yang bisa mengusik moood kita diantaranya :.....

a. BERISIK. Pada awalnya kita berkhayal untuk bisa menyelesaikan separuh novel, menulis satu cerpen atau membereskan koreksian, but the fact.....Hemm....siswa jaman sekarang itu selalu eksis dan tak bisa menahan hasrat untuk menyampaikan pendapat ( baca : ngobrol). Mereka memang anteng dan serius tapi itu hanya berlaku di menit-menit awal. Tak lama setelah itu, mereka mulai bergumam, bisisk-bisik mengusik dan akhirnya mewabah ke segala penjuru. Alih-alih menuntaskan koreksian, kita justru disibukkan dengan kata-kata “keep silent please, be quiet...”

b. YOU just ChAT or CHEAT???Oh Come on, You have hundreds of tricks but teachers know thousands hahaaaa......Terinspirasi bad genius? Yakin bisa mraktekkin? Sebenarnya guru itu tahu kalian nggak jujur tapi ada beberapa yang take it easy, tapi sebagian ada juga yang tegas. Guru yang kalem akan menatap sambil senyum, hingga siswa salting, tapi guru yang tegas bisa saja mendekat dan menggertak entah mencoret atau merobek, hihiiii...atuuutttt
c. Mengawas KELAS SaTu SD itu merepotkan. Sudah-sudah, nggak perlu dibahas panjang kali lebar. Untuk di awal-awal, banyak ditemui siswa kelas satu yang belum lancar membaca, jadiiii....ya harus dibacakan tiap nomernya. “Ayooo anak-anak, lihat nomer satu-lihaaat nomer satu.....” begitulah sampai nomer terakhir, hahahaaaa......
d. Mengawas di pelajaran yang nggak dikuasai. Siswa, khususnya yang masih jenjang dasar biasanya akan menganggap guru tahu segalanya. Nah, di sini kita diuji. Mau jawab takut salah, bilang nggak tahu malah tengsin. Laah, emang ada yang begitu? Sekolah Dasar kan gampang. Ya misalnya, guru bahasa Inggris lulusan Oxford ngawas mata pelajaran bahasa Arab, mana nggak pernah makan bangku madrasah/pesantren lagi. Jago-jagolah berakting ya..

Anyway, can’t deny kalau saat-saat ujian itu termasuk masa-masa yang menyenangkan. Nggak ribet menyiapka rentetan pengajaran di kelas, anak-anak pun pulang lebih cepat. Ada yang merasakan hal yang sama???Tosss.....semoga anak-anak mendapatkan nilai yang bagus, nggak perlu ngatrol lagi kan?....
     

Senin, 04 Desember 2017

Sama Nama Lain Cerita

“Heri, memang nggak ada perempuan lain selain Meggi”, kata Nenek Liza kepada cucunya. Yah, ibu Heri sudah meninggal ketika Heri masih di TK. Ia pun besar dengan neneknya, Liza yang terkenal sebagai bos kontrakan dan selektif dalam urusan jodoh keturunanya. Bobot, bibit, bebet haruslah benar-benar diperhatikannya.

“Memangnya kenapa nek? Dia baik, cantik pula,”jawab Heri
“Tapi kan dia janda, sedangkan kamu masih perjaka. Apa kata tetangga nanti.”
“Ah nenek terlalu mikirin kata tetangga.”
“Oke, kata Rasulullah lebih baik menikahi perawan bukan janda kan?”
“Istri pertama Rasulullah juga Janda nek, jauh pula usianya.”
“Kamu tu ya, asal dibilangin orang tua, mbantah saja.Baiklah, nenek setuju kalian menikah, tapi nenek nggak ikut acaranya.”
“Lho nek, kok bisa begitu?.”
“Lhah, biarin, biar kayak yang di tivi itu. Kan sama namanya, saya Liza, dia Elizabeth, ndilalah nama cucunya kan mirip-mirip juga.”

“Please nek, nenek Cuma punya beberapa petak kontrakan sedangkan dia menguasai seluruh tanah di Inggris, dia itu ratu neeekkkk.”
“Haa? Emang??lha kirain dia ratu kayak nama artis Ratu Felisha begitu...”
“Makanya nek, udah tua jangan banyak nonton tivi, mending ngaji,”kat Heri sambil ngeloyor.

Sabtu, 25 November 2017

Dear mertua,....please........



Menikah bukan hanya menyatukan dua individu melainkan dua keluarga.....

Salah satu hal yang membuat kita mengerutkan badan ketika sudah menjalin hubungan dengan lawan jenis adalah ayah ibu dari pasangan alias mertua. Entah karena kebanyakan nonton sinetron atau mengkonsumsi micin, stigma bahwa mertua dan menantu mengalami crash adalah suatu hal yang umum terjadi. Dalam bahasa Jawa, mertua mempunyai kepanjangan “moro-moro, wes tuwo” yang mana maksudnya adalah datang-datang pas sudah tua). Dalam bahasa Inggris malah diplesetin, mother in law or monster in  law, huahahaaaa.....

Memang, tak semua hubungan mertua vs menantu itu seperti yang digambarkan di sinetron. Masih banyak cerita-cerita indah tentang keharmonisan mertua menantu.
Mengingat judul ini adalah untuk mertua, jadi saya menulisnya berdasarkan kacamata menantu ya, sekali-kali yang muda yang bersuara( ini mah dah biasa yaakk).

Pertama, menantu bukan pembantu. Empat huruf terakhir memang sama, tapi percayalah, mereka berbeda. Jangan mengharapkan menantu akan menggantikan semua tugas rumah ( untuk yang serumah mertua menantu), sementara anak anda sendiri juga tipikal orang yang santai, (baca:malas). Bukankah sudah digariskan, yang baik untuk yang baik?. Apalagi kalau menantu adalah wanita karier. Mungkin dia mengerjakan apa-apa yang lebih ringan ataupun kalau sempat. Sungguh, bagaimana bisa mengharapkan Fatimah sementara sang lelaki masih jauh dari sosok Ali.

Kedua, lebih baik menegur anak sendiri. Ini bukan berarti membedakan tapi ya gimana yaaa.....Kalau ada sesuatu yang kurang pas, lebih baik tegurlah yang jadi suami. Bukankah seorang istri berkewajiban tunduk pada suami selagi syar’i? Kadang suasana hati juga berpengaruh si yaa....., menantu baru capek kerja, mertua main kritik saja, waduuh yang ada malah memantik api.

Then, anak lelaki memang milik ummi, tapi perlu disadari bahwa ia juga mempunyai anak istri. Sudah hal yang biasa sebagai seorang anak memberi jatah kepada orang tuanya. Akan tetapi, apabila setelah menikah jatahnya berbeda, ya dimaklumi dan disyukuri saja, nggak usah konferensi pers sama tetangga. Tinggal doakan, semoga rejekinya bertambah, anak mantu makin sayang, jatahnya tak berkurang.

