Minggu, 31 Januari 2016

Secuil Tentang Metode Sentra



Metode Pembelajaran Alternatif : Metode Sentra

Oahemmm....blog yang mirip kendang, postingnya Cuma di awal dan akhir, hihihiii...
Jadi gini, kemarin-kemarin penulis masih disibukkan dengan aktivitas utamanya ( sok yess). Pada bulan Januari lalu, tepatnya tanggal 12, saya dan teman-teman meluangkan waktu untuk studi banding ke sebuah sekolah, Batutis namanya. It is located in Pekayon , Bekasi, tepatnya sii enggak tahulah ya, mungkin teman KEB ada yang tinggal disana???...
Langsung saja yaaa....sekolahnya cukup sederhana, kalo boleh dibilang. Usut punya usut, ternyata Batutis itu kependekan dari Baca Tulis Gratis. Yapp....sekolah ini memang dibangun utamanya untuk kaum dhuafa agar bisa mengenyam pendidikan. Enggak full gratis sih, jadi, semacam subsidi silang gitu. Pendek kata, bayarannya sesuai kemampuan masing-masing. Ada juga siswa yang dari kalangan mampu, bayar full sampai menghibahkan beberapa fasilitas, ada.
Eitttt.....tapi...bukan berarti sekolah murah itu murahan ya. Begitu sampai disana, kami disambut ramah oleh putri owner yang juga salah satu pengajarnya. Tanpa banyak ba bi bu, kami menuju” TKP” untuk melakukan observasi.
Taraaa.....bangunan dua lantai dan bersih. Jangan bayangkan ruang kelas yang tertutup dilengkapi dengan segala fasillitas. Tidak pemirsa. Kelas-kelas hanya dipisahkan dengan sekat-sekat. Mau melirik ke kelas sebelah, bisa saja. Tapi ternyata anak-anak fokus di kelas masing-masing malah, enggak ada yang thawaf, visit ke kelas lainnya. Memang, ada maksud tertentu dari settingan kelas seperti ini. Hal ini bertujuan untuk memfokuskan siswa meski ada “gangguan” dari luar. Yaaa begitulah. Pada beberapa sekolah dengan kelas yang tertutup, ketika ada orang membuka pintu atau sekedar berlalu di koridor, anak-anak akan tergugah, kepo, fokus untuk belajar buyar.
Selain ruang kelas, muridnya itu lhooo, small class. Sekelas cuma sepuluh, sembilan, pokoknya masih di bawah 15 orang. Apabila jumlah siswanya 20 orang per level, mereka lebih memilih membagi menjadi dua kelas dengan sepuluh siswa daripada mengajar 20 orang sekaligus. Baiknya, guru jadi fokus dengan perkembangan siswa-siswanya. Hal ini juga berkaitan nanti dengan penulisan raport. Kami dengar kalau laporan di sekolah ini puanjang nian deskripsinya, dijelaskan motorik, kognitif, sosial serta jenis-jenis kecerdasan lainnya. Bisa gempor tangan gurunya kalau nulis 20 siswa ya.
Dan seperti anjuran yang sedang populer, menghindari kata “jangan” kepada anak-anak, kita bisa lihat dari ucapan guru dan peraturan-peraturannya. Terpampang jelas tulisan “BERJALAN” instead of berlari. Untuk anak kelas tinggi, kontrol suara dan gerak cukup terbina. Suara anak-anak pelan, tidak ada yang pakai otot. Bahkan, kami sampai mendekat, memicingkan telinga untuk mendengar komunikasi guru dan siswa. Sejak kelas rendah mereka terbiasa mendengar guru berucap....” pelan saja nak, ibu bisa mendengar kok...” Mereka juga tidak ada yang berlari padahal kelas mereka “hanyalah” hall yang disekat dengan loker, nice.
Budaya mengantripun sudah mengakar kepada mereka, seperti mengantri untuk berwudlu dan gosok gigi. Oh ya di sekolah ini, tidak ada yang namanya kantin. Jadi ketika pagi, sekitar jam 9 lebih, ada sesi snack dan saat siangpun ada makan siang. Guru juga ikut berperan di sesi ini. Guru mengajak siswa untuk bersyukur dengan rejeki hari ini.selain itu, disampaikan nilai kesehatan dari makanan tersebut, insha Allah, they consume healthy food, not junk food. Hal ini juga bertujuan agar siswa mau makan dan tidak menjadi “picky eater”.
Di sini siswa juga masih menulis, bahkan buku mereka kreasi sendiri dengan kertas HVS dan kertas buffalo sebagai sampulnya. Rapi juga lho. Kalau ada yang kesulitan, guru dengan lembut bertanya, apakah ada kesulitan? Perlukah bantuan?..
Yang jelas, metode sentra ini diberikan sesuai dengan kebutuhan anak. Masing-masing guru mengenali siswanya, mana yang kurang, mana yang perlu pengayaan. Disini juga moving class setiap sentra. Jadi, guru mereka bisa berbeda-beda dan masing-masing guru punya penilaian “setiap” siswa, enggak cuma walas aja. Di sekolah juga dibiasakan untuk “no tipping”. Ini penting ya untuk menjaga objektivitas guru terhadap murid. Di sini juga tidak hanya memfokuskan pada kognitifnya saja, tapi mereka membentuk pribadi manusia yang kokoh, tidak mudah putus asa( ini bisa dijelaskan saat sentra balok, menyusun balok yang kokoh, kalau roboh, susun lagi) dan juga berakhlak mulia.
Waduuhhh...banyak juga yaa. Sebenarnya masih banyak yang mau saya share.....Insha Allah saya sambung kapan-kapan yaa. Feel free to comment yaaa.....see you.:) 
( ckckkk...fotonya boleh kalau pas tidak ada siswa)
picture taken by mbak Taya, daughter of mr @yudhistira Massardi @komunitas Metode Sentra

2 komentar:

English_6thGrade_#4

  Cross a,b,c or d of the right answer! 1.       Kim :................? Ran: I am twelve a.        How are you                        ...