Rabu, 03 Mei 2017

Adakah Etika Menolak Hadiah???

Yesterday is history, tomorrow is a mystery, today is God's gift, that's why we call it the present. Joan Rivers
 “Saling menghadiahilah kalian, niscaya kalian akan saling mencintai “( HR. Bukhari)

Aih, mau bahas apa si di tulisan ini??? Nggak serius sih sebenarnya, hahahaaa.....
Oh ya, akhir-akhir ini mulai marak dengan jargon “ modus dan tulus beda tipis”, ada pula yang lebih panjang “ tulus dikira modus, care dikira kepo” , adakah yang berprinsip begitu?? (nyengir kuda...)
Kembali ke kepala tulisan ini, menolak pemberian orang, bijakkah??? Sebentar, sebentar......Memang kenapa dengan pemberian orang, ada yang salahkah?
Iya, memang harus diakui, slogan modus dan tulus ada sedikit benarnya, sedikit lho ya. Apalagi fikiran dan kepentingan manusia semakin beragam. Memberi sesuatu karena sesuatu sudah umum. Bingkisan bertebaran, mulai dari ulang tahun sampai hari raya. Alasan pun variatif, dari yang hanya simbol kasih sayang sampai mengincar jabatan.
Soal urusan menerima atau menolak, kita memang perlu sense yang ciamik, apalagi kalau itu tumben, nggak biasanya gitu. Hemmm.....ada niat terpendam nggak ya, ada udang di balik bakwan nggak nih. Apabila si penerima merupakan orang penting, pejabat atau semacamnya, mungkin perlu difikir lagi. Eh, tapi mah sekarang ada peraturan pelarangan pemberian bingkisan di kalangan pejabat ding yaaa apapun alasannya.
Kembali ke hadist di atas, kalau tak ada maksud apa-apa, kenapa harus menolak??? Apalagi yang memberi hadiah termasuk yang dipercaya kredibilitasnya. Apalagi target penerima memang layak untuk dihadiahi, seperti dedikasi tinggi,sedang ulang tahun atau mungkin lagi butuh, ea ea eaa.....berhuznudzon, berprasangka baik. Tulus atau tidak seseorang bisa kelihatan kok.
Anggap saja sebagai rejeki, wujud rasa syukur terhadapNya. Dipikir-pikir, kalau kita menerima gift, pastilah yang memberi juga kan ikut senang lah yaaa....Sekecil apapun itu, pasti ada sebuah pengorbanan dibaliknya. Lha malah win-win solution kan, kita mendapat berkah sekaligus orang lain berseri-seri.
Bagaimana kalau kita tak suka atau tak butuh??? Sepanjang barang yang diberikan masih layak, bukan busuk, remuk kenapa harus memaksakan ego pribadi atas nama ketidaksukaan yang berpotensi menyakiti. Kita bisa membagikannya lagi kan kepada yang membutuhkan, sstt...tapi asal jangan ketahuan si penerima hehehe.....sah sah aja sih asal jangan dibuang, kalau begitu justru sama sekali nggak menghargai.
So, jadi, kalau menerima hadiah itu berkah dan membuat hati merekah kenapa harus menolak? Kecuali kalau diiringi dengan syarat, misalnya, dapat nilai baik, masuk PNS, atau bebas dari tuntutan ea ea eaaa.
“Penuhilah undangan, jangan menolak hadiah dan janganlah menganiaya muslimin”(H.R Ahmad)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

English_6thGrade_#4

  Cross a,b,c or d of the right answer! 1.       Kim :................? Ran: I am twelve a.        How are you                        ...