Minggu, 05 April 2020

Creepy kripik (2)

1. Jemuran
"Dasar nenek-nenek, dia pasti lupa mengangkat jemuran yang dicuci tadi pagi," gerutuku pada tetangga samping rumah. Segera kubuka pintu mengingat malam makin larut, udara sedang dingin-dinginnya. Ditambah ada gonggongan anjing tetangga seberang rumah.
Setelah membersihkan diri, aku rebahan di kamar. Hufttt...capek sekali setelah tour seharian.
Pagi-pagi, kulihat mbah Darmi sudah menyapu terasnya.
"mbah-mbah Darmi, lupa mengangkat jemuran mukena semalam ya?" tanyaku basa-basi.
"lha yo sudah kuangkat sejak sore lah Santi. Pamali ada jemuran malam-malam di luar."
Aku hanya nyengir. Lalu penampakan putih semalam di depan rumah apaan, kalau bukan jemuran mukena?

2. Nyari Kutu
Di suatu sore selepas adzan ashar, aku dan Dewi teman kostku sedang asyik leyeh-leyeh.
"Sarni, tolong cariin kutu dong. Kok kepalaku gatel yah. Dipakein shampoo nggak mempan nih. " Kata Dewi.
"Idih jorok." Sambil bermalas-malasan, kupijat kepalanya mulai berburu kutu yang bersembunyi di mahkotanya.
Satu, dua, tiga kutu beserta telurnya berhasil kutumpas. Asyik juga momen mencari kutu apalagi ditemani kue, es teh dan sedikit ghibah.
"Wow, aku nemuin raja kutu nih. Item gede banget Wi. "
"Masa? Coba Sar tangkap! "
Buletan hitam pun kusentuh, mencoba untuk kucabut. Aarghhh.... Ini kutu atau apa si. Sekali lagi kucoba tangkap.
Betapa kagetnya diriku, begitu kutarik, yang di tangan bukan kutu tapi paku. Sejurus kemudian Dewi malah tertawa-tawa, tapi tidak didepanku. Ya, ia tertawa sambil terbang melayang menuju awan.

3. Koran
Setelah peraturan yang tak boleh dagang di area stasiun, mau tak mau, aku harus cari lahan lagi. Syukurlah, aku mendapatkan lahan sempit untuk berjualan meski agak jauh dari stasiun. Sepi tak apalah, yang penting usaha, rejeki kan sudah ada yang ngatur.
"Pak, baksonya dua bungkus ya pak. "
" Ooh, baik pak. Silahkan duduk dulu. "
Bapak itu duduk sambil membaca koran di bawah lampu yang temaram, tak begitu terang. Kupikir orang ini habis perjalanan jauh, hummm..., baunya tak begitu sedap, kutanya pun tak menjawab.
"Ini pak baksonya, semuanya jadi tiga puluh ribu. " Kataku sambil menyerahkan bungkusan. Dia pun berlalu tapi dia meninggalkan korannya.
Kuraih koran dan kubaca. Koran itu lusuh dengan headline kecelakaan kereta. Ya, koran edisi Oktober 1987.

4. Boneka
Roda itu berputar. Paklikku,Sutrimo, yang dulunya hanya asongan, kini punya toko besar dengan cabang di berbagai kota. Saya sendiri baru lulus SMA yang berlibur di rumahnya. Ya ngapain kek, bersih-bersih rumah, masak, atau bantu momong anaknya yang kecil.
" Mbak, mbak Rizky, Selly punya mainan baru lho, nemu di kamar ayah. ", ujar Selly, anak paklik yang kecil.
" Apa itu Selly? "
" Boneka. Agak serem tapi aku nggak takut kok? "
"Boleh mbak lihat? "
Hmmm.... Serem? Apa seperti Annabelle kah?, tanyaku dalam hati. Si kecil Selly lantas ke kamarnya.
"Ini mbak. Aku namain boneka jenggot karena ada jenggotnya. "
Aku menatap aneh pada boneka seukuran barbie itu. Nduk Selly, itu bukan jenggot, tapi jenglot, batinku.