Next, beda generasi, beda solusi. Di dunia yang serba melek teknologi dan informasi, sering-seringlah bertukar pikiran tanpa memaksakan atas nama pengalaman. Contoh : “kasih makan saja anaknya, dulu anak ibu umur seminggu sudah diberi pisang.” Pak, bu, sekarang jamannya ASI eksklusif je.
Anyway, nobody’s perfect. Kalau hanya lihat yang buruk-buruk saja, hati nggak bakal tenang. Perselisihan itu biasa, jangankan sama orang yang lain darah, sama saudara kandung saja kadang bertengkar. Keep calm dear.  Memang, rumah tangga yang bagus itu yang tidak menyatu dengan orang tua, tapi kalau keadaan memang harus seatap bagaimana?everyone has their own background and reason ya. Semoga tetap harmonis, samara. Kata nasyid, langit memang tak selalu cerah. Ingat, sayur sop juga tidak nikmat tanpa lada.



Senin, 16 Oktober 2017

Hajatan ; momen syukuran atau menagih hutang


Dari Anas tentang kisah Shafiyah bahwa sesungguhnya Nabi SAW mengadakan walimah (pernikahannya) dengan kurma, keju dan samin. [HR. Ahmad dan Muslim].

Hajatan, pesta, resepsi, walimahan atau apapun itu namanya, adalah suatu hal yang lumrah. Tak hanya di Indonesia dengan penduduk muslim terbesar di dunia, di negara lain pun banyak. Berbagai peringatan mereka rayakan, mulai dari kelahiran, ulang tahun, diterima PNS, sampai kematian. Tak hanya itu, cara dalam menyelenggarakan pun digelar dengan berbagai cara, entah dengan mendirikan tenda di rumah, pesta kebun atau dengan menyewa gedung. Hidangannya pun beragam, ada yang sederhana, adapula yang lengkap dari appetizer hingga dessert, tergantung kemampuan si punya hajat. Biasanya sih ya, semakin tinggi kesejahteraan orang, makin wow pesta yang digelar. Makin terkenal,makin banyak pula tamu yang diundang.

Uniknya, kadang di Indonesia ( entah di negara lain ya ), resepsi ini ada bulan-bulannya. Biasanya orang menikah selepas syawal, anak-anak khitanan bertepatan dengan libur panjang, tapi adapula yang nggak bisa diprediksi yaitu kelahiran dan kematian, oops. Bahkan, kalau lagi rame-ramenya, anggaran untuk menghadiri resepsi atau sebut saja kondhangan itu bisa lebih daripada sekedar SPP anak atau bayar kontrakan,.. hayukk yang emak-emak, setuju nggak nih?

Di beberapa masyarakat malah ada yang mengenal sistem paket. Jadi, ini seperti nagih utang. misalnya begini, nyonya A dulu kondhangan/nyumbang di hajatan nyonya B sekarung beras, nah nanti ketika nyonya A ada hajat, si B ini harus nyumbang di hajatan nyonya A sekarung beras juga ( sukur-sukur lebih, hahhahahaaa). Lebih ekstreem lagi, besaran nilai yang harus kembali itu dicantumkan di kartu undangan, serius, ada yang ngasih tulisan begini ke undangan. Contoh ; kpd yth Mei, pulangan dua liter beras.

Sebenarnya hajatan itu fungsinya untuk apa sih ya? bukankah hajatan ( kecuali kematian) itu untuk memperingati kegembiraan yang kita dapat? Selain itu juga untuk mengumumkan ke publik. Contoh, hajatan pernikahan. Kita bergembira, kita bersyukur ditandai dengan berbagi makanan, seperti hadist di atas. Selain itu juga memproklamasikan, kalau sudah menikah, jadi biar nggak ada fitnah, entah itu kumpul ke*o atau masih dikira perawan, eh dilamar.

Kadang, kalau lagi banyak undangan, tak sedikit yang kelabakan, bahkan ada yang merasa terbebani. Lha gimana, pengeluaran tak terduga baik waktu dan jumlahnya. Apalagi kalau yang mengundang orang kaya. Beberapa orang malah merasa kikuk, mau nyumbang amplop sedikit malu, mau banyak tapi anggaran over, gak hadir malah dikira sombong dan malah dosa, fyuhhh.....jadi dilema. Terus gimana dong, kalau saya sih, datang saja, amplop disesuaikan budget, yah makannya minimalis saja yah, takut seret karena ingat isi amplop yang tipis, hahahaaa...Yah, karena kan kondisi ekonomi seseorang kan berbeda seperti roda, jiah.....dulu bisa nyumbang banyak karena memang lagi jaya, tapi kalau lagi kronis, ya apa mau dikata? Amannya sih ya, nggak usah ikut paketan kalau nggak mau ditagih kemudian hari, hahahaaa....

Untuk yang hendak mau hajatan, ada baiknya poin-poin di bawah ini diperhatikan :

  • Luruskan niat

Ya, niatnya kan syukuran atas kegembiraan yang kita terima, jadi ya jangan dihitung-gitung antara uang yang dikeluarkan sama uang sumbangan yang masuk. Kalau begitu sama aja dengan dagang, ya toooh...
  • Membuat dan menyediakan hidangan sesuai kemampuan

Naah ini. Biasanya orang-orang, demi harga diri dan pengakuan sosial, rela ber-wah-wah nggak peduli kantong sementara kedepannya kan ada perjuangan juga. Jadi, sok atuh, dipikir-pikir, ditimbang-timbang lah ya. Jangan hanya demi gaya di luar, dalamnya keropos. Tidak berlebih-lebihan. Saya teringat, ada yang pernah bercerita bahwa ada suatu hajatan yang menambahkan, selamat menikmati, terima kasih sudah menghabiskan. Wew, kayaknya sepele tapi emang benar sih. Coba kalau hajatan, khususnya yang di rumah, biasanya sisa makanan itu numpuk dan jadi sampah kan?
  • Adil terhadap undangan

Maksudnya, undangan nggak hanya untuk orang kaya saja ( mentang-mentang mereka sumbangannya gede kaliii). Rasulullah pernah bilang , “ seburuk-buruknya hidangan walimahan adalah dimana undangan hanya untuk orang kaya sedangkan orang fakir tidak diundang.”
  • Hiburan yang sopan

Ya..itu...hiburan yang tidak mendatangkan maksiat. Kalau menyanyi ya mbok yang sopan, nggak perlu eksploitasi fisiklah, via vallen cukup di mp3 saja, kan nggak baik dilihat anak-anak, hehehee.....apalagi kalau hajatannya khitanan, waduuuhhh...nggak mashoook man.

Hemmm....ada lagi yang mau menambahkan? Intinya sih, hajatan boleh, bahkan wajib lho ya tapi memang ada nilai-nilai moral sosial dalam menjaga masyarakat yang beradab. Overall, hajatan tidak membuat kita lupa diri, lupa ibadah. Baiklah, tulisan ini saya tutup dengan hadist untuk yang diundang, oke oce.
Rasulullah bersabda : “Apabila seseorang di antara kalian diundang untuk walimatul ursy, maka penuhilah”( H.R Muslim) 

Sabtu, 14 Oktober 2017

Kemuliaan Rasulullah#3

Sahabat Anas bin Malik menceritakan bahwa suatu hari ia pergi ke gurun bersama Rasulullah SAW. Disana ia melihat seekor burung berkicau.Lalu, Rasulullah pun bertanya kepada Anas ;

“  Apakah engkau tahu apa yang dikatakan burung ini?”
   Anas pun menjawab, “ Allah dan RasulNya yang mengetahui.”
“ Burung itu berkata; Ya Allah, engkau telah menghilangkan penglihatanku, Engkau ciptakan aku dalam keadaan buta. Maka, berilah rezeki karena aku lapar, “ kata Rasulullah.

