Kamis, 04 Mei 2017

Antara Karangan Bunga dan Karangan Cerita


Orang-orang optimis melihat bunga mawar, bukan durinya. Orang orang pesimis terpaku pada duri dan melupakan mawarnya—Khalil Gibran
jadi inget lagunya siapa ya...???
Ini bukanlah tentang tiga anak kecil yang malu-malu berjalan sebagaimana yang sudah disuratkan oleh Taufik Ismail, pun ini bukanlah pesta valentine apalagi festival musim semi dimana bisa menyaksikan sakura atau gugusan tulip yang merekah. Ini adalah tentang karangan bunga yang tiba-tiba membanjiri balai kota DKI beberapa waktu setelah cagub petahana, Ahok dinyatakan kalah dari pesaingnya. Hahaha....pilkada Jakarta memang unik dan berisik hingga publik seIndonesia Raya ikut panik. Kalau saya mah golput.....wong ktp saya Bekasi, xiixixxiiii.

Beragam ucapan tertulis di karangan bunga tersebut yang pada intinya sama, ucapan terima kasih dan rasa cinta dari para fans-nya, prikitiew....meskipun belakangan, muncullah karangan bunga yang bernuansa politis, beuh,....baunya mulai nggak sedap ini. Layaknya bunga sedap malam yang tak pernah berjumpa dengan malam.

Seperti biasa, akan ada suara sumbang dan merdu dari sebuah fenomena (halah, berat mbakbro bahasanya). Bagi fans berat, ini mungkin suatu hal yang membanggakan, wow ternyata banyak juga yaa (terlepas dari kebenaran isu tentang rekayasa ). Bagi pengacau, the nyinyiers, kaum grassroot pasti akan menganggap bahwa karangan bunga itu adalah hal-hal yang sia-sia, mengotori balai kota, hahaa. Bagi kaum yang cerdas dan berpikir, tentu tak akan ambil pusing, itung-itung rejeki tukang bunga,  toh banyaknya karangan bunga tak akan mempengaruhi hasil penghitungan suara atau pemakzulan gubernur terpilih. Eit, dan satu lagi, bagi kaum alay, pasti mereka girang karena menemukan spot baru untuk selfi, mana gratis lagi haahaaa.....

Anyway, pesta sudah usai, ini bukanlah akhir tapi justru awal dari sebuah perjuangan setelah pilkada yang berlangsung cukup aman, tak ada kerusuhan yang wow seperti reformasi beberapa tahun lalu. Tak ada doa yang lain selain menjadi lebih baik. Lebih baik untuk semuanya. Tak usah lihat sisi gelap dari karangan bunga yang tak mencela apapun,  suka ya di-like, nggak ya abaikan (emang medsos???). Buat pak Anies, saya yakin he is a wiseman, lebih tahu bagaimana dalam bersikap. Adem sajalah yaa...Bukankah dibalik karangan bunga itu ada rejeki tukang bunga dan pasukan orange.

Semoga hasil pilkada adalah kebenaran dari ungkapan “vox populi vox Dei”, suara rakyat adalah suara Tuhan. Kalau Cuma sekadar karangan bunga mah, nggak jadi masalah, yang lebih masalah itu adalah karangan cerita fiktif di meja hijau, hahahahaa......Haayuuu ah move On dong.....


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

English_6thGrade_#4

  Cross a,b,c or d of the right answer! 1.       Kim :................? Ran: I am twelve a.        How are you                        ...