Minggu, 30 Oktober 2016

New Kids on The Blog





Wah wah, judulnya seperti boyband jadul ya ( itu on THE BLOCK, huftttt)

Betul ini, frankly speaking, baru tahu kalau kemarin 27 oktober merupakan hari blogger nasional. Pertanyaan yang pertama muncul daaan soooo simple, emang adaa???? , bagi pendatang baru di dunia perbloggingan seperti saya ini, memang belum terlalu familiar. Yah, kita mah tahunya yang standar-standar aja, tanggalan merah di kalender, tanggal yang ada di dalam buku sejarah tak lupa juga tanggal gajian, wkwkwkwk. However, this morning, begitu buka facebook, banyak yang berkicau tentang hari blogger nasional. Level kepo saja pun beranjak naik. Dengan bermodal wifi gratis, langsung bertanya tanya pada eyang google.

Jadi ternyata, sekitar sembilan tahun yang lalu, pada tanggal yang sama, menteri pendidikan, Mohammad Nuh, mengadakan suatu perkumpulan  para blogger yang tujuannya adalaha untuk mewadahi komunitas blogger. Yah, bisa dikatakan pestanya para blogger lah. Di momen itulah pak menteri mencanangkan hari blogger nasional. Sejak saat itu dikenal dengan hari blogger nasional dan menggelar acara-acara untuk memeriahkan (cmiiw).

Olalala.....kemana aja ya. maklumlah, ngeblog kalau sempat, waktunya ada, ide ada dan piranti nulis ada. Atau malah belum bisa dikatakan sebagai blogger. Cuma kadang ada hasrat menulis buat menutupi kemampuan public speaking saya yang horror banget. Kata salah seorang teman ; “ayo dong speak up, jangan Cuma di tulisan ajah, hahahaaa. Entah kenapa kalau bicara di depan umum kok malah deg-degan, keringetan.

Anyway, happy blogger’s day. Yah, semoga kedepannya bisa lebih baik, lebih konsisten dan lebih berkualitas tulisannya, gak Cuma ecek-ecek nantinya malah becekkk nonaa. Pengin juga kan seperti blogger ngetop lainnya. Tulisan yang enak dibaca dan dilirik pengguna jasa, yap...tuing tuing. Hemmm....dibalik nama besarnya seorang blogger pasti ada usaha yang besar pula. Jangan kayak begini, begadang malam dikit mengeluh pusing, prinsipnya the power of kepepet, kalau gak deket deadline masih leha-leha (toyor ni kepala ).

Well, i’m still new kid on the blog. Masih banyak yang harus diperbaiki dan dipelajari. Ingin menjadi juru tulis yang ditunggu-tunggu di setiap tulisannya. Kata Al Ghazali “ jika kau bukan anak raja, bukan anak ulama besar, maka menulislah”. Apalagi kalau tulisannya itu bermanfaat, entah secara ilmiah atau psikologiah ( terhibur misalnya hehehee...). Jika  nantinya kita dikenang atau bahkan menghasilkan profit, itu merupakan buah yang kita tanam, yah syukur-syukur buahnya lebat, dapat door prize deh. Never too old to learn. Nikmati saja setiap langkah dalam sebuah proses. Seperti dalam lagunya NKOTB, step by step lah yaaaa......