Tiba-tiba, Anas dan Rasul melihat seekor burung lain datang membawa seekor belalang di mulutnya dan memasukkannya ke mulut burung yang buta tersebut. Rasulullah pun bertanya kepada Anas dengan pertanyaan yang sama.

“ Apakah engkau tahu apa yang baru saja dikatakan burung itu?”
“Allah dan RasulNya yang lebih mengetahui “ jawab Anas.
Rasulullah pun berkata, “ burung itu baru saja mengatakan Segala puji bagi Allah yang tidak melupakan siapapun yang mengingatNya ( Dalam riwayat lain dikatakan, “ Barangsiapa bertawakal kepada Allah, Dia akan mencukupinya)

Demikianlah sirrah Nabi yang mengajarkan kepada kita untuk tidak berputus asa dan hanya meminta kepadaNya, bukan yang lain. Hasbi Robbi Jalallah. Cukuplah Allah sebagai tempat kita bergantung. Semoga kita termasuk generasi dengan jalan lurus, dijauhkan dari apa-apa yang dibenci Allah.

NB : kisah-kisah dalam seri Kemuliaan Rasulullah disampaikan oleh guru ngaji yang bersumber dari kitab berbahasa Arab. Sadly, saya sendiri lalai nama kitabnya apa, tolong dimaafkan yaa.....

Jumat, 13 Oktober 2017

Kemuliaan Rasulullah#2

Yey, setelah kemarin hectic dengan serangkaian tanggung jawab, akhirnya bisa cuap-cuap lagi di blog kesayangan ini, hihiii.....Baiklah, daripada nyinyir tetangga, rekan kerja apalagi pimpinan negara, marilah kalem sedikit, mengenal lebih dekat lagi kepada sang teladan, pemberi syafaat kita di akhir zaman. Tulisan yang akan saya share ini merupakan oleh-oleh kajian dari ustadz yang tidak mungkin saya lahap sendiri (jadi jelas ya, yang dicetak miring bukan rekaan saya, xixiixi) Yup,....seri kemuliaan Rasulullah is back. Semoga dengan kehadiran seri ini, kecintaan kita terhadap Rasulullah semakin kuat, rohaniyah kita meningkat. 

Suatu hari di kota Makkah dilanda kekeringan yang sangat hebat, tumbuhan mengering, hewan-hewan ternak menjadi kurus, bahkan sebagian orang mulai dilanda kelaparan. Maka para pembesar Quraisy berkumpul untuk mencari solusi. Seseorang di antara mereka mengutarakan idenya agar meminta kepada berhala mereka, yakni latta dan uzza. Seseorang lagi menyanggahnya agar jangan meminta kepada latta dan uzza tapi berhala yang lain yaitu manat.
Setelah lama berdebat, seseorang bernama Waraqah bin Naufal yang mana adalah paman dari Khdijah binti Khuwailid berkata,

“Di antara kalian ada keturunan Ibrahim dan Ismail, saya sarankan agar kalian meminta bantuan kepadanya.”
Lalu mereka pun bertanya, “ apakah Abu Thalib yang anda maksud?”
Waraqah menjawab, “ iya, mintalah bantuan kepadanya.”

Mereka menyetujui saran dari Waraqah ibn Naufal dan segera menemui Abu Thalib untuk meminta bantuan. Lalu mereka pun berkata kepada Abu Thalib

“Hai Thalib, lembah-lembah telah mengering dan makhluk-makhluk dilanda kehausan. Bangunlah dan mohonkan hujan untuk kami.”
Abu Thalib berkata, “ Tunggulah sampai matahari tergelincir.”

Setelah matahari tergelincir Abu Thalib pun keluar bersama seorang anak muda yang rupawan, setiap langkahnya dinaungi awan...beliaulah Rasulullah Muhammad yang waktu itu masih sangat belia. Ia sandarkan punggungnya pada dinding ka’bah sambil memegang Muhammad, Abu Thalib mengangkat tangannya seraya berdoa, “ Turunkanlah hujan pada kami wahai Tuhan kami. Kami bertawasul kepadaMu dengan anak yang penuh keberkahan ini (Muhammad)
Langit yang kala itu terang benderang, setelah Abu Thalib berdoa, maka awan berkumpul, halilintar bersahutan, hujan pun deras mengguyur kota Makkah dan sekitarnya.

Allahumma Sholli ‘Alaa Sayyidinaa Muhammad Wa’alaa aali Sayyidinaa Muhammad.


Rabu, 04 Oktober 2017

#FFKamis-Cermin Terkutuk

Karena kutukan itulah keluarganya tak pernah tertarik untuk membeli benda yang mudah pecah itu. Sehari-harinya, mereka mengandalkan pendapat orang untuk menyesuaikan penampilan. Sebenarnya ini bukan tanpa resiko,kalau ada orang yang berniat jelek, pasti ia akan berkomentar yang sifatnya merugikan, seperti yang tahun lalu terjadi.

“ Hei, Medisa kamu cantiiiik banget.”
“ Oh ya?”
“Bener deh, pasti semua orang nanti di pesta tertuju padamu. Apa kamu tak ingin melihat wajahmu?”
“Tapi...”
“ Ayolah. Masih percaya kutukan jaman sekarang. Ini, aku bawa cermin kecil.”


Tapi....aargh, gadis itu terlambat menghindar. Mendadak kaku mulai dari ujung kaki sampai rambut, membatu. Kutukan itu masih ada. 

Rabu, 27 September 2017

Berani Bersaksi ; Bukti Cinta Pada Negeri





Atas nama perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, beragam informasi pun mudah didapat. Mulai dari fakta, hoax, kabar baik, kabar buruk, kriminalitas maupun gosip selebritis, senantiasa menghiasi layar, entah tivi, entah laptop.

Salah satu berita yang yang cukup awet, karena seperti cendawan di musim hujan adalah kasus korupsi. Pada awalnya, korupsi seringkali terjadi di antara pejabat wakil rakyat yang cukup menyayat. Akan tetapi, kasus memalukan ini seperti fenomena gunung es. Faktanya, kini, tindak korupsi menyerang segala lini. Mulai dari jajaran paling atas sampai dengan elemen paling bawah seperti pedesaan. Mulai dari dana pengadaan kitab suci, identitas diri, sampai dengan pembangunan desa pun masuk ke beberapa kantong pribadi.

Pelaku korupsi pun bervariasi, meski harus diakui bahwa sebagian besar penjahat yang berjulukan tikus kantor itu mrupakan pekerja berkerah putih. Mereka berpendidikan tinggi, rajin beribadah ( Insya Allah) dengan standar gaji yang tinggi.

