Senin, 17 November 2014

odha


Silahkan kalian berkata, berfikir apapun itu, itu adalah hak kalian. Apakah aku ini sombong, pemalas, atau apapun itu,....
Aku sendiri mulai jijik dengan kondisi seperti ini. Andai saja....andai saja....kalau saja  aku tidak memasuki rumah sakit itu, kalau saja aku bisa lebih berhati –hati, tidak ceroboh di setiap aktifitasku...dan kalau saja mereka bisa bekerja lebih profesional. Kesalahan adalah wajar,..everybody makes mistake. Tapi tidak..tidak untuk sekarang. Meludahi diri sendiri? Meludahi mereka..para perawat? Inginku caci mereka terkait keteledoran yang mereka buat, inginku tuntut mereka karena malpraktik ini,....tapi...huh, itu semua tidak akan mengubah keadaan. Aku akan tetap seperti ini, atau bahkan lebih buruk.
“ abang, abang...sudah jam 7. Abang kan harus kerja. ” suara gadis kecil itu memecahkan lamunanku. Nedja, adikku satu satunya. Setidaknya, dengan mendengar suara cemprengnya, kegelisahanku sedikit teratasi. Bocah tujuh tahun itu....Orantuaku yang sibuk bekerja, tidak mungkin aku curahkan kepada mereka,meski sedikit. Mbok Yem??? Halah, tahu apa dia. Cukuplah memasak dan bersih bersih kerjanya.
Aku beranjak dari kasurku. Fyuh...kasur, bantal, selimut, apeeekkk.
Aku bawa semuanya ke belakang, tentu saja, minta dicuciin mbok Yem. Begitulah kesehariannya. Cukup menjenuhkan memang. Ayah ibu...tak kelihatan, Mbok Yem sibuk dibelakang, dan Nedja...gadis kecil itu sedang asyik nonton tivi sambil mengayunkan pensil di atas bukunya. Masuk siang...alasan paling tepat kenapa jam segini masih bersantai. Tak perlu kutanya lagi, pikirku. Bergegas aku menuju kamar mandi. Aku ingat ingat lagi...mana sabun, pasta gigi dan sikat gigiku. Individualistis? Ya...mengasingkan diri dari orang-orang yang seharusya di dekatku.
***
Kantor yang sebenarnya cukup nyaman, bersih, ramah dan untuk orang pemalas seperti aku, mungkin bisa jadi alternatif. Kantor baru buka jam 9. Mungkin itu untuk mengatasi karyawan yang telat karena rush hour, jadi sekalian disiangkan. Pernah ada teman yang datang sampai kantor pukul 8, tapi malah kena semprot atasan. Alibinya, perusahaan tidak mau membayar uang lembur. Hahaa....lucu sekali.
“ Galang, kamu dipanggil bos tuh,” seru sekretaris kepadaku. Bergegas aku menuju kantornya dengan perasaan berdebar, berharap kabar baik kuterima.
“ Galang, ini hari terakhir kamu kerja. Ini pesangonmu. Semoga kamu lebih baik.” Bibirku terkatup, bingung, kaget.
“ Tapi pak,”
“ Sudahlah, terima saja. Carilah yang lebih baik dari sini.”
Apa maksudnya ini. Percuma juga berdebat dengannya. Segera saja kukemas-kemas. Tak kupedulikan manusia-manusia yang menatapku curiga. Diskriminasi. Itu yang ingin aku teriakkan. Tenang saudara-saudara, aku cukup tahu diri. Kalian tidak akan tertular kalau hanya sekedar berbagi handuk. Kalian akan mengalami seperti aku kalau aku menggauli kalian atau darahku bercampur, merasuk ke tubuh kalian.
 Sejauh aku berjalan dan berjalan, hanya debu jalanan yang seakan menyapaku. Panas matahari tak terperi, tak kupedulikan lagi. Aku tetap melangkah, menjauh-jauh, hingga matahari berganti gelap, peluh berganti selang infus, kerasnya jalanan berganti dengan empuknya ranjang.
November, 17, 2014
Highland

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

English_6thGrade_#4

  Cross a,b,c or d of the right answer! 1.       Kim :................? Ran: I am twelve a.        How are you                        ...