Selasa, 01 Maret 2016

Kisah Klasik Masa Lalu



Kayak judul lagu 90an itu yaa ( itu masa depan makkkk)
Duapuluh sembilan tahun....seperempat abad lebih ternyata. Aku selalu menginginkan kalau hari esok cepat datang, begitu juga dengan perjumpaan tahun yang baru. Tapi kalau ingat batang usia yang mulai meninggi, kok rasa-rasanya pengin berlama-lama, jangan cepat berlalu. Usia yang menua tapi belum banyak berkarya hikshikshiks....
Yaa  ...duapuluh sembilan tahun yang lalu....daku hadir dalam keluarga yang sederhana di pelosok desa. Aih....kita memang tidak bisa memilih dari keluarga mana kita dilahirkan. Kalau bisa, tentu semua ingin dilahirkan di tengah keluarga kaya, bahagia layaknya raja. Kata ibunda tercinta, masa itu memang hidup pas-pasan. Kami tinggal di rumah kakek-nenek, orang tua dari bapak. Untungnya kami tinggal di kampung di mana banyak saudara, apalagi ayah ibu satu kampung. Jadi ya....bawa hepi aja.
Tidak banyak hal menarik dari masa kecilku. Seperti anak kampung jaman dahulu, masa-masa kaum 90an masih berjaya. Bermain pasir, mandi di sungai seharian sampai ibunda keluar tanduk, mengaji selepas magrib dan bermain-main kotor-kotoran lainnya. Alat-alat elektronik termasuk barang wah waktu itu. Iya, betul, jadi ingat waktu pertama punya tivi ketika sudah kelas dua SD, weleh. Diantara teman-teman, memang aku sih yang lumayan katrok. Aku hanya bisa meminjam mainan gimbot ketika yang lain mampu membeli. Ketika teman-teman mempunyai foto masa kecil, terutama foto khas bayi telanjang, aku cukup menggunting-gunting untuk gambar  kliping saja. Anyway....tetaplah aku nikmati.
Nyatanya aku masih bisa tertawa dengan teman-teman. Hari kemarin ledek-ledekan, hari esok udah lupa, main bareng lagi. Mainannya surat-suratan. Lha iya, jaman dulu kan enggak ada hape buat sms-an.  Tapi justru hiburan kita lebih banyak dan mendekatkan teman-teman, daripada smartphone yang cenderung individualistis. Ingat dulu bareng-bareng nonton acara tivi yang dipandu Agnes Monica, Maissy Pramaishilla. Meski sekolah sampai Sabtu, tapi di hari Minggu kita serasa dimanja matanya. Mulai jam tujuh pagi disuguhi Chibi Maruko Chan, Kobo Chan, Doraemon hingga serial kartun hero lainnya. Dibanding sekarang, tivi kok tontonannya alay mulu, ruang untuk anak-anak jadi samar bahkan tidak ada.
Menginjak usia lima tahun, aku dimasukkan ke TK. Itu awalnya karena ikut-ikutan kakak yang diajari belajar tulis. Maklumlah, kami dua bersaudara yang Cuma selisih satu tahun. Katanya sih, aku masuk TK di semester dua. Karena sudah bisa sedikit-sedikit mengenal huruf, aku bisa masuk SD. Sekolah Dasar waktu itu lebih menyenangkan. Pelajarannya tidak terlalu berat. Masih ingat, dulu belajar membaca di kelas satu. Tidak seperti sekarang ya, masuk SD sudah bisa membaca, pelajaran juga nampaknya makin berat. Jadi merasa bersyukur menjadi generasi jaman dulu, 90an. Jaman dulu memang akademik yang dikejar. Apalagi di sekolah ndeso yang rata-rata tekstual dengan guru yang cukup sangar. Pernah juga dijewer  karena kepergok teriak-teriak pas kelas ditinggal guru. Tapi itu di-keep, kalau coba lapor ke orangtua, malah ditambahin. Bukan hanya itu saja, di sekolah aku juga punya teman yang spesial. Spesial, karena sudah tiga kali tinggal kelas, bahkan ada yang kebalap adiknya sendiri. However, it’s normal, biasa. Memang faktanya begitu adanya, halahh... Guru tidak nambah-nambahin nilai. Alhamdulillah, aku sih enggak pernah ngalamin, malah beberapa kali juara ( uhukkk).