Sebagai masyarakat bawah, kadang-kadang heran, bagaimana bisa mereka melakukan hal nista semacam itu padahal secara ekonomi, mereka sudah berkecukupan. Mungkin ini yang dimaksud sebagai harta itu layaknya air laut. Semakin ditelan justru semakin haus.

Memang ironi, ketika beragam acara tivi yang menayangkan beragam derita rakyat, para pejabat justru menyelipkan lembaran rupiah dari uang negara ke kantong pribadi mereka.
Celakanya, kejahatan ini dilakukan secara berjamaah dan rapi. Yah, namanya juga orang-orang pintar, kalem sajalah nggak perlu brutal meski intinya ya kriminal juga. Sebuah komitmen untuk tutup mulut begitu dijunjung tinggi agar terhindar dari jeruji.

Lantas, bagaimana dengan sikap kita jika menyaksikan tindak negatif tersebut?Apa hanya cukup berdiam diri? Sekedar mencari-cari alasan ketika diajak rembugan? Tunggu dulu....sahabat Ali pernah berkata : Kezhaliman akan terus ada bukan karena banyaknya orang-orang jahat tetapi karena diamnya orang-orang baik.”
Nahhh lhoooo....benar juga si ya kalau dipikir-pikir.

Apabila menemui sesuatu yang curang, sesuatu yang timpang hendaknya tidak usah ikut-ikutan. Ingatlah keluarga, bagaimana bisa tega memberi nafkah haram kepada istri dan buah hati. Bukankah sudah dijelaskan dalam Al Baqoroh :188 yang mana artinya  "Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang batil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui. 
Jadi, sebagai umat yang taat, say no to corruption adalah sebuah harga mati.

Meski tugas menindak kejahatan itu adalah aparat, tetapi, sebagai orang yang cinta agama dan negara, seharusnya tak hanya diam, melainkan turut serta dalam memberantas tindak kejahatan ini.
Sebagai contoh, tidak segan-segan untuk melapor apabila ada indikasi korupsi. Hal ini memang tidak mudah apalagi jika nilainya cukup besar dan dilakukan oleh orang-orang yang berpengaruh. Berisiko? Sudah pasti, apalagi di zaman yang sudah mulai gila, orang tak segan-segan menghilangkan nyawa demi harta.

Akan tetapi, agaknya kekhawatiran akan resiko tersebut tak perlu didramatisir. Sekarang di negeri kita tercinta ini sudah ada LPSK. Apa sih LPSK itu? LPSK merupakan singkatan dari Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban. Sesuai namanya, lembaga ini bertugas untuk melindungi saksi dan juga korban dari segala ancaman dan intimidasi. Lembaga ini bertujuan agar proses penegakan hukum bisa berlangsung lurus, jujur dan adil. Saksi dan korban tidak perlu was-was dalam mengungkapkan suatu kasus. Yah, mungkin orang-orang belum begitu paham karena memang lembaga baru. Weits...tapi kan sekarang jaman internet, coba deh googling kata LPSK, mungkin bisa membantu.

Sebagai wujud cinta negara dan umat yang beragama, sudah seharusnya kita menyisingkan lengan. Menegakkan kebenaran adalah hak dan kewajiban setiap insan. Sebagaimana hadist Rasulullah : Barang siapa di antara kalian menyaksikan suatu kemunkaran, maka hendaklah is merubah dengan tangannya, jika tidak mampu maka dengan lisannya, maka jika ia tidak mampu, maka dengan hatinya dan itulah selemah-lemahnya iman.”

 Nah, kira-kira kita termasuk insan yang mana ya, kalau dengan tangan dan lisan masih mampu, kenapa hanya duduk manis???

Kamis, 21 September 2017

Pintar Dalam Mengelola Telepon Pintar



"Setiap perubahan, meskipun perubahan yang lebih baik, pasti ada ketidaknyamanan. Dan ketidaknyamanan itulah yang harus diubah menjadi kenyamanan." (Anonim)
Perubahan adalah suatu keniscayaan. Adalah suatu hal yang lumrah, bahwa perubahan zaman diikuti dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Seiring dengan perkembangan teknologi, beragam teori di dunia parenting pun bermunculan. Ada yang pro, ada yang kontra. Begitulah, Ibarat perabotan, IPTEK layaknya pisau dengan mata yang tajam di kedua sisinya.

Di era modern seperti sekarang, segala sesuatunya memang dipermudah. Alat-alat makin canggih yang merupakan buah kecerdasan manusia pula. Salah satu produk dari intelegensi manusia adalah gadget.

Jaman sekarang, siapa sih yang tidak kenal gadget, smartphone, atau yang juga bisa disebut telepon pintar???

Kemunculan telepon pintar itupun bak cendawan di musim hujan. Pabrikan elektronik berlomba-lomba mempersembahkan karya terbaiknya untuk segenap umat manusia. Hal inipun seirama dengan meningkatnya kesejahteraan masyarakat yang bisa dilihat dari daya beli yang meningkat. Gadget dianggap bukan barang yang mewah lagi melainkan kebutuhan primer yang membentuk pola pikir bahwa salah satu item must-have adalah smartphone. Dengan piranti ajaib itu orang-orang menghabiskan waktu senggang tanpa harus kemana-mana. Tak hanya orang yang bekerja, anak-anak pun sekarang makin akrab dengan alat ini. Padahal kalau dipikir-pikir, memiliki smartphone juga konsekuensinya harus mengisi pulsa ataupun kuota.

Atas nama kesibukan dan kemudahan pula lah, orang tua lebih memilih gadget sebagai mainan baru anak-anak mereka. Ketika tuntutan kerja yang makin penat sementara orang tua tidak ingin direpotkan dengan kerewelan anak, maka pilihan pintas adalah dengan memfasilitasi anak-anak dengan smartphone.

Apa sih yang tak bisa didapat dari smartphone? Ada banyak ragam game baik online maupun offline. Selain itu, keberadaan media sosial yang menawarkan segala kekreatifannya membuat anak makin betah menggenggamnyaberlama-lama, istilah jawanya “anteng”.

Lalu, apakah semua akan baik-baik saja? Apakah tidak ada efek-efek baik jangka pendek atau jangka panjang? Tunggu dulu, perlu diketahui bahwa teknologi tidak datang tanpa konsekuensi. Sebagai contoh, penemuan kantong plastik yang dibuntuti dengan kandungan zat karsinogen sebagai penyebab kanker, kemunculan pestisida DDT justru menimbulkan masalah kesehatan pada anggota rantai makanan, pemakaian AC dan kulkas yang belakangan disinyalir sebagai salah satu pemicu global warming, dan masih banyak yang lain.

Begitu juga dengan kemunculan gadget. Sejumlah penelitian menyebutkan bahwa penggunaaan gadget dengan durasi yang cukup lama dapat menimbulkan masalah baik fisik maupun mental.
Pada sisi mental, penggunaan gadget bisa menumbuhkan sikap antisosial. Seorang anak menjadi cuek, tidak peduli dengan keadaan lingkungannya karena terlalu asyik bermain gadget. Bisa dikatakan bahwa gadget menimbulkan candu. Bahkan di media sosial sendiri sering kita lihat kata-kata sarkas “ smartphone menjauhkan yang dekat, mendekatkan yang jauh.”