Kamis, 27 Oktober 2016

Masa yang (mungkin) Takkan Terulang




Noone can choose in what generation they born. Apakah kamu dilahirkan di zaman purba, zaman nabi, majapahit, penjajahan, Orla, Orba ataupun milennium. Yang bisa kita lakukan adalah bagaimana hidup kita bisa berarti. Yah, masing-masing zaman memang ada keunikannya.
Misalnya saya, saya ini kelahiran era, ehmm....80 akhir. Memang sih, dalam dua dekade terakhir ini everything is deeloping so far. Jadi yang berumur panjang bisa banget tuh lihat perubahan yang cepet, bedaa banget, antara masa kecil dengan masa dewasa. Dan jujur saja, kadang apa-apa yang ada di masa kecil meskipun sederhana justru menjadi kenangan yang bakal dirindukan. Ya, kenangan yang mungkin saja takkan terulang karena kali-kali sudah dangkal, lapangan sudah menjadi perumahan. Kalau kenangan sama mantan mungkin masih bisa disaksikan, Cuma beda, tambah keriput doang, x_x hahhaaa.....
Yang angkatan 90an, ngacung!!!, mari kita sedikit ingat-ingat, apa sih yang bikin kita hepi. Layaknya sebuah puisi, saya ingin bahagia secara sederhana, cie cieee..
1.   How to play
Gimana sih anak-anak bermain? Yang jelas, kita bermain dengan benda real, main bola di lapangan, mencari capung, boneka kertas, congklak atau kalau yang lebih menguras tenaga seperti main benteng. Rata-rata lebih mengandalkan gerakan fisik dan benda yang asli. Kalau sekarang semua ada dalam satu benda. Gadget., hahahaa. Anak sekarang nggak lihat aslinya kecebong dan berudu, bedanya kunyit sama jahe ( yaelah, bisa ditebak dari warna doang ). Dulu ada sih, gadget, tapi ya Cuma sebatas tetris. Lebih sering menghabiskan waktu di alam liar ( kalo yang ini lebay banget )secara belum ada handphone, tivi pun masih jarang yang punya. Sekalinya nonton, nebeng rame-rame di tempat tetangga.we grow like how the children should grow. Nonton? Iya, acara favorit semacam sailormoon, chibi, nyanyi bocah-bocah dengan lirik sesuai usia. Kalaupun ada sinetron, kami tak merasa terjajah karena sinetron nongol di tivi nggak tiap hari, emang sekarang? Kejar tayang vrooh, tiap hari ada. Kotor? Biasa. Di jaman kami tidak ada dough, clay dan sejenisnya, kami menggunakan tanah liat. Hujan-hujanan juga masih okey karena belum mengenal apa itu hujan asam ( polusi masih dikit brooo).
Ketika menginjak remaja, kami sudah puas dengan terbitan majalah seperti Aneka atau Kawanku dengan bonus poster yahud di dalamnya. Chattingan? Apapula itu. Adanya kirim-kiriman surat, huft...apalagi download youtube?hahaaaa.....kami kumpulkan duit untuk beli kaset pita yang harus kami jaga dengan sepenuh hati, cieee. Lha gimana, kaset pita itu rawan rusak lho, apalagi kalau diputer-puter, suaranya ngeblur hohohooo....ditanya idola? Standar lah ya mulai dari Joushua, Susan Ria Enes buat yang krucil-krucil, sampai Nike Ardilla, band Malaysia atau boyband internasional macam NKOTB untuk yang dewasa.
2.   School

  • Nah, iniii....adek-adek emes, seharusnya kalian bersyukur. Sekolah yang bener. See, kami hanya mengenal kapur tulis yang kalau alergian bisa gatal-gatal, hobi menulis karena yang pegang fotokopian, diktat hanya bu guru ( apalagi punya laptop ). Pagi-pagi membawakan koper pak guru bahkan sampai mencucikan gelas-gelasnya. Tapi toh kami nggak protes. Ini juga kali yang bikin ilmu kami lebih berkah dan jiwa yang tangguh, bukan rapuh. Jajanan kami juga sederhana, rambut nenek-nenek, gorengan, mi remes, kacang-kacangan sama es serut. Kalau ultah cukup puas dengan bagi bagi permen, but we are happy of it. Telapak kaki kami juga lebar karena hobi jalan kaki, kalau punya doku lebih, bolehlah ya beli sepeda terus teman-teman yang lain pada minjem, it’s okeyyy.

3.   How we interact with others
Mungkin karena pengaruh teknologi juga kali yah, kami jadi lebih ngerasain interaction with real people in close distance. Kalau ada apa-apa, ya samperin, lagi ngumpul-ngumpul ya ngobrol, bercanda, kalau sekarang kumpul-kumpul ya tetap aja yang dipantengin gadget. Tata krama masih yes, jarang ditemukan murid durhaka sama guru, demi mental yang kuat kami terima jeweran guru, disetrap de el el, tidak seperti sekarang, dikit-dikit HAM, dikit-dikit HAM. Metode pengajaran, pengasuhan pun beragam.
Sebenarnya masih banyaklah lah ya yang jadi unforgettable moment karena keterbatasan tempat dan waktu ( yee...kayak pidato aja), cukupkan saja pemirsah.  
Masa lalu biarlah menjadi masa lalu. Bukan berarti masa sekarang tak ada yang dibanggakan. Lihatlah kemajuan teknologi dan dakwah yang kian terang. Jaman dulu kan jarang yang berjilbab yakk....By the way, ada yang mau share hal-hal yang bikin kita kangen? Kangen sama masa kecil mah boleh-boleh aja, yang dihindari tuh kangen sama mantan, walah, bisa jadi granat tuh.


English_6thGrade_#4

  Cross a,b,c or d of the right answer! 1.       Kim :................? Ran: I am twelve a.        How are you                        ...