Jumat, 18 Agustus 2017

Generasi Qurani Penebar Inspirasi


“Pelajarilah ilmu karena sesungguhnya belajar semata-mata bagi Allah itu merupakan kebaikan dan mempelajari ilmu merupakan tasbih, membahasnya merupakan jihad, mencarinya merupakan ibadah dan mengajarkannya merupakan sedekah sedangkan menggunakannya bagi orang lain yang membutuhkan merupakan qurbah ( pendekatan diri kepada Allah)”-Riwayat Ibn Majah
Hadist di atas menyampaikan betapa utamanya ilmu, baik kepada pencari maupun sang guru. Sebetulnya banyak sekali dalil entah bersumber dari Hadist ataupun AlQuran yang menyampaikan pentingnya ilmu. Maka dari itu, sebagai muslim dimana AlQuran dan Alhadist sebagai landasannya, seharusnya menjadi generasi pencari dan penyampai ilmu yang mulia.

Bersyukurlah bagi generasi sekarang, dimana pendidikan dengan mudah didapat begitu juga dengan fasilitas yang jauh lebih baik. Bagi pendidik di kota besar misalnya, ketersediaan buku-buku, alat tulis dan segala penunjang lainnya bisa dengan mudahnya terpenuhi mengingat banyaknya toko buku, fasilitas cyber untuk memperkaya materi dan sebagainya. Pun begitu juga para siswa yang dimanjakan dengan berbagai alat tulis yang berwarna-warni.

Akan tetapi, sudah bukan rahasia lagi bahwa kenikmatan itu semua sebetulnya tidak bisa dipukul rata. Di pelosok jauh di sana masih terdapat pendidikan yang masih jauh dari layak. Jangankan fasilitas wifi dan seperangkat eletronik lainnya, mengkondisikan gedung yang permanen, tidak reyot dan bocor saja sudah alhamdulillah. Namun, siapa sangka, meski dengan fasilitas seadanya, murid-murid tak patah arang, dengan beralaskan sandal dan tas sederhana mereka menembus jalan tak beraspal bahkan menerjang arus sungai.

Everyone has their own battle...
Setiap orang memiliki tantangan sendiri, baik yang sudah mengenyam teknologi modern maupun yang sedang berjuang di lingkungan yang masih jauh dari modern. Para pendidik diharapkan bisa berdamai dengan keadaan, tidak terlena dengan mewahnya fasilitas, harus kreatif, tetap berdaya meski lingkungan yang jauh dari kata maju demi mewujudkan generasi yang tak hanya cerdas tapi juga berakhlak mulia.

 Sahabat pernah berkata, “didiklah anakmu sesuai dengan zaman mereka bukan zamanmu.” Ini berarti bahwa dalam mendidik anak tak harus melulu dengan metode yang sama. Zaman kita kecil tak kenal gadget, tak kenal media sosial, itu bukan berarti bahwa murid kita juga harus dijauhkan dari segala yang berbau modern. The problem is just how to manage. Jangan sampai kemajuan teknologi malah menjadi racun. Pun,jika seandainya kita ditakdirkan di belahan bumi yang masih sepi teknologi, jangan membuat kita berkecil hati. Tak dapat dipungkiri bahwa di sejumlah daerah memang masih memiliki kendala tapi jangan sampai menjadi pesimis. Siapa yang tahu kalau ternyata di antara murid-murid tersebut kelak menjadi orang besar karena sudah ditempa tantangan sedemikian rupa sedari kecil.

Tetaplah menjadi pendidik yang menginsipirasi dimanapun kita berkarya. Mungkin di kota, dengan mengandalkan teknologi, materi pelajaran dengan mudah didapatkan tapi tidak dengan kebutuhan mental mereka. Pendidik adalah figur yang senantiasa menyemangati, sebagai kontrol dan kendali ketika konten-konten negatif mulai menyusup. Pendidik can be agent of change, mengubah pemikiran-pemikiran negatif menuju masyarakat yang beradab dan berakhlak mulia. Pendidik sebagai pribadi yang kokoh ketika anak muridnya mulai menyurutkan langkah. Kita, para pendidik, saat ini mungkin kecewa dengan hiruk-pikuk pemerintahan, mungkin telat menjadikan diri sebagai pejabat yang bernilai tetapi ingatlah, kita ikut serta dalam menciptakan generasi yang akan datang. Lakukan yang terbaik, ilmu dan akhlak yang berimbang. Kita tidak tahu,  di antara anak didik kita kelak ada yang menjadi pejabat , pengusaha dan beragam profesi lainnya . Dengan membekali dengan ilmu, baik duniawi maupun ukhrowi, insya Allah, mereka tak hanya jadi pejabat/pegawai yang cerdas, tapi juga berakhlak mulia, jauh dari iri, dengki , korupsi dan tindak negatif lainnya. Buya Hamka pernah berkata “ iman tanpa ilmu bagaikan lentera di tangan bayi namun ilmu tanpa iman bagaikan di tangan pencuri”.


Jangan pernah berkecil hati akan profesi pendidik, sungguh, menjadi guru adalah profesi yang mulia. Diceritakan bahwa setelah pengeboman Hirosima Nagasaki, Kaisar Hirohito justru menanyakan jumlah guru yang tersisa karena menganggap bahwa pendidikanlah yang bisa mengubahnya lebih baik. Bahkan Allah pun menjaminnya sebagai amalan yang tidak putus pahalanya meski sudah tiada. 

2 komentar:

  1. Terima kasih sudah menuliskan ulasan ini, Mbak. Semoga para pendidik tetap punya semangat tinggi hingga lahir generasi penerus bangsa yang siap melanjutkan perjuangan para pendahulunya:)

    BalasHapus
    Balasan
    1. sama-sama mbak. makasih juga udah sering comment di tulisan2 aku :)

      Hapus

English_6thGrade_#4

  Cross a,b,c or d of the right answer! 1.       Kim :................? Ran: I am twelve a.        How are you                        ...