Senin, 21 Agustus 2017

Insiden bandara dan bendera di pesta Olahraga


Baru saja penduduk Indonesia merayakan kemerdekaan Indonesia, tiba-tiba kok ada kabar yang tak sedap dari tetangga sebelah.

Pesta olahraga seAsia Tenggara mencederai orang Indonesia justru saat awal. Belum juga bertanding, tetangga sebelah sudah bikin ulah. Aih, yang namanya bertentangga itu memang ada seninya ya.

Yaa....publik Indonesia dibuat geger karena bendera terbalik yang ada di buku panduan SEA Games. Yang tadinya merah putih malah jadi seperti Polandia, putih merah. Menteri Olahraga Malaysia sudah minta maaf akan keteledoran ini, akan tetapi tindakan ini belum cukup. Yah, mau bagaimana lagi, Indonesia itu kan nasionalismenya tinggi, setiap senin pasti upacara dengan menghormat bendera. Bendera merah putih seakan sudah mendarah daging di tiap warga Indonesia.

Memang, insiden ini benar-benar di luar nalar sebenarnya. Cendekiawan Indonesia berpendapat  ; bukankah pembuatan buku panduan itu melewati beberapa proses termasuk editing, lha kok iso-isone terbalik. Ndilalahnya ya, yang bikin ulah Malaysia yang diajak bermasalah Indonesia, huhuuu......negara serumpun yang susah akurnya.

Indonesia butuh tak hanya permintaan maaf apalagi hanya dari seorang menteri, menurut saya sih. Sang kepala negara juga harus turun tangan. Apa mungkin buku panduan itu diganti? Yaa bisa jadi, asalkan bisa cepat, kenapa tidak. Mungkin lho ya, mungkiiiin.

Negara Malaysia, sebagai tuan rumah, juga kabarnya menuai beberapa kekecewaan. Menurut laman berita, kontingen takraw putri Indonesia  melakukan aksi WO karena wasit tidak adil, yang lagi-lagi sedang bertanding melawan Malaysia. Wasitnya keder kali, pantang mempermalukan tuan rumah. Tak hanya itu, diberitakan bahwa timnas kehabisan makanan ketika tiba di hotel.

Kita tidak tahu maksud dari ulah negeri jiran itu, semoga tidak ada unsur kesengajaan, yah semoga saja ada titik terang. Dengar-dengar netizen Indonesia yang gerah membalas dengan menghack situs SEA GAMES dengan memutar lagu-lagu Indonesia di situsnya. See, betapa kreatif dan fanatiknya Indonesia ketika kedaulatan diusik.

Mengingat ini baru permulaan, semoga kekecewaan ini tidak terus berlanjut ya. Keep fairplay. Jangan sampai publik Indonesia angkat senjata  hahahahaa.....Indonesia dan Malaysia, mbok ya saling rukun lah ya, kan sama-sama rumpun Melayu. Atau jangan-jangan ini yang namanya saudara, kadang bau wangi, kadang bau t*i. Atau mungkin karena sentimen Indonesia terhadap Malaysia karena sebelumnya sudah sering menoreh luka, alaaamaaakkk. Kalau bendera yang terbalik itu punya Thailand, mungkin nggak ya reaksi publik di sana heboh kayak di sini. Atau jangan-jangan ini sebagai balasan karena ada orang Indonesia yang berbuat tak senonoh terhadap anggota SNSD kemarin di bandara??? Aah....pesta olahraga yang diwarnai dengan insiden Bandara dan Bendera, semoga cepat reda ya....



Jumat, 18 Agustus 2017

Generasi Qurani Penebar Inspirasi


“Pelajarilah ilmu karena sesungguhnya belajar semata-mata bagi Allah itu merupakan kebaikan dan mempelajari ilmu merupakan tasbih, membahasnya merupakan jihad, mencarinya merupakan ibadah dan mengajarkannya merupakan sedekah sedangkan menggunakannya bagi orang lain yang membutuhkan merupakan qurbah ( pendekatan diri kepada Allah)”-Riwayat Ibn Majah
Hadist di atas menyampaikan betapa utamanya ilmu, baik kepada pencari maupun sang guru. Sebetulnya banyak sekali dalil entah bersumber dari Hadist ataupun AlQuran yang menyampaikan pentingnya ilmu. Maka dari itu, sebagai muslim dimana AlQuran dan Alhadist sebagai landasannya, seharusnya menjadi generasi pencari dan penyampai ilmu yang mulia.

