Senin, 01 Juni 2020

Creepy kripik (3)

1. Gadis Tiara Kantil
Dewi membaca selebaran tentang adanya pemilihan bintang untuk pelanggan setia shampo Kantil. Dengan modal rambut yang aduhai dan bakat terpendam, perempuan itu memutuskan untuk ikut ajang ini.

Dengan sedikit malu dan tegang, Dewi memberanikan diri naik ke panggung uji bakat. Terdapat beberapa juri di bagian depan dan sejumlah penonton.
"Cantik sekali kontestan ini. Siapa namamu? " Apa yang kamu tekuni?" Tanya salah satu juri.
"Saya Dewi om. Mm.... Saya bisa akting om. "
"Oh, ya silahkan. Mau akting apa? "
"Akting seperti Suzanna. "

Dewi pun tertawa dan mengangkat badannya, mendadak riasannya berbeda. Para juri dan penonton bubar tak beraturan. Mereka yakin bahwa itu bukan hanya akting tapi hantu betulan. Acara pemilihan gadis shampo pun berakhir, berhenti sampai batas yang tidak ditentukan.

2. Tugas Bahasa Inggris
Tugas dari guru bahasa Inggris cukup mudah. Beliau menugaskan kami untuk merekam suara ketika membaca sebuah teks. Cukup berbekal kamus untuk mengecek pengucapannya dan suasana yang sunyi agar hasilnya oke. Yah, namanya juga learning from home, nggak mungkin guruku menelpon murid satu demi satu untuk mengambil nilai pronunciation.

Ketika semua tengah tertidur, aku meraih ponsel dan memulai merekam. Prosesnya memang butuh kesabaran karena tak bisa dalam satu kali rekam. Ada saja yang membuat lidahku kepleset dalam mengucapkan kata.

"Aku kira ini cukup baik" Batinku. Kucoba untuk memutar ulang, memastikan bahwa rekamanku tak memalukan.
Sedetik, dua detik terlewatkan. Hingga di pertengahan, kudengar ada backsound pada rekaman. Iya, kudengar ada perempuan meratap sementara semua orang masih terlelap.


3. Mobil Bekas
"Syukurlah ya Pak. Kita nggak perlu lagi balapan tiket buat pulang kampung. Kan ada mobil sekarang." Kataku pada suami.
"Iya bu. Kita beruntung sekali, dapat mobil yang ramah di kantong. Jauh di bawah budget kita. "
Kamipun saling tersenyum dan menjajal mobil baru kami. Mobil bekas rasa baru, tepatnya.
" Pak, ini mobil sudah dicuci kan?"
"Iyalah Bu. Pokoknya dah oke semua. "

Mobil melaju perlahan keluar gerbang perumahan. Tak kuhiraukan aroma yang kadang muncul kadang hilang.
Kami begitu menikmati dengan bernyanyi bersama, meski tatapan suami selalu ke depan. Namun, mataku yang jelalatan menangkap sesuatu yang aneh di pandangan. Kulihat dari cermin depan ada penumpang asing berambut panjang duduk di belakang. Mobil pun mogok di pinggir jembatan.
"Pak, kita jual lagi saja mobil bekas ini, " Ujarku sambil menangis ketakutan.


4.  Sesuatu yang Hilang
Seperti biasa, angkot yang kutumpangi hanya sampai gapura. Selebihnya, aku cukup berjalan kaki. Meski lokasi kerja harus ditempuh dengan kemacetan, aku tak boleh mengeluh. Sudah bersyukur aku tidak menganggur. Banyak orang yang lebih susah, seperti perempuan yang belakangan ini selalu kulihat mengais selokan pinggir gapura.

Entah malam keberapa, perempuan itu selalu di tempat yang sama. Kucoba kusapa dan bertanya.
"Mbak, mbak, sedang apa ya di sini? Sudah malam masih di sini saja. " Tanyaku dari belakang.
" Saya mencari sesuatu. " Jawabnya pelan.
" Nyari apa mbak, dari kemarin-kemarin di sini terus. Ada yang bisa saya bantu?"
Perempuan itu lantas membalikkan badannya.
"Saya mencari mata sebelah kiri saya mas, sepertinya terlempar ke sini saat kecelakaan minggu lalu. "

Tanpa kubalas, kusudahi percakapan dengan lari tunggang langgang sambil mengutuk tindakanku yang lancang.

