Senin, 01 Agustus 2016

ramah anak, sayang anak



Anak-anak memang unik. Dunianya penuh canda dan riang gembira meski baru saja menangis. Anak-anak tak perlu waktu lama untuk move on dari kesedihannya berikut juga segala pertengkaran yang ia alami sehari-hari. Anak-anak itu sederhana. Meski seharian bermain, mereka bisa tidur pulas dan bermain lagi keesokan harinya. Mereka tidak telalu akrab dengan kata maaf, tapi mereka pun tak mudah tersinggung dan menaruh dendam. Ada anekdot yang menggambarkan kalau anak-anak bertengkar, sejenak ia melupakan tapi ibu mereka sampai esok hari, masih ingat saja.

Mereka bebas tapi juga belajar. Anak-anak meniru meski butuh waktu. Pun dalam proses ibadah. Sekarang ilmu agama sudah begitu lekat seiring dengan mencuatnya dakwah. Sekarang anak-anak sudah gemar berhijab dan mengaji. Masjid kinipun tak lagi sepi.

Ngomong-ngomong masjid yang tak lagi sepi, yaaa.....karena sekarang orang-orang sudah paham dengan kata memakmurkan masjid. Mereka gunakan masjid dengan sebaik-baiknya, sebagai fasilitas untuk beribadah dan segala hal yang berkaitan dengan sosial kemasyarakatan.

Anak-anakpun gemar menyambangi mesjid meski belum dikenai kewajiban beribadah. Mungkin mereka merasa nyaman di tempat yang adem lagi lapang. Mungkin beberapa dari mereka berbisik, hemmm....nice playground. Bersih apalagi ditambah dengan karpet yang empuk. Beberapa dari mereka dengan riang, berlarian sementara orang tuanya beribadah.

Apakah mereka lantas disalahkan begitu saja? Saya rasa tidak ya. Menurut saya sih, itu tergantung dari seberapa hebat kekhusyukan kita dalam beribadah. Saya pernah lihat meme kalau ada ibu yang sedang shalat dijahili sama anak kecil, tapi beliau diamkan, lama-lama mengikuti shalat.

Bahkan ada riwayat Rasulullah, ketika Rasulullah shalat, salah satu cucunya menaiki punggungnya. Beliau pun menunggu anak kecil tersebut turun, baru beliau bangkit lagi. Namun, sekarang ini, ada memang sejumlah orang yang tidak suka keadaan seperti itu dengan dalih hilang konsentrasi.

Mungkin kalau kegiatan masjid itu sedang pengajian, lain lagi ya, karena keriuhan anak-anak mungkin bisa mempengaruhi pendengaran kita dalam menimba ilmu.

Alangkah indahnya kalau warga masjid dilengkapi dengan wawasan masjid ramah anak. Atau mungkin memfasilitasi mereka agar asyik, tidak bertingkah ekstreem misalnya dengan menyediakan puzzle, lego atau balok balok yang menyerupai bangunan masjid atau Dihalaman bisa dilengkapi dengan wahana mainan sederhana seperti perosotan.

Kalau anak-anak sedari kecil dilarang ke mesjid, nanti ke mesjidnya ketika sudah tua, walah... biarlah mereka akrab dengan tempatnya dahulu, nanti lama-lama hatinya digerakkan untuk mengikuti. Adapula lieratur lain menyatakan bahwa tawa anak-anak di masjid adalah tawa dari malaikat. Anak kecil tidak bisa kalau kita langsung didik untuk saklek seperti orang dewasa. Selama mereka tidak merusak, mengotori masjid, why not? save masjid ramah anak.

"Jika kalian tidak lagi mendengar riang tawa dan gelak bahagia anak-anak di masjid, maka waspadalah, saat itu kalian dalam bahaya", Muhammad Al Fatih, penakluk Konstatinopel.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

English_6thGrade_#4

  Cross a,b,c or d of the right answer! 1.       Kim :................? Ran: I am twelve a.        How are you                        ...