Bersyukurlah bagi generasi sekarang, dimana pendidikan dengan mudah didapat begitu juga dengan fasilitas yang jauh lebih baik. Bagi pendidik di kota besar misalnya, ketersediaan buku-buku, alat tulis dan segala penunjang lainnya bisa dengan mudahnya terpenuhi mengingat banyaknya toko buku, fasilitas cyber untuk memperkaya materi dan sebagainya. Pun begitu juga para siswa yang dimanjakan dengan berbagai alat tulis yang berwarna-warni.

Akan tetapi, sudah bukan rahasia lagi bahwa kenikmatan itu semua sebetulnya tidak bisa dipukul rata. Di pelosok jauh di sana masih terdapat pendidikan yang masih jauh dari layak. Jangankan fasilitas wifi dan seperangkat eletronik lainnya, mengkondisikan gedung yang permanen, tidak reyot dan bocor saja sudah alhamdulillah. Namun, siapa sangka, meski dengan fasilitas seadanya, murid-murid tak patah arang, dengan beralaskan sandal dan tas sederhana mereka menembus jalan tak beraspal bahkan menerjang arus sungai.

Everyone has their own battle...
Setiap orang memiliki tantangan sendiri, baik yang sudah mengenyam teknologi modern maupun yang sedang berjuang di lingkungan yang masih jauh dari modern. Para pendidik diharapkan bisa berdamai dengan keadaan, tidak terlena dengan mewahnya fasilitas, harus kreatif, tetap berdaya meski lingkungan yang jauh dari kata maju demi mewujudkan generasi yang tak hanya cerdas tapi juga berakhlak mulia.

 Sahabat pernah berkata, “didiklah anakmu sesuai dengan zaman mereka bukan zamanmu.” Ini berarti bahwa dalam mendidik anak tak harus melulu dengan metode yang sama. Zaman kita kecil tak kenal gadget, tak kenal media sosial, itu bukan berarti bahwa murid kita juga harus dijauhkan dari segala yang berbau modern. The problem is just how to manage. Jangan sampai kemajuan teknologi malah menjadi racun. Pun,jika seandainya kita ditakdirkan di belahan bumi yang masih sepi teknologi, jangan membuat kita berkecil hati. Tak dapat dipungkiri bahwa di sejumlah daerah memang masih memiliki kendala tapi jangan sampai menjadi pesimis. Siapa yang tahu kalau ternyata di antara murid-murid tersebut kelak menjadi orang besar karena sudah ditempa tantangan sedemikian rupa sedari kecil.

Tetaplah menjadi pendidik yang menginsipirasi dimanapun kita berkarya. Mungkin di kota, dengan mengandalkan teknologi, materi pelajaran dengan mudah didapatkan tapi tidak dengan kebutuhan mental mereka. Pendidik adalah figur yang senantiasa menyemangati, sebagai kontrol dan kendali ketika konten-konten negatif mulai menyusup. Pendidik can be agent of change, mengubah pemikiran-pemikiran negatif menuju masyarakat yang beradab dan berakhlak mulia. Pendidik sebagai pribadi yang kokoh ketika anak muridnya mulai menyurutkan langkah. Kita, para pendidik, saat ini mungkin kecewa dengan hiruk-pikuk pemerintahan, mungkin telat menjadikan diri sebagai pejabat yang bernilai tetapi ingatlah, kita ikut serta dalam menciptakan generasi yang akan datang. Lakukan yang terbaik, ilmu dan akhlak yang berimbang. Kita tidak tahu,  di antara anak didik kita kelak ada yang menjadi pejabat , pengusaha dan beragam profesi lainnya . Dengan membekali dengan ilmu, baik duniawi maupun ukhrowi, insya Allah, mereka tak hanya jadi pejabat/pegawai yang cerdas, tapi juga berakhlak mulia, jauh dari iri, dengki , korupsi dan tindak negatif lainnya. Buya Hamka pernah berkata “ iman tanpa ilmu bagaikan lentera di tangan bayi namun ilmu tanpa iman bagaikan di tangan pencuri”.


Jangan pernah berkecil hati akan profesi pendidik, sungguh, menjadi guru adalah profesi yang mulia. Diceritakan bahwa setelah pengeboman Hirosima Nagasaki, Kaisar Hirohito justru menanyakan jumlah guru yang tersisa karena menganggap bahwa pendidikanlah yang bisa mengubahnya lebih baik. Bahkan Allah pun menjaminnya sebagai amalan yang tidak putus pahalanya meski sudah tiada. 