5. Ojek Pangkalan
Beginilah nasib jadi opang, ojek pangkalan. Cuma bisa mangkal, mendapatkan penumpang yang kebetulan lewat saja. Seringkali aku nongkrong sampai larut, bahkan sendirian karena opang yang lain mungkin sudah tak tahan dinginnya malam.

" Mang Budi, bisa tolong antarkan aku pulang Mang. " Terdengar suara perempuan memecah keheningan malam.
"Eh, Ceu Titin. Ayok. Sekalian aku pulang." Ya, dia memang satu kampung, jadi sedikit paham.
"Ceu, habis dari mana? Belakangan nggak kelihatan? "
" Uhuk, ini mang, beberapa hari ini agak kurang sehat. Ini baru dari dokter. "Jawab dia dengan halus.
" Malam-malam begini? "
" Ah, nggak terlalu malam mang, ini masih jam sepuluh. Tadi memang dokternya antri, praktek malam. Nunggu angkot juga lama. "
" Oh, gitu."

Setiba di rumahnya, aku segera tancap gas. Sengaja kutolak pembayaran karena tak ingin menyusahkan orang sakit. Wajahnya mengisyaratkan begitu.
Sesampainya di rumah, aku mandi dan pergi ke alam mimpi hingga pagi.
"Pak, Bapak, bangun."
"Hemm....ada apa bu. "
"Aku mau layat ke ceu Titin, meninggal semalam di rumah sakit. Sekarang jenazah sudah di rumah."
Aku meloncat, mengusap mataku. Jadi yang semalam kubonceng siapa???


6. Cinta Mbak Wiwi
Belakangan ini hubungan Wiwi dan pacarnya kurang begitu baik. Slamet terlihat pasif dan lebih sering menatap gadgetnya. Wiwi curi-curi pandang, mencari tahu apa yang sedang asyik dilakukan oleh pacarnya itu. Wiwi sudah kesal sampai ubun-ubun karena dicueki.

" Ya Tuhan, apa-apaan kamu mas? Diajak ngomong malah liatin hape, gambar apa ini, Nicki Minaj, Dolly Parton, Pamela Anderson, oalah, kurang opo aku iki? " Teriak Wiwi.
" Ma-maaf Wi. Aku cuma lihat-lihat." Jawab Slamet dengan terbata-bata.
" Maaf, maaf!. Oh, kamu pengen cewek seperti itu? Aku juga bisa, tanpa operasi malah. " Teriak Wiwi dengan mata menyala. Seketika itu, Wiwi bak slogan Ksatria Baja Hitam, "berubah".
" Jadi kamu mau aku seperti ini, hah? " Bentak Wiwi.
"K-Kamuu..... Beb... Bukan Wiwi.? "
"Aku Wiwi, nama lengkapku Wiwi Gombel. " Dunia Slamet pun gelap seketika.


7. Krupuk Kulit
Meski hanya pembuat krupuk kulit, aku sangat memperhatikan anak semata wayangku, Ranti. Kini Ranti sudah dewasa, akupun harus ekstra hati-hati, jangan sampai salah jalan.

"Ranti, kamu yakin sama si Sarmo itu? "
"Emang kenapa si Pak? Dia kan baik. "
"Emang nggak ada yang lain Ran? Udah penampilannya udik, panuan lagi. Kamu nggak cocok sama dia. " Ranti melengos ke kamar. Aku harus sabar, pelan-pelan kasih tahu dia. Aku nggak ingin Ranti bertengkar melulu denganku.

Di malam selanjutnya, aku merayu Ranti agar dia paham. Tentu saja, seperti para pejabat, diplomasi meja makan.
"Ayo makan Ranti, Bapak masakkan spesial buat kamu. Jangan lupa krupuk kulitnya. "
Ranti terlihat biasa saja ketika menikmati hidangan.
"Lho Pak, krupuk kulitnya kok beda, tebel begini? Mana ada totol-totol putihnya. "
" Masa? Mungkin ketempelan sagu pas goreng tadi. " Jawabku datar.
Kini aku senang. Ranti sudah tak berpacaran dengan Sarmo lagi. Katanya dia menghilang tanpa pesan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

English_6thGrade_#4

  Cross a,b,c or d of the right answer! 1.       Kim :................? Ran: I am twelve a.        How are you                        ...