Ada istilah baru tentang phobia yaitu Nomophobia ( No mobile phone phobia), suatu ketakutan yang disebabkan karena kehilangan smartphone. Sebuah penelitian di Inggris mengemukakan bahwa 66% dari 1000 responden menyatakan merasa takut kehilangan atau terpisah dari ponsel mereka. Di Indonesia sendiri memang belum ada data yang pasti, tetapi gejala apatis, antisosial itu sudah biasa kita lihat. Banyak sekarang yang lebih suka mengurung di kamar dengan bermain smartphone daripada bersosialisasi dengan tetangga. Ngobrol via media sosial dirasa lebih asyik daripada berkomunikasi secara langsung.

Adapun fakta lainnya yaitu artis luar negeri, Selena Gomez, diberitakan harus berkunjung ke psikolog karena tekanan mental akibat gadget. Kabarnya sang artis mengalami ketergantungan yang membuat dirinya berulang kali menatap layar smartphonenya, mengecek media sosialnya. Hal ini cukup menyita waktu seolah-olah hidupnya dikendalikan oleh beragam media sosial, melihat yang sebenarnya hanya bersifat sepele bagi kehidupannya.
Pada sisi fisik, ternyata riset kesehatan juga mengungkapkan sejumlah fakta. Dibalik asyiknya bermain di depan layar smartphone, ternyata ada ancaman kesehatan yang perlu diperhatikan seperti :
  • Kegemukan. Tentu saja hal ini disebabkan karena biasanya orang-orang yang tengah asyik juga ditemani dengan cemilan tinggi kalori pemicu obesitas. Sudah tahu kan efek berantai yang diawali dengan kegemukan?
  • Nyeri punggung. Hal ini bisa disebabkan karena sikap duduk yang monoton. Seorang ahli persendian Australia mengingatkan akan gejala “text-neck”. Karena terlalu lama menunduk, seseorang bisa mengalami ketidaknormalan tulang belakang.
  • Efek radiasi. Ya, ketika terlalu lama menatap layar yang memiliki gelombang elektromagnetik, maka efek radiasi bisa sampai titik kulminasi yang bisa mengakibatkan kerusakan otak, gangguan tidur, sakit kepala berulang, bahkan berpotensi alzheimer.

Dan masih banyak efek buruk lainnya. Masih kurang? Pakar parenting kenamaan, Ely Risman S.Psi mengatakan bahwa gadget berpotensi mengancam masa depan anak. Beragamnya konten yang disertai dengan kemudahan dalam mengaksesnya bisa berujung pada berbagai kasus seperti pornografi, pedofil, kriminalitas, permainan tidak aman dan perilaku buruk lainnya.
Lantas, apakah kita sebagai orang tua harus menghentikan penggunaan gadget? Apakah pilihan yang baik untuk menyuruh anak-anak selalu bermain diluar atau terus-terusan bergumul dengan buku pelajaran?

Ada banyak petuah tentang pemakaian gadget terhadap anak-anak. Tidak bijak kalau harus benar-benar menjauhkan dari benda itu. Sahabat Ali pernah berkata, “ didiklah anakmu sesuai zamannya.” Ini berarti bahwa dalam pengasuhan, pendidikan anak tidak boleh disamakan dengan orangtua dahulu. Beda zaman sudah tentu beda tantangan, beda treatment.

Beberapa pakar menyebutkan akan pentingnya aturan-aturan mengenai gadget sehingga tetap sehat dalam berinternet. Diantaranya yaitu :

  • Batasi waktu

Manajemen waktu tak hanya milik para pekerja tapi bermain gadget pun ada idealnya. Riset mengungkapkan bahwa durasi anak-anak bercengkrama dengan kotak ajaib tidak boleh lebih dari dua jam. Untuk ukuran anak sekolah yang banyak tugas dan sejumlah ujian, maka durasinya sebaiknya diperpendek. Untuk mendisiplinkan memang harus ada pengawasan dari orang dewasa. Orang tua atau kakak, selaku kendali, diharapkan senantiasa mengingatkan batas waktu dan tidak segan-segan mengambil gadget yang ada di tangan.

  • Dampingi anak-anak
Tak hanya sekedar menggenggamkan gedget, tetapi juga sesekali mendampingi buah hati untuk memastikan bahwa konten-konten yang dilihat aman bagi mereka. Jangan sampai anak anteng tapi diam-diam menyaksikan video porno, kekerasan atau aksi negatif lainnya.

  • Edukasi
Sebagai orang tua yang bijak, sudah seharusnya tidak mendadak lepas tangan begitu anak-anak ceria bermain gadget. Berilah contoh-contoh konten yang baik untuk anak seperti video tentang craft, website ilmu pengetahuan dan teknologi, soal-soal online dan berbagai laman positif lainnya. Selanjutnya, anak-anak bisa diajari untuk mengupload ketrampilannya di situs youtube seperti mengaji, berkreasi DIY(Do It Yourself) atau bahkan menyanyi. Berawal hanya sebagai penonton, selanjutnya menjadi subjek atau pelaku dalam video yang bermanfaat. Tidak menutup kemungkinan jika kelak ia bisa menuai rupiah dari video yang ia upload.

Gadget adalah simbol perkembangan zaman. Apabila anak-anak dijauhkan, bisa jadi malah timbul yang bernama gegar teknologi, kagetan, mudah terheran-heran. Tidak bijak juga membiarkan anak layaknya katak dalam tempurung. Atau mungkin ingin mendidik dengan gaya Bill Gates? Orang nomor satu di Microsoft ini kabarnya tidak memberikan fasilitas handphone sampai usia anaknya dirasa cukup bijak dalam mengelola. Bisa, hanya saja kebutuhan bermain sang anak juga tercukupi, baik indoor maupun indoor, suasana rumah yang nyaman dan tak lupa juga kasih sayang. Jangan buru-buru menjauhkan smartphone sementara anak-anak hanya dikurung di rumah karena lingkungan yang dianggap tidak begitu bersahabat dengan anak.








Senin, 21 Agustus 2017

Insiden bandara dan bendera di pesta Olahraga


Baru saja penduduk Indonesia merayakan kemerdekaan Indonesia, tiba-tiba kok ada kabar yang tak sedap dari tetangga sebelah.

Pesta olahraga seAsia Tenggara mencederai orang Indonesia justru saat awal. Belum juga bertanding, tetangga sebelah sudah bikin ulah. Aih, yang namanya bertentangga itu memang ada seninya ya.

Yaa....publik Indonesia dibuat geger karena bendera terbalik yang ada di buku panduan SEA Games. Yang tadinya merah putih malah jadi seperti Polandia, putih merah. Menteri Olahraga Malaysia sudah minta maaf akan keteledoran ini, akan tetapi tindakan ini belum cukup. Yah, mau bagaimana lagi, Indonesia itu kan nasionalismenya tinggi, setiap senin pasti upacara dengan menghormat bendera. Bendera merah putih seakan sudah mendarah daging di tiap warga Indonesia.

