Senin, 29 Oktober 2018

Alergi Hasil Evaluasi



“Miss, nilai Aci kok jelek ya?”
“ Ini bunda, bisa cek hasil pekerjaan Aci ya.”

“ Miss, ini bener nilai Uci segini.?”
“Iya miss, sudah diotak-atik nih, gimana lagi ya”

Salah satu tugas pokok guru adalah memberi nilai, mulai dari nilai harian, ulangan hingga raport. Tentu saja, penilaian itu harus sesuai dengan materi yang telah diajarkan. Ya begitulah, materi dan evaluasi adalah satu paket.

Lagi-lagi, karena beda zaman, beda kebijakan, pendidikan jadi seperti horror, entah bagi siswa maupun pendidiknya. Pada dekade terakhir, populer dengan istilah KKM. Apabila ada nilai di bawah KKM, maka dianggap aib. Dokumen hitam di atas putih yang berwujud deretan angka juga menjadi kebanggaan sendiri bagi orang tua. Dokumen itu pula sebagai pendukung marketing, dengan bagusnya nilai, berarti proses pendidikan luar biasa tak peduli betapa kerasnya pertarungan di dapur raportan.

Sebenarnya esensi pendidikan itu apa si? Begitu banyak meme ataupun anekdot yang meniyindir. Mulai dari fabel yang mengajar semua jenis hewan untuk terbang hingga anekdot guru matematika pun belum tentu bisa mengerjakan soal bahasa Arab.

Ya memang, belakangan ini. sekolah memang jadi ladang bisnis. Meskipun sifatnya seperti penyediaan jasa, tetap saja berbeda dengan lini bisnis lainnya. Objek dari sekolah adalah para manusia dengan segala karakternya. Tak hanya itu, kita menawarkan proses transfer ilmu dan itu tak hanya sehari dua hari seperti orang seminar, tapi enam tahun pemirsa, kalau cepat ya tiga tahun, pada jenjang lebih tinggi. Dalam kurun waktu tersebut, para pendidik berjibaku dalam “melayani “ customer dalam membagi ilmu, menata pola pikir dan perilaku.

Jujur saja, masih banyak yang beranggapan bahwa proses “penggodogan” yang berlangsung berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun itu, bermuara pada sertifikat dengan daftar angka. Di sinilah kualitas guru dan sekolah dipertaruhkan. Dengan perolehan nilai yang bagus, maka di mata masyarakat akan di cap “ bagus “. Memang, tak bisa dipungkiri juga, bahwa kualitas input juga ikut andil dalam proses ini. Input dengan latar belakang yang bagus, ya memang sudah bagus dari sononya, gampang dipoles, tentu akan meningkatkan kualitas sebuah institusi pembelajaran.

Apabila input bersifat heterogen, dengan kemampuan yang berbeda, mungkin tingkat pencapaiannya bisa jadi berbeda. Seperti pada anekdot sekolah hewan yang diceritakan sebelumnya. Dengan usaha yang sama-sama berdarah-darahnya, anak yang “berbakat” matematika akan mudah mendapat nilai tuntas daripada anak yang lebih menyukai drama. Intinya, standarisasi nilai yang tinggi itu terlalu memaksa untuk kelas dengan passion, minat dan bakat yang beragam.

Pada akhirnya, angka-angka sebagai hasil evaluasi itupun keluar. Sebuah kegembiraan bagi murid dan juga guru apabila nilai di atas batas ketuntasan. Apabila yang terjadi adalah sebaliknya, maka merupakan PR tersendiri bagi guru khususnya. Perasaan bersalah sudah tentu menghantui, apakah saya tidak bisa mengajar? Apakah tes ini terlalu sulit? Sementara memojokkan siswa tentu bukan suatu pilihan. Tak pandang bulu, apakah siswa itu memang sedang malas, sakit, ada masalah atau kemampuan pemahamannya memang kurang, pokoknya nilai harus standar ketuntasan. Serentetan tugas pun menggelayut agar nilai merangkak...sim salabim bim......tak seperti jaman saya yang mengenal “kebakaran” di raportnya hahaaa.....

However, kabar baiknya.... nilai yang berupa angka itu bisa dikatrol dengan sikap positif dari siswa tersebut. Ayolah, cari titik positif dari kepribadiannya,Insya Allah ada jalan.
Dan satu pertanyaan sebagai pamungkas dari tulisan ini ; dengan passion siswa yang beragam, soal yang sama, ketuntasan yang sama....siswa dituntut untuk jujur dalam mengerjakan tapi sudahkah guru jujur dalam memberikan nilai??? Aaah......alergi kini tak hanya karena makanan ataupun situasi, kini mulai merambah ke nilai evaluasi hahahaaa......


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

English_6thGrade_#4

  Cross a,b,c or d of the right answer! 1.       Kim :................? Ran: I am twelve a.        How are you                        ...