5. Wowo Murung
Tak seperti biasanya, akhir-akhir ini, Wowo anakku yang montok itu murung. Padahal sebelumnya, ia selalu riang gembira. Tentu saja, aku takkan membiarkan ini berlarut-larut.
"Kamu kenapa Wo?"
"Nggak ada yang mau bermain denganku. "
"Emang kenapa? "
"Katanya aku tidak sekelas dengan mereka. Aku hitam, jelek dan bau. "
"Memang kamu main sama siapa? "
"Mira, anaknya Haji Rosid. Dia selalu ketakutan, dibilangnya aku bau singkong bakar. "
"Wowooo.... Jelas saja dia takut. Kamu memang berbeda, karena kamu itu bangsa Gendruwo, Wo... Wowo...! " Teriakku sambil melempar singkong.

6. Pecel
Iri tanda tak mampu. Katanya, Yekti, si gadis desa, muka dan harta pas-pasan, kok bisa dapat si Sapto. Ah, siapa peduli. Ya, mas Sapto, adalah pemuda yang ganteng, kaya dan penyayang. Saking sayangnya, apa yang kupinta, pasti dia iyakan.
Malam Minggu kami berkunjung ke rumah mertua. Seperti biasa, ibu sudah menyiapkan santapan untuk anak dan menantunya.
"Ayo Yekti, dimakan. Ibu masak pecel buat kalian. "
Hmmm.... Masakan mertua memang tak ada duanya.
" Lahap sekali. Enak Yekti? Itu sayuran ibu petik dari kebun, termasuk daun kelor yang subur di samping rumah. ".
Pecel sudah habis, tinggal nafasku kembang kempis. Benar saja, Sapto berubah dan mengusirku di keesokan harinya.
"Dasar ceroboh, kan sudah aku bilang, jangan dekati kelor. Sekarang tahu sendiri akibatnya.!! " Begitulah Mbah Sronto, dukun desa mengomeliku.

7. Rawon
Usai nonton bola, aku iseng keluar rumah sekedar mencari pengisi perut. Yah, itung-itung pengenalan lingkungan mengingat baru dua minggu di sini.
Sudah sepi memang, karena sudah hampir tengah malam. Kulihat ada lapak jualan di ujung jalan. Kudekati, ternyata itu warung rawon, di situ tertulis rawon setan. Dasar orang sekarang, macam-macam pula mereka memberi nama.
" Pak, rawon seporsi pak. Dimakan disini. ".
" Baik"
Pak tua itu segera meracik rawon di gerobaknya. Terbayang olehku citarasa kluwek, daging dipadu dengan cabai.
" Silahkan. "
Tiba-tiba saja aroma tak sedap menyeruak. Kupikir ada bunga bangkai tapi ini bersumber dari mangkok. Diriku mual.
" Pak, ini rawonnya kok begini. "
"Ya namanya juga rawon setan. " Pak tua itu menyeringai dengan muka pucat, mulut berbusa.


8. Nebeng
"Setyo, ini upahmu minggu ini. Oh ya, Ada buah buat ibu di rumah. "
"Terima kasih pak. "
Hari semakin gelap dan sepi. Kukayuh sepeda menyusuri jalan berliku, menanjak dan menurun. Berat? Ah, pantang bagi laki-laki mengeluh, bukan? Jadi, nikmati saja.
Tak terasa tanjakan sebelah makam terlewati, ini artinya sebentar lagi sampai rumah. Tanjakan sudah berlalu, tapi.. ,kenapa masih berat saja sepeda ini kukayuh. Bukannya aku hanya membawa sekantong buah, bukan sekarung beras?
Kutengok kanan, kiri dan belakang. Terang saja, ada penumpang berambut panjang di belakang hingga membuat pematang sawah kuterjang.

