Rabu, 21 Desember 2016

Mutualisme Dalam Telolet




Sebelumnya, terima kasih saya untuk para bocah pantura yang mempopulerkan hiburan sederhana ini. Iyes, telolet ini memang berawal dari bocah pantura yang saking kreatifnya (atau mungkin bosan dengan mainan yang itu-itu saja), merekam bunyi klakson yang tidak lazim di telinga mereka. Pada bus-bus tertentu memang ada yang dilengkapi dengan klakson unik bunyinya. Dan nggak main-main lho, ternyata fenomena telolet ini sudah viral worldwide, from local go international hahahhaa.....
Mungkin ini adalah salah satu dari bentuk apresiasi publik atas inovasinya. Kita tahu lah ya, pamor bus sebagai moda transportasi kian menurun. Mereka bersaing ketat dengan keretaa dan pesawat yang tiketnya makin bisa dijangkau. Untuk jarak dekat, publik lebih menyukai transportasi online yang lebih murah. Pada umumnya, armada bus akan ramai menjelang liburan atau musim tour sekolah-sekolah, tapi untuk hari biasa bisa dipastikan banyak kursi kosong. Ya memang, analisis ini tidak bisa memukul rata karena masih ada yang setia dengan bus dengan berbagai pertimbangan seperti tiket bus yang bisa didapat sesaat sebelum berangkat, jarak terminal yang lebih dekat dan jauhnya rumah dengan stasiun besar. Tahu sendiri lah ya, sekarang kereta hanya berhenti di stasiun besar.
Kembali ke telolet, sebagai orang dewasa, saya cukup terhibur memang dengan fenomena ini. Lucu saja gitu. Dengan menunjukkan tulisan om telolet om, sopir bus dengan senang hati menekan klakson bus dan pecinta telolet akan berjingkrak-jingkrak ( tapi memang ada si sopir yang mereka anggap pelit dengan telolet dan mereka sudah hafal). Bisa jadi ini adalah simbiosis mutualisme antara sopir bus dan warga yang kurang hiburan. Ya mereka sama-sama diuntungkan. Warga mendapat hiburan dan mungkin bagi sopir ini adalah sedekah murah yang hanya mencet doang. Siapa si yang nggak mau membuat orang gembira (ea ea eaaaa).
Bagaimana dengan pengguna jalan yang lain? Kan kendaraan tidak melulu bus tapi ada mobil, motor, truk atau bahkan sepeda. Apakah volume klakson yang wow ditambah dengan irama yang enak didengar (ini relatif lho ya) tidak mengganggu yang lain? Ya gimana ya, ketika artikel ini terbit sih memang belum ada komplain yang signifikan terhadap telolet ini.
Apakah ini termasuk inovasi yang akan mendongkrak konsumen? Mengingat, ternyata eh ternyata, untuk mendapatkan klakson yang ciamiik ini tidak murah lho ya. Biasalah, ada harga rupa ada rupa. Kalau untuk jumlah konsumen, belum bisa dipastikan memang, karena saat artikel ini ditulis, belum didapat laporan akan peningkatan jumlah konsumen.
Mari tutup tahun ini dengan memviralkan yang menghibur, hahahaa......Masyarakat sudah capek dan bosan dengan lelucon pemerintah yang nggak berpengaruh besar terhadap kehidupan mereka. Termasuk telolet ini. Kelompok ini bisa dibilang antimainstream. Menghibur diri di pinggir jalan brooo....apalagi jalan-jalan besar dimana dilalui kendaraan dengan big size juga. Yang penting masih dalam batas kewajaran antara penikmat dan penyaji. Awas, jangan terlena lho, nanti kalian minta telolet, yang bunyi ternyata telolet Isrofil kan berabe wkwkwkwkwk......buat P.O bus, semoga tambah sukses yaaa....




2 komentar:

  1. Wkwkwk, ya ampun. Saya suka terheran heran hal simpel kayak gini kok bisa viral ya...
    Salam kenal mak.

    BalasHapus
  2. biasa mbak, tradisi latah hehehehee...salam kenal juga

    BalasHapus

English_6thGrade_#4

  Cross a,b,c or d of the right answer! 1.       Kim :................? Ran: I am twelve a.        How are you                        ...