Selasa, 15 Agustus 2017

Kemuliaan Rasulullah #1


Menjelang peringatan kemerdekaan ini, ijinkanlah saya ( ini MC banget siih)menuliskan kembali tentang apa yang saya peroleh dari kajian rutin saya.  Yahh....nggak semuanya si, sebagian aja, semoga memberi manfaat bagi sidang pembaca wkwkwkwk.....saya ingatkan lagi ya, bahwa apa yang saya tulis sejatinya bukan gagasan maupun rekaan, okey. Akan tetapi, ini merupakan saduran dari kitab dengan huruf arab karya Syaikh syaikh yang jelas mumpuni tentunya. Lebih afdholnya, saya tulis dengan cetak miring saja yaaa....

Dari Al Hafizh Abi Nu’aim r.a beliau berkata :
Disebutkan di sebagian akhbar bahwasanya Allah berkata kepada Nabi Musa a.s
Allah                      : "Ya Musa, apa engkau ingin Aku ini lebih dekat kepadamu melebihi dekatnya ucapanmu dengan lisanmu, melebihi dekatnya rasa was wasdalam hatimu dengan hatimu sendiri, melebihi dekatnya ruh dengan badanmu dan melebihi dekatnya cahaya penglihatan dengan matamu sendiri?"
Nabi Musa                 : "Tentu ya Allah"
Allah                         :" Perbanyaklah sholawat kepada Muhammad Nabiku"
Dan dalam sebuah riwayat, Allah bertanya kepad Musa a.s
Allah                        : "Apa engkau mau tidak merasakan kehausan di hari kiamat?"
Nabi Musa               :"Tentu"
Allah                        : "Maka perbanyaklah sholawat terhadap Nabi Muhammad"
Allohumma sholli wasalim wa barik ‘alaa sayyidinaa Muhammad

Dari Guru Assayyid Alhabib Hamid Annaqib ibn Assyaikh Abu Bakar ibn Salim bercerita:
Ketika kunjungan beliau ke Abu Dhabi, seorang ulama dzurriyah (keturunan) Rasulullah menyimpan dua helai rambut Rasulullah, kemudian ulama tadi berkata :
"Aku akan tunjukkan salah satu mu’jizat Rasulullah pada rambutnya ini ( rambut tersebut ditancapkan di tempat yang terbuat dari seperti kapas/busa berbentuk kerucut)."
Lalu Syaikh tersebut mematikan AC dalam ruangan itu dan menutup rapat seluruh pintu dan jendela agar tidak ada angin yang masuk. Lalu Syaikh tersebut memerintahkan kepada salah satu putra guru kami untuk membaca qasidah berisi pujian kepada Rasulullah. Maa Syaa Allah, ketika dibacakan pujian tersebut, kedua helai rambut itu bergerak-gerak ke kanan dan kekiri saling berlawanan. Dan ketika berhenti membaca pujian, keduanya pun berhenti bergerak.

Subhanallah, betapa mulianya junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Hayuuk generasi millenium, jadilah Panji panji Allah dengan menjadikan Rasulullah sebagai figur teladan, senantiasa bersholawat, yup, mengutip motto dari Sulis, cinta sholawat hingga tamat. Nantikan seri selanjutnya yaaa..............


Minggu, 13 Agustus 2017

Inuyasha makan Royal Canin

Lelaki bersurai itu mengendus-endus tiap kali diajak ke swalayan. Atas dasar perilaku buruk tersebut, Kagome mempercepat belanjanya. Asem kecut raut mukanya. Setelah membayarnya di kasir, dua sejoli tersebut berjalan menyusuri trotoar. Tak seperti biasanya Inuyasha yang menggendong Kagome, kali ini Inuyasha berpikir bahwa barang belanjaaannya kali ini cukup merepotkan, terlalu berisiko kalau dibawa dengan meloncat-loncat.

“Kamu yakin akan membawanya semua ke desa?”
“Tentu saja, itung-itung buat oleh-oleh untuk orang-orang di sana,”jawab Kagome.
“Apa tidak terlalu berlebihan?”
“Huh, kau ini kenapa si Inuyasha, toh perjalanan ke desa nggak memakan waktu berhari-hari,”gerutu Kagome

            ***
Sore hari adalah waktu yang tepat untuk bersantai di depan tivi. Mereka akan kembali ke zaman Inuyasha besok pagi. Semua sudah dikemasi. Inuyasha memilih ngemil makanan ringan yang baru dibelinya, sementara Kagome berkutat di dapur.