9. Taman Bermain
Beberapa hari ini, si Dito lebih suka pergi ke taman di sore hari. Bagiku tak mengapa, justru lebih senang karena lebih murah daripada bermain di mall.
"Dito, pulang yuk, udah mau maghrib" Teriakku dari gazebo. Agaknya dia masih gembira, padahal orang-orang sudah beranjak pulang. Sekali lagi kuberteriak sembari mendekatinya.
"Dito, ayo pulang. Sebentar lagi magrib."
"Tapi mama, aku masih mau main. Temenku Yosi belum pulang."
"Yosi yang mana? "
"Emang ibu nggak lihat, dia tertawa di ayunan disampingku. "
Jleb. Segera kuraih tangan Dito dan memaksanya pulang. Ingatanku melayang pada anak komplek sebelah yang baru saja meninggal, Yosi namanya.

10. Nyalon
Sepulang dari salon, aku merasa lebih percaya diri. Aku yakin, mereka pasti tercengang dengan penampilanku yang baru. Apalagi rambut indahku yang panjang tergerai, aduhai.
Semoga malam ini mimpi seindah-indahnya.
"Hai Sis, kamu nangis semalam? " Tanyaku pada tetangga kosku.
"Nggak Tantri. "
Ah, sudahlah, tepisku. Namun, semenjak dari salon itu, memang tiap malam kudengar tangisan perempuan. Lama-lama risih juga, terlebih ketika malam jumat, seakan Ada yang menarik rambutku. Atas saran Siska, aku pergi ke salon tempo hari.
"Maaf mbak, hair extension kemarin, mbaknya minta rambut original, ya itu stok yang kami punya, rambut gadis yang meninggal empat puluh hari yang lalu" Jawab pegawai salon dengan entengnya.
Segera saja kupangkas rambut sependek-pendeknya

11. Tabungan
Anak-anak mana yang tak menyukaiku. Tak jarang kuberi hadiah, coklat ataupun permen ketika bermain dirumahku, lengkap dengan playgroundnya.
Akan tetapi, belakangan ini, kudengar banyak orang tua yang melarang anaknya berkunjung.
"Heh, Kasno, jangan lagi kau giring anak-anak main ke rumahmu! " Teriak Hadi, tetanggaku.
"Lha, emang kenapa? Mereka senang di sini kok. "
"Bagaimana kami tak curiga, tiap kali mereka bermain, pasti nanti ada yang sakit, entah, habis itu tak tertolong. "
"Sudah takdir kali. " Jawabku enteng.
Aku berlalu dari teras dan menutup pintu. Dasar nggak tahu diuntung, gerutuku. Bukankah anak-anak yang meninggal itu nanti jadi tabungan akhirat. Impas kan? Aku membuat tabungan mereka dan aku semakin bergelimang harta.


12. Token Habis
Aku bersyukur bersuamikan Seno. Dia seorang pekerja keras dan penyayang. Asetnya lumayan, sudah pasti kebutuhanku terjamin kan?
"Eh, Laksmi, semalem kenapa rumahmu gelap, cuma pakai lilin saja? " Tanya Udin, tukang sayur yang juga tetanggaku.
"Iya Din, tokenku habis. Mau beli keluar, males. "
"Napa nggak nyuruh Seno? "
"Dia lagi sibuk kerja." Jawabku ngeloyor pulang. Tak kuhiraukan omongannya.
Aih, dasar tetangga kepo. Sudah kubilang Seno itu pekerja keras, sampai malam pun ia suka bekerja. Sedangkan aku cukup di rumah, menjaga lentera agar tetap menyala. Begitulah cara kami menumpuk harta.

13. Kursi Roda
Bersama dengan sepupu, kak Eva, aku menginap di rumah nenek yang baru saja meninggal empat puluh hari yang lalu. Selain karena kami cukup dekat dengan nenek, para kerabat harus bekerja di esok hari. Sementara, kami masih kuliah yang jadwalnya fleksibel.
Sanak saudara yang rumahnya tak jauh dari rumah nenek, pulang menjelang tengah malam. Yah, mumpung pada ngumpul, kami ngobrol sembari membereskan rumah.
Kak Eva lebih dulu masuk kamar, sementara aku mengunci pintu dan mematikan lampu. Tak ada yang aneh di rumah ini karena memang kami sering mengunjungi nenek semasa hidupnya.
Adzan shubuh memaksa diriku membuka mata disertai omelan kak Eva.
"Kamu yang bener dong, masa kursi roda kamu taruh di depan kamar persis. Mana lampu ruang tamu mati. Nabrak kan jadinya aku" Cerocos kak Eva.
"Kak, aku memang matiin lampu ruang tamu semalam, cuma kursi roda nenek kutaruh di samping kamar mandi. "
Dan kulihat wajah kak Eva dengan raut yang berbeda.


