Rabu, 21 Januari 2015

sadness



Air Mata di Akhir Tahun
Entahlah, empat tahun rasanya begitu cepat. Empat tahun rasanya tak cukup bagiku untuk mengenalnya lebih jauh. Sosok yang hadir hanya beberapa saat lalu pergi menunaikan tugas. Dia memang diam. Tapi diamnya itu berfikir dalam, sedalam lautan, tinggi, setinggi angkasa, melayang. Overall, saya tahu, sebenarnya beliau juga berfikir tentangku, tentang semuanya....bagaimana kita bisa survive.
Terpisahnya jarak, tak berarti kami saling mengabaikan. Justru beliau yang selalu, setiap hari menelfon ke rumah, apalagi bila cucunya, dengan bahasa batitanya ingin ditelfon, untuk hanya sekedar memainkan kabel telefon rumah, sudah pasti dengan senang hati beliau untuk menelfon, meski terkadang salah mengartikan maksud sang cucu.
Bagi kami, beliaulah teladan, rendah hati dan murah hati. Meski sedikit terselip kekecewaan, kenapa anak-anaknya belum bisa meneladani beliau terutama etos kerja yang tinggi.
Beliau yang cerdas, nun, meski jauh, terpencil tempat beliau mengais rezeki, tapi selalu up-to-date. Meski beliau sudah berumur, tetapi pengetahuan beliau boleh diadu. Saya sendiri, tidak begitu menguasai ilmu eksakta, sedangkan beliau....can’t imagine...
31 Desember, 2014
Malam pergantian tahun. Kami kembali ke habitat, setelah seminggu berada di kampung. Tak seperti malam-malam sebelumnya....malam itu tak terdengar dering hape maupun telefon rumah. Ahhh....mungkin sedang traffic, atau signal error karena cuaca. Malam tahun baru yang hambar, karena sebelumnya, aku sudah mendengar kabar bahwa beliau akan mengambil cuti, yaaa...kangen keluarga apalagi cucunya ( dimana-mana orang tua selalu lebih sayang cucu daripada anaknya kan).
Pagi harinya, kita, kami mendapat kabar bahwa beliau pingsan, kami pikir hanya pingsan biasa. Tapi tidak...bukan itu....ternyata beliau sudah tak sadarkan diri sejak tadi malam. Oh..itu juga mungkin sebabnya, mengapa beliau tidak menelfon.
Siang itu pula, dua orang dari keluarga, bergegas mencari tiket pesawat, yaa....pasti untuk memastikan keadaan beliau. Singkatnya, habis ashar mereka bertolak ke Makasar...ternyata rumah sakitnya cukup jauh. Setelah enam jam perjalanan, barulah mereka sampai kota yang dituju. Kaget, sedih, shock, tentu saja.
Diantara teka-teki, perasaan yang tak tentu....hingga suatu siang, setelah shalat jumat, kabar itu datang. Malaikat Izrail telah menunaikan tugasnya. Semua memang telah tertulis, tak ada seorangpun bisa menggugat. Kami sambut awal tahun ini dengan berurai air mata. Selamat jalan, mungkin ini yang terbaik............................

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

English_6thGrade_#4

  Cross a,b,c or d of the right answer! 1.       Kim :................? Ran: I am twelve a.        How are you                        ...