“Woi Kagome, aku menemukan makanan yang lebih enak daripada mi yang biasa aku makan.”
“Oh ya, sudah mulai pintar kau rupanya”, ledek Kagome. Inuyasha hanya nyengir kuda dan meneruskan makanannya.
Tak lama kemudian, Kagome pun mendekati Inuyasha.
“ Sepertinya enak makanan yang baru saja kau belii.”
“ Tentu saja, kau cobalah..”, Inuyasha pun menyodorkan beberapa butir dengan tangannya ke Kagome. Fyuhh...aroma hewani menyeruak. Tanpa rasa curiga, Kagome mengambil beberapa butir...dan....
“HOEK, APA Yang Baru saja Kau beli Inuyasha!!!!????”

Kagome, dengan rasa penasarannya,  merebut kemasan snack tersebut. Ia pun terkejut setelah melihat kemasan yang bergambar hewan kerabat suaminya  dengan tulisan yang cukup besar...”ROYAL CANIN”

“DasAR INUUUUUU (anjing).....!!!!!” teriak Kagome.


Kamis, 10 Agustus 2017

Full Day atau Half Day???...Ketika Galau Milik Semua Kalangan


Masyarakat kita memang dikenal sebagai masyarakat yang reaktif, entah itu hal yang baik maupun buruk. Berawal dari kepo dan viralism, semua jadi tahu. Dibalik berita tersebut ada yang peduli, ada yang nyinyir adapula yang sebodo teuing emang gue pikirin.

Beberapa hari yang lalu( atau bahkan sekarang pun masih) sempat berisik dengan wacana Full day school. Beberapa kalangan pun ikut berkomentar akan rencana pak Muhadjir. Katanya sih, sudah dipertimbangkan, tapi ternyata isu tersebut juga menimbulkan pro dan kontra.

As for myself, Full Day School Ataupun Half day school masing-masing punya plus dan minusnya. Kata anak muda sekarang mah, keduanya punya fanbase sendiri-sendiri. Para orang tua punya alasan tersendiri untuk memilih.

Perlu diketahui bahwa Indonesia mempunyai demografi yang berbeda-beda. Sosial budaya di Jakarta bisa saja berbeda di salah satu desa pelosok di Sumatra sana. Jakarta dengan dinamikanya yang lebih ribet, sebagian ada yang hedonis, materialistis ( tidak bisa dipungkiri bahwa kehidupan ibukota lebih mahal). Bagi mereka yang sibuk, kedua orang tua bekerja, mungkin lebih memilih full day dengan pertimbangan anaknya berada di lingkungan yang bertanggungjawab. Kalaupun toh di rumah ada ART, mungkin ART tersebut tidak punya power sebagaimana guru, seperti membiarkan seharian main games, nonton tivi ataupun youtuban yang seronok. Kalau di sekolah anak diharapkan untuk lebih teratur, punya tanggungjawab. Selain itu, biasanya full day school yang islami akan menyematkan materi ngaji untuk anak didiknya sehingga tak perlu lagi TPQ. Selain itu, ada juga sekolah setingkat SMA yang sampai sore dengan tujuan anak muridnya tidak banyak keluyuran nggak jelas apalagi tawuran, hadeehh. Yaa memang untuk Full Day school memang cukup menguras kocek, ya iyalahh, sekolah menanggung makan siang, menyediakan guru ngaji dan paketan-paketan lain.

Bagi masyarakat kampung yang sosialnya masih erat, budaya yang masih mengakar, mungkin gagasan ini tidak cocok. Mereka biasanya punya peliharaan macam kambing yang biasanya mengharuskan anak-anak merumput, angon kambing atau sekedar ngrangsum ayam di sore hari. Dengan ekonomi yang pas-pasan, mereka lebih suka anak-anak mengaji sore hari di mushola terdekat dengan biayanya cukup murah, cincailah sama ustadznya. Anak-anak di pelosok sana masih bisa menikmati semilirnya angin sore tanpa polusi sambil baca buku di bawah pohon ditemani kambing-kambingnya. Lepas itu, magrib mereka ke surau mengaji bersama-sama.

Begitulah. Beda masyarakat, beda pendapat. Tak perlu ngotot harus full day ataupun half day. Semua ada alasannya masing-masing, mana yang lebih cocok, yang nyaman untuk orangtua dan calon siswa. Saya sendiri berada di full day school but i am alright, enaknya Cuma lima hari kerja, sabtu libur. Bagi yang half day tak perlu risau tak ada peminat. Keadaan lingkungan di Bekasi jelas beda dong sama Ciraos.