Memang, insiden ini benar-benar di luar nalar sebenarnya. Cendekiawan Indonesia berpendapat  ; bukankah pembuatan buku panduan itu melewati beberapa proses termasuk editing, lha kok iso-isone terbalik. Ndilalahnya ya, yang bikin ulah Malaysia yang diajak bermasalah Indonesia, huhuuu......negara serumpun yang susah akurnya.

Indonesia butuh tak hanya permintaan maaf apalagi hanya dari seorang menteri, menurut saya sih. Sang kepala negara juga harus turun tangan. Apa mungkin buku panduan itu diganti? Yaa bisa jadi, asalkan bisa cepat, kenapa tidak. Mungkin lho ya, mungkiiiin.

Negara Malaysia, sebagai tuan rumah, juga kabarnya menuai beberapa kekecewaan. Menurut laman berita, kontingen takraw putri Indonesia  melakukan aksi WO karena wasit tidak adil, yang lagi-lagi sedang bertanding melawan Malaysia. Wasitnya keder kali, pantang mempermalukan tuan rumah. Tak hanya itu, diberitakan bahwa timnas kehabisan makanan ketika tiba di hotel.

Kita tidak tahu maksud dari ulah negeri jiran itu, semoga tidak ada unsur kesengajaan, yah semoga saja ada titik terang. Dengar-dengar netizen Indonesia yang gerah membalas dengan menghack situs SEA GAMES dengan memutar lagu-lagu Indonesia di situsnya. See, betapa kreatif dan fanatiknya Indonesia ketika kedaulatan diusik.

Mengingat ini baru permulaan, semoga kekecewaan ini tidak terus berlanjut ya. Keep fairplay. Jangan sampai publik Indonesia angkat senjata  hahahahaa.....Indonesia dan Malaysia, mbok ya saling rukun lah ya, kan sama-sama rumpun Melayu. Atau jangan-jangan ini yang namanya saudara, kadang bau wangi, kadang bau t*i. Atau mungkin karena sentimen Indonesia terhadap Malaysia karena sebelumnya sudah sering menoreh luka, alaaamaaakkk. Kalau bendera yang terbalik itu punya Thailand, mungkin nggak ya reaksi publik di sana heboh kayak di sini. Atau jangan-jangan ini sebagai balasan karena ada orang Indonesia yang berbuat tak senonoh terhadap anggota SNSD kemarin di bandara??? Aah....pesta olahraga yang diwarnai dengan insiden Bandara dan Bendera, semoga cepat reda ya....



Jumat, 18 Agustus 2017

Generasi Qurani Penebar Inspirasi


“Pelajarilah ilmu karena sesungguhnya belajar semata-mata bagi Allah itu merupakan kebaikan dan mempelajari ilmu merupakan tasbih, membahasnya merupakan jihad, mencarinya merupakan ibadah dan mengajarkannya merupakan sedekah sedangkan menggunakannya bagi orang lain yang membutuhkan merupakan qurbah ( pendekatan diri kepada Allah)”-Riwayat Ibn Majah
Hadist di atas menyampaikan betapa utamanya ilmu, baik kepada pencari maupun sang guru. Sebetulnya banyak sekali dalil entah bersumber dari Hadist ataupun AlQuran yang menyampaikan pentingnya ilmu. Maka dari itu, sebagai muslim dimana AlQuran dan Alhadist sebagai landasannya, seharusnya menjadi generasi pencari dan penyampai ilmu yang mulia.

Bersyukurlah bagi generasi sekarang, dimana pendidikan dengan mudah didapat begitu juga dengan fasilitas yang jauh lebih baik. Bagi pendidik di kota besar misalnya, ketersediaan buku-buku, alat tulis dan segala penunjang lainnya bisa dengan mudahnya terpenuhi mengingat banyaknya toko buku, fasilitas cyber untuk memperkaya materi dan sebagainya. Pun begitu juga para siswa yang dimanjakan dengan berbagai alat tulis yang berwarna-warni.

Akan tetapi, sudah bukan rahasia lagi bahwa kenikmatan itu semua sebetulnya tidak bisa dipukul rata. Di pelosok jauh di sana masih terdapat pendidikan yang masih jauh dari layak. Jangankan fasilitas wifi dan seperangkat eletronik lainnya, mengkondisikan gedung yang permanen, tidak reyot dan bocor saja sudah alhamdulillah. Namun, siapa sangka, meski dengan fasilitas seadanya, murid-murid tak patah arang, dengan beralaskan sandal dan tas sederhana mereka menembus jalan tak beraspal bahkan menerjang arus sungai.

Everyone has their own battle...
Setiap orang memiliki tantangan sendiri, baik yang sudah mengenyam teknologi modern maupun yang sedang berjuang di lingkungan yang masih jauh dari modern. Para pendidik diharapkan bisa berdamai dengan keadaan, tidak terlena dengan mewahnya fasilitas, harus kreatif, tetap berdaya meski lingkungan yang jauh dari kata maju demi mewujudkan generasi yang tak hanya cerdas tapi juga berakhlak mulia.

 Sahabat pernah berkata, “didiklah anakmu sesuai dengan zaman mereka bukan zamanmu.” Ini berarti bahwa dalam mendidik anak tak harus melulu dengan metode yang sama. Zaman kita kecil tak kenal gadget, tak kenal media sosial, itu bukan berarti bahwa murid kita juga harus dijauhkan dari segala yang berbau modern. The problem is just how to manage. Jangan sampai kemajuan teknologi malah menjadi racun. Pun,jika seandainya kita ditakdirkan di belahan bumi yang masih sepi teknologi, jangan membuat kita berkecil hati. Tak dapat dipungkiri bahwa di sejumlah daerah memang masih memiliki kendala tapi jangan sampai menjadi pesimis. Siapa yang tahu kalau ternyata di antara murid-murid tersebut kelak menjadi orang besar karena sudah ditempa tantangan sedemikian rupa sedari kecil.

Tetaplah menjadi pendidik yang menginsipirasi dimanapun kita berkarya. Mungkin di kota, dengan mengandalkan teknologi, materi pelajaran dengan mudah didapatkan tapi tidak dengan kebutuhan mental mereka. Pendidik adalah figur yang senantiasa menyemangati, sebagai kontrol dan kendali ketika konten-konten negatif mulai menyusup. Pendidik can be agent of change, mengubah pemikiran-pemikiran negatif menuju masyarakat yang beradab dan berakhlak mulia. Pendidik sebagai pribadi yang kokoh ketika anak muridnya mulai menyurutkan langkah. Kita, para pendidik, saat ini mungkin kecewa dengan hiruk-pikuk pemerintahan, mungkin telat menjadikan diri sebagai pejabat yang bernilai tetapi ingatlah, kita ikut serta dalam menciptakan generasi yang akan datang. Lakukan yang terbaik, ilmu dan akhlak yang berimbang. Kita tidak tahu,  di antara anak didik kita kelak ada yang menjadi pejabat , pengusaha dan beragam profesi lainnya . Dengan membekali dengan ilmu, baik duniawi maupun ukhrowi, insya Allah, mereka tak hanya jadi pejabat/pegawai yang cerdas, tapi juga berakhlak mulia, jauh dari iri, dengki , korupsi dan tindak negatif lainnya. Buya Hamka pernah berkata “ iman tanpa ilmu bagaikan lentera di tangan bayi namun ilmu tanpa iman bagaikan di tangan pencuri”.