14.   Reuni
Tanggal sudah aku lingkari, setelah kulihat pariwara di sejumlah media. Kupastikan tahun ini ikut reuni setelah beberapa tahun absen. Bukannya apa-apa, hanya saja sekarang aku lebih pede dengan tungganganku. Selain itu, tempo hari pernah dichat oleh teman wanita yang dulu pernah kukagumi. Aah, siapa tahu hati kami bertaut kan?
Seminggu kemudian, tibalah agenda reuni.
"Hai Ilham. Akhirnya datang juga ke reuni tahun ini. Makin ganteng aja", sapa temanku.
" Baru sempet Don. Ini juga kan seminggu yang lalu sempat dichat Vika tentang reuni. Tumben banget kan, entah dari mana dia tahu nomorku. Ehm... "Jawabku nyengir.
" Serius? Kamu masih ngarepin doi? "Tanya Doni terkejut.
"Ya kalau sama-sama single, kenapa tidak? "
"Sebaiknya jangan deh. "
"Emang kenapa? Dia udah nikah?" Tanyaku dengan polos.
"Bukan udah nikah Ham, tapi udah meninggal sebulan yang lalu. Makanya, join grup alumni biar tahu berita. "
Terus yang ngechat seminggu lalu siapa???, bisikku dalam hati.



Material for six grade

Name/Class :
Second Worksheet
Tenses
1. My brother...............a letter last night (write)
2. My uncle...............to London next month (fly)
3. Eddie ........a new house last year (buy)
4. Patrick...............the car now (wash)
5. Ssst! Don’t make any noise. The baby .....................(sleep)

Personality
Mr. Ahmad is a (6)....................He often works until late at night. His wife is a teacher. She is(7).................woman. She always put something properly. Their son, Gary is generous. He likes to(8)............something to others. His sister is a(9)..............girl. Her room is messy. They are(10).....................people because they easily make friends.

Connectors
11. I visited my dentist last Tuesday ________ I had a terrible toothache.
12. The weather is always sunny ________ hot in summer in Turkey.
13. It was freezing this morning ________ Mr.Lerrington wore his scarf and vest.
14. Carol studied hard for the maths test ________ she couldn't get a good mark.
15. Linda went to the supermarket ______she forgot to buy apples.


Ferdinand Magellan
Born into a Portuguese noble family in around 1480, Magellan became a skilled sailor and naval officer and was eventually selected by King Charles I of Spain to search for a westward route to the Maluku Islands (the "Spice Islands"). Despite a series of storms and mutinies, the expedition reached the Spice Islands in 1521 and returned home via the Indian Ocean to complete the first circuit of the globe. Magellan did not complete the entire voyage, as he was killed during the Battle of Mactan in the Philippines in 1521.
16.  Where did Magellan was born?
17.  When did he reach Maluku island?
18.  Where did Magellan die?
19.  What does barber do?
20.  What does engine-driver do? 


English Material for 3rd Grade


A.
         SOME  and ANY

Some : is used for positive sentence.
Example :
      a) I have some candies t home.
      b) My sister buys some novels.
      c) There are some apples on the table.
Any : is used for negative and interrogative sentence
Example :
     a) I don’t have any food at home
     b) Do you have any sugar?
     c) There isn’t any milk in the fridge.


B. Fill in the blank with some or any!
1. There are...............students in the classroom
2. Is there.....................food left?
3. Do you have.............money?
4. I have..............pencils if you need
5. My brother gives me .............snacks
6. Is there........spices in the fridge?
7. My teacher brings .......children book
8. The children need..........jacket during the winter
9. Are there.......balls in the box?
10. Uncle Sam buys..............egg

Thank You




English_6thGrade_#4

  Cross a,b,c or d of the right answer! 1.       Kim :................? Ran: I am twelve a.        How are you                        ...