Kembali lagi, bahwa  Full Day maupun Half day menurut saya adalah preferensi anak dan orang tua. Memang, keputusan Full Day school tidak bisa dipukul rata untuk semua kalangan, untuk semua daerah.  Tapi ini juga bukan berarti Full Day itu buruk, half day yang terbaik.

Yang penting pak menteri, konsistensi, kurikulum gak usah berkali-kali ganti. Keberhasilan suatu kurikulum tak bisa dilihat hanya dalam kurun waktu setahun kok. Jangan bikin galau para pendidik deh, yang ini belum mudeng, terbit yang lain...olalaaa....


Selasa, 08 Agustus 2017

Tragedi Ampli

Karena agama tak hanya sekedar membaca kitabNya......

Entahlah, bulan Agustus ini diawali dengan berita yang tidak sedap. Suatu peristiwa yang membuat bulu kuduk berdiri dan garuk-garuk dahi. Dari riuhnya kabar para petinggi, perhatian masyarakat kini beralih pada tragedi ampli di Bekasi. Bahkan, hanya dengan membaca beritanya saja kita jadi gregetan, emosi karena perilaku tak beradab itu.

Ya, berita tentang pembakaran Zoya ( semoga dilapangkan kuburnya) karena diduga mencuri ampli di mesjid beredar dengan cepat. Deep condolence to him, apalagi beliau kepala rumah tangga yang menanggung anak istri. Zoya yang dikenal cukup baik oleh masyarakatnya harus mengakhiri hayatnya dengan cara yang tragis, dibakar karena dicurigai mencuri ampli. Duuh Gusti, berapa sih harga ampli sampai bisa ditukar dengan nyawa???

Sebuah nyawa yang harus dibayar dengan ampli yang tak seberapa rupiah. Ampli masjid pula. Apakah ini yang namanya matinya hati? Masjid yang dikenal sebagai rumah Allah, Allah yang Maha Pengampun, kali ini justru dikotori dengan perbuatan keji. Lelaki itu hanya numpang sholat yang kebetulan tukang servis elektronik. Apakah tidak ada cara yang elegan dalam meminta penjelasan daripada bermain fisik? Apakah hanya sekedar tertuduh membuat darahnya halal untuk dibunuh? Kita memang sedang hidup di zaman yang sedang terhimpit tapi hendaknya emosi kita masih bisa dikondisikan.

Ternyata, kemajuan teknologi tak serta merta membuat masyarakat semakin maju pola berpikirnya. Bagaimana mungkin warga sekitar mushola yang nota bene biasanya akrab dengan program dakwah rumah ibadah tersebut, malah beramai –ramai menganiaya saudaranya sendiri, yang lebih menyedihkan lagi malah merekamnya.

Semua sudah terjadi, nyawa yang hilang tak mungkin kembali. Apalah arti sebuah penyesalan??? Can’t imagine, seorang perempuan muda, 25 tahun beranak satu dan masih menanti kelahiran sang buah hati, kini berjuang sendiri. Yah, semoga tak terjadi lagi ya....Kita adalah makhluk yang beradab, Rasululah datang demi menyempurnakan akhlak. Jangan sampai kita mengaku pengikut Muhammad tapi tidak disertai nilai-nilai sebagaimana beliau contohkan. Apalagi ditengah-tengah isu yang masih hangat seputar toleransi agama. Islam yang terpojok karena pelintiran media, ditambah pula dengan kasus yang demikian.

 Jika di sejumlah kalangan, hukum diperjualbelikan, adapula kalangan yang malah tak mengenal hukum kecuali hukum rimba, mereka main hakim sendiri tanpa ada kroscek sebelumnya. Biasakanlah verivikasi, kroscek jangan mudah terprovokasi. Berhentilah memprovokasi ke hal-hal keburukan. Kalau nggak bisa jadi yodium yang mengeringkan luka, setidaknya jangan menggaraminya. Ingat, garam sekarang mahal lho.

Dan sesungguhnya sebaik-baik keislaman seseorang adalah yang paling baik akhlaknya.” (Hadis riwayat As-Suyuthi)  




English_6thGrade_#4

  Cross a,b,c or d of the right answer! 1.       Kim :................? Ran: I am twelve a.        How are you                        ...