Jangan pernah berkecil hati akan profesi pendidik, sungguh, menjadi guru adalah profesi yang mulia. Diceritakan bahwa setelah pengeboman Hirosima Nagasaki, Kaisar Hirohito justru menanyakan jumlah guru yang tersisa karena menganggap bahwa pendidikanlah yang bisa mengubahnya lebih baik. Bahkan Allah pun menjaminnya sebagai amalan yang tidak putus pahalanya meski sudah tiada. 

Selasa, 15 Agustus 2017

Kemuliaan Rasulullah #1


Menjelang peringatan kemerdekaan ini, ijinkanlah saya ( ini MC banget siih)menuliskan kembali tentang apa yang saya peroleh dari kajian rutin saya.  Yahh....nggak semuanya si, sebagian aja, semoga memberi manfaat bagi sidang pembaca wkwkwkwk.....saya ingatkan lagi ya, bahwa apa yang saya tulis sejatinya bukan gagasan maupun rekaan, okey. Akan tetapi, ini merupakan saduran dari kitab dengan huruf arab karya Syaikh syaikh yang jelas mumpuni tentunya. Lebih afdholnya, saya tulis dengan cetak miring saja yaaa....

Dari Al Hafizh Abi Nu’aim r.a beliau berkata :
Disebutkan di sebagian akhbar bahwasanya Allah berkata kepada Nabi Musa a.s
Allah                      : "Ya Musa, apa engkau ingin Aku ini lebih dekat kepadamu melebihi dekatnya ucapanmu dengan lisanmu, melebihi dekatnya rasa was wasdalam hatimu dengan hatimu sendiri, melebihi dekatnya ruh dengan badanmu dan melebihi dekatnya cahaya penglihatan dengan matamu sendiri?"
Nabi Musa                 : "Tentu ya Allah"
Allah                         :" Perbanyaklah sholawat kepada Muhammad Nabiku"
Dan dalam sebuah riwayat, Allah bertanya kepad Musa a.s
Allah                        : "Apa engkau mau tidak merasakan kehausan di hari kiamat?"
Nabi Musa               :"Tentu"
Allah                        : "Maka perbanyaklah sholawat terhadap Nabi Muhammad"
Allohumma sholli wasalim wa barik ‘alaa sayyidinaa Muhammad

Dari Guru Assayyid Alhabib Hamid Annaqib ibn Assyaikh Abu Bakar ibn Salim bercerita:
Ketika kunjungan beliau ke Abu Dhabi, seorang ulama dzurriyah (keturunan) Rasulullah menyimpan dua helai rambut Rasulullah, kemudian ulama tadi berkata :
"Aku akan tunjukkan salah satu mu’jizat Rasulullah pada rambutnya ini ( rambut tersebut ditancapkan di tempat yang terbuat dari seperti kapas/busa berbentuk kerucut)."
Lalu Syaikh tersebut mematikan AC dalam ruangan itu dan menutup rapat seluruh pintu dan jendela agar tidak ada angin yang masuk. Lalu Syaikh tersebut memerintahkan kepada salah satu putra guru kami untuk membaca qasidah berisi pujian kepada Rasulullah. Maa Syaa Allah, ketika dibacakan pujian tersebut, kedua helai rambut itu bergerak-gerak ke kanan dan kekiri saling berlawanan. Dan ketika berhenti membaca pujian, keduanya pun berhenti bergerak.

Subhanallah, betapa mulianya junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Hayuuk generasi millenium, jadilah Panji panji Allah dengan menjadikan Rasulullah sebagai figur teladan, senantiasa bersholawat, yup, mengutip motto dari Sulis, cinta sholawat hingga tamat. Nantikan seri selanjutnya yaaa..............


Minggu, 13 Agustus 2017

Inuyasha makan Royal Canin

Lelaki bersurai itu mengendus-endus tiap kali diajak ke swalayan. Atas dasar perilaku buruk tersebut, Kagome mempercepat belanjanya. Asem kecut raut mukanya. Setelah membayarnya di kasir, dua sejoli tersebut berjalan menyusuri trotoar. Tak seperti biasanya Inuyasha yang menggendong Kagome, kali ini Inuyasha berpikir bahwa barang belanjaaannya kali ini cukup merepotkan, terlalu berisiko kalau dibawa dengan meloncat-loncat.

“Kamu yakin akan membawanya semua ke desa?”
“Tentu saja, itung-itung buat oleh-oleh untuk orang-orang di sana,”jawab Kagome.
“Apa tidak terlalu berlebihan?”
“Huh, kau ini kenapa si Inuyasha, toh perjalanan ke desa nggak memakan waktu berhari-hari,”gerutu Kagome

            ***
Sore hari adalah waktu yang tepat untuk bersantai di depan tivi. Mereka akan kembali ke zaman Inuyasha besok pagi. Semua sudah dikemasi. Inuyasha memilih ngemil makanan ringan yang baru dibelinya, sementara Kagome berkutat di dapur.

“Woi Kagome, aku menemukan makanan yang lebih enak daripada mi yang biasa aku makan.”
“Oh ya, sudah mulai pintar kau rupanya”, ledek Kagome. Inuyasha hanya nyengir kuda dan meneruskan makanannya.
Tak lama kemudian, Kagome pun mendekati Inuyasha.
“ Sepertinya enak makanan yang baru saja kau belii.”
“ Tentu saja, kau cobalah..”, Inuyasha pun menyodorkan beberapa butir dengan tangannya ke Kagome. Fyuhh...aroma hewani menyeruak. Tanpa rasa curiga, Kagome mengambil beberapa butir...dan....
“HOEK, APA Yang Baru saja Kau beli Inuyasha!!!!????”

Kagome, dengan rasa penasarannya,  merebut kemasan snack tersebut. Ia pun terkejut setelah melihat kemasan yang bergambar hewan kerabat suaminya  dengan tulisan yang cukup besar...”ROYAL CANIN”

“DasAR INUUUUUU (anjing).....!!!!!” teriak Kagome.


Kamis, 10 Agustus 2017

Full Day atau Half Day???...Ketika Galau Milik Semua Kalangan


Masyarakat kita memang dikenal sebagai masyarakat yang reaktif, entah itu hal yang baik maupun buruk. Berawal dari kepo dan viralism, semua jadi tahu. Dibalik berita tersebut ada yang peduli, ada yang nyinyir adapula yang sebodo teuing emang gue pikirin.

Beberapa hari yang lalu( atau bahkan sekarang pun masih) sempat berisik dengan wacana Full day school. Beberapa kalangan pun ikut berkomentar akan rencana pak Muhadjir. Katanya sih, sudah dipertimbangkan, tapi ternyata isu tersebut juga menimbulkan pro dan kontra.