Selepas Sekolah Dasar, kami mulai hunting Sekolah Menengah. Sekolahnya memang cukup jauh, sekitar lima kilometer. Dibilang jauh sih iya, karena kami tempuh dengan bersepeda dengan medan yang cukup menantang. Jalannya sudah halus, tapi itu lho, naik turunnya. It takes 45 minutes. Itung-itung olahraga yaa. Ya , selama tiga tahun aku bersepeda bareng rame-rame meskipun beda sekolah. Kan jadi enggak terasa  kalau jauh. Yang ban bocor, yang kehujanan, yang remnya blong, pokoknya asem manis sekolah udah deh. Cuma urusan asmara memang seret ( ihik). Siapa coba yang mau ngelirik bocah kampung, enggak bisa dandan gini, huhuuhuu.....
Masa-masa bersepeda masih berlanjut sampai sekolah atas. Enggak terlalu jauh dari SMP dulu dan agak lebih pede juga siy. Karena berbekal ijazah yang nilainya enggak malu-maluin dan tentunya lebih tenang. Dikata capek si capek tapi mau gimana lagi. Mau pakai motor? Enggak berani dan Cuma ada satu motor di rumah. Mau ngangkot? Please deh, angkot di kampung nggak semudah di kota besar. Mungkin dua jam sekali baru ada. Atau, kami harus berjalan lebih dari satu kilometer ke kampung tetangga supaya dapat angkot. Wow. Daann....itu masih berlanjut sampai sekarang lho. Dikarenakan keterbatasan transportasi itulah orang-orangmemberanikan untuk kredit motor.
Masa SMA biasa-biasa aja sih. Memang karena pasif dan tidak pede, jadi cukup di kelas, nguplek buku aja. Tapi bukan berarti kuper. Aku masih bisa membuat tersenyum ayah ibu dengan nilai yang masuk sepuluh besar, bahkan di akhir sekolah, ayah tersenyum karena naik panggung.
Lagi-lagi, karena sesuatu dan lain hal, aku kuliah di kota sendiri. Bosen? Bisa jadi. Pengalaman travelling kurang terasah. Hal ini juga yang bikin aku nggak punya nyali kalau pergi sendiri, bahkan sampai sekarang. Apalagi saat ini aku sudah berdomisili di kota besar, diboyong suami. Ya...setelah empat tahun lebih kuliah nyambi ngajar ke sana kemari, aku berhasil keluar dari zona ini. Ya...enggak pernah pergi jauh, sekalinya pergi jauh, itu ngikut suami. Memang, agak sedikit menyesal karena siklus hidup yang begitu monoton sebelumnya. Tapi apapun itu, tetap bersyukur karena masih bisa menatap dunia untuk hari ini. 
Tulisan ini diikutkan dalam bundaafinaufara's1stgiveawayhttp://www.bundafinaufara.com/2016/03/bundafinaufara-1st-giveaway.html

8 komentar:

  1. Sama mbak..aku juga anak kampung kok..hehehe..
    terima kasih sudah ikut Bundafinaufara Giveaway ya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya makk. jadi kangen masa-masa itu sebenarnya..

      Hapus
  2. Aku juga anak kampung yg kebetulan hijrah ke ibukota krn ikut suami hehe

    yg penting bersyukuuuuurrr :D

    BalasHapus
  3. iyaa bener makk. tapii makkk...nyali pergi pergi baru sampai tempat kerjaan doang hahahhhhaaa

    BalasHapus
  4. Jadi inget ci luk ba ada maissy, ah sama nontonnya chibbi maruko ampe semua kartun sampe jam 12 siang full, bener2 kenangn masa kecil yang tak terlupakan ya hihi

    BalasHapus
  5. hahahaaa iya nit. skarang tinggal cerita, mungkin cm bebrp tipi yg bertahan dg acara kartun-kartun gituu yak

    BalasHapus
  6. Iyak, buat bahan dongeng anak cucu ni

    BalasHapus
  7. Salam juga riby....makasih kunjungannya

    BalasHapus

English_6thGrade_#4

  Cross a,b,c or d of the right answer! 1.       Kim :................? Ran: I am twelve a.        How are you                        ...