As for myself, Full Day School Ataupun Half day school masing-masing punya plus dan minusnya. Kata anak muda sekarang mah, keduanya punya fanbase sendiri-sendiri. Para orang tua punya alasan tersendiri untuk memilih.

Perlu diketahui bahwa Indonesia mempunyai demografi yang berbeda-beda. Sosial budaya di Jakarta bisa saja berbeda di salah satu desa pelosok di Sumatra sana. Jakarta dengan dinamikanya yang lebih ribet, sebagian ada yang hedonis, materialistis ( tidak bisa dipungkiri bahwa kehidupan ibukota lebih mahal). Bagi mereka yang sibuk, kedua orang tua bekerja, mungkin lebih memilih full day dengan pertimbangan anaknya berada di lingkungan yang bertanggungjawab. Kalaupun toh di rumah ada ART, mungkin ART tersebut tidak punya power sebagaimana guru, seperti membiarkan seharian main games, nonton tivi ataupun youtuban yang seronok. Kalau di sekolah anak diharapkan untuk lebih teratur, punya tanggungjawab. Selain itu, biasanya full day school yang islami akan menyematkan materi ngaji untuk anak didiknya sehingga tak perlu lagi TPQ. Selain itu, ada juga sekolah setingkat SMA yang sampai sore dengan tujuan anak muridnya tidak banyak keluyuran nggak jelas apalagi tawuran, hadeehh. Yaa memang untuk Full Day school memang cukup menguras kocek, ya iyalahh, sekolah menanggung makan siang, menyediakan guru ngaji dan paketan-paketan lain.

Bagi masyarakat kampung yang sosialnya masih erat, budaya yang masih mengakar, mungkin gagasan ini tidak cocok. Mereka biasanya punya peliharaan macam kambing yang biasanya mengharuskan anak-anak merumput, angon kambing atau sekedar ngrangsum ayam di sore hari. Dengan ekonomi yang pas-pasan, mereka lebih suka anak-anak mengaji sore hari di mushola terdekat dengan biayanya cukup murah, cincailah sama ustadznya. Anak-anak di pelosok sana masih bisa menikmati semilirnya angin sore tanpa polusi sambil baca buku di bawah pohon ditemani kambing-kambingnya. Lepas itu, magrib mereka ke surau mengaji bersama-sama.

Begitulah. Beda masyarakat, beda pendapat. Tak perlu ngotot harus full day ataupun half day. Semua ada alasannya masing-masing, mana yang lebih cocok, yang nyaman untuk orangtua dan calon siswa. Saya sendiri berada di full day school but i am alright, enaknya Cuma lima hari kerja, sabtu libur. Bagi yang half day tak perlu risau tak ada peminat. Keadaan lingkungan di Bekasi jelas beda dong sama Ciraos.

Kembali lagi, bahwa  Full Day maupun Half day menurut saya adalah preferensi anak dan orang tua. Memang, keputusan Full Day school tidak bisa dipukul rata untuk semua kalangan, untuk semua daerah.  Tapi ini juga bukan berarti Full Day itu buruk, half day yang terbaik.

Yang penting pak menteri, konsistensi, kurikulum gak usah berkali-kali ganti. Keberhasilan suatu kurikulum tak bisa dilihat hanya dalam kurun waktu setahun kok. Jangan bikin galau para pendidik deh, yang ini belum mudeng, terbit yang lain...olalaaa....


Selasa, 08 Agustus 2017

Tragedi Ampli

Karena agama tak hanya sekedar membaca kitabNya......

Entahlah, bulan Agustus ini diawali dengan berita yang tidak sedap. Suatu peristiwa yang membuat bulu kuduk berdiri dan garuk-garuk dahi. Dari riuhnya kabar para petinggi, perhatian masyarakat kini beralih pada tragedi ampli di Bekasi. Bahkan, hanya dengan membaca beritanya saja kita jadi gregetan, emosi karena perilaku tak beradab itu.

Ya, berita tentang pembakaran Zoya ( semoga dilapangkan kuburnya) karena diduga mencuri ampli di mesjid beredar dengan cepat. Deep condolence to him, apalagi beliau kepala rumah tangga yang menanggung anak istri. Zoya yang dikenal cukup baik oleh masyarakatnya harus mengakhiri hayatnya dengan cara yang tragis, dibakar karena dicurigai mencuri ampli. Duuh Gusti, berapa sih harga ampli sampai bisa ditukar dengan nyawa???

Sebuah nyawa yang harus dibayar dengan ampli yang tak seberapa rupiah. Ampli masjid pula. Apakah ini yang namanya matinya hati? Masjid yang dikenal sebagai rumah Allah, Allah yang Maha Pengampun, kali ini justru dikotori dengan perbuatan keji. Lelaki itu hanya numpang sholat yang kebetulan tukang servis elektronik. Apakah tidak ada cara yang elegan dalam meminta penjelasan daripada bermain fisik? Apakah hanya sekedar tertuduh membuat darahnya halal untuk dibunuh? Kita memang sedang hidup di zaman yang sedang terhimpit tapi hendaknya emosi kita masih bisa dikondisikan.

Ternyata, kemajuan teknologi tak serta merta membuat masyarakat semakin maju pola berpikirnya. Bagaimana mungkin warga sekitar mushola yang nota bene biasanya akrab dengan program dakwah rumah ibadah tersebut, malah beramai –ramai menganiaya saudaranya sendiri, yang lebih menyedihkan lagi malah merekamnya.

Semua sudah terjadi, nyawa yang hilang tak mungkin kembali. Apalah arti sebuah penyesalan??? Can’t imagine, seorang perempuan muda, 25 tahun beranak satu dan masih menanti kelahiran sang buah hati, kini berjuang sendiri. Yah, semoga tak terjadi lagi ya....Kita adalah makhluk yang beradab, Rasululah datang demi menyempurnakan akhlak. Jangan sampai kita mengaku pengikut Muhammad tapi tidak disertai nilai-nilai sebagaimana beliau contohkan. Apalagi ditengah-tengah isu yang masih hangat seputar toleransi agama. Islam yang terpojok karena pelintiran media, ditambah pula dengan kasus yang demikian.

 Jika di sejumlah kalangan, hukum diperjualbelikan, adapula kalangan yang malah tak mengenal hukum kecuali hukum rimba, mereka main hakim sendiri tanpa ada kroscek sebelumnya. Biasakanlah verivikasi, kroscek jangan mudah terprovokasi. Berhentilah memprovokasi ke hal-hal keburukan. Kalau nggak bisa jadi yodium yang mengeringkan luka, setidaknya jangan menggaraminya. Ingat, garam sekarang mahal lho.

Dan sesungguhnya sebaik-baik keislaman seseorang adalah yang paling baik akhlaknya.” (Hadis riwayat As-Suyuthi)  




English_6thGrade_#4

  Cross a,b,c or d of the right answer! 1.       Kim :................? Ran: I am twelve a.        How are you                        ...