Kamis, 10 November 2016

Guru Berpolitik???




Hadeeh, berat,berat topik ini makkk, ampunnn....
Akhir-akhir ini suhu dalam negeri merangkak naik. Mereka masih terlalu fokus sehingga lupa kalau Indonesia masih banyak utang yang harus dibayar, nun jauh di sana masih banyak sekolah perlu perbaikan, adik-adik kecil makan seadanya, aihhh....jadi ingat FP nona cantik yang menyebarkan gambar-gambar iba demi like dan ketik amin.
Ya, di tivi lokal bahkan internasional menyoroti dunia perpolitikan negara Indonesia dan ibukotanya. Sebagian besar orang mendadak jadi politikus dan menebarkan ideologinya. Entah benar, entah salah, mereka beramai-ramai menanamkan pahamnya baik melalui tulisan ataupun video. Tahu sendiri lah ya, sekarang ini akses informasi jadi semakin mudah. Pintar-pintarnya kita sajalah dealing with this.
Ya, sebagian besar, bahkan gurupun bisa terjun di dunia yang keras ini (lebay akut). Guru tak hanya mereka yang bekerja di sekolah, tapi lingkungan penebar ilmu seperti kursusan atau bisa majelis taklim.
Bagi mereka yang hendak berkuasa, guru memang dianggap sebagai posisi empuk. Kenapa? Karena guru mempunyai basis massa yaitu murid-muridnya.Intensitas pertemuan yang rutin dengan para murid dan kharisma yang dimiliki sang guru bisa menjadi daya magis untuk menggiring murid-murid ke tokoh dukungannya.
However, memang harus hati-hati lah ya. Jangan sampai terjadi pemaksaan kehendak dan terkesan membela yang bayar. Tidak perlu mengagungkan sebuah figur karena kita tidak tahu bagaimana nasib kedepannya.
Baik-baik sajalah ya dalam menempatkan diri. Kalau lagi di depan murid-murid nggak usah terlalu banyak berorasi. Cukup jawab kalau ditanya. Beware kalau bersuara karena bisa menjadi bumerang dan memperkeruh suasana. Lha kalau nanti suatu hari sang pujaan terperangkap kasus, kan kita juga yang tengsin. Noh, idolamu , hueekkkkk....Kecuali kalau berbicara di depan kader partai ya. Kita memang harus menggebu-gebu demi pilihan.
Overall, nobody’s perfect.Masa ini adalah masa yang sensitif, pilkades, pilkada, pilpres. Monggo yang mau bersinergi, harmonisasi (halah, bahasa apaan nih) tapi harus berhati-hati. Gini-gini, kita itu termasuk public figure lho (oh nooo). Guru itu kan terjemahan dasri digugu lan ditiru, ditaati dan ditiru. Posisi aman lebih oke. Jadi tim sukses? nggak ada larangan. Apalagi majelis taklim emak-emak, solidnya minta ampun, tahu sendiri kan the power of emak-emak hahahahaa. Tapi jangan terkesan maju tak gentar membela yang bayar. Menanamkan ideologi selow-selow sajalah, tugas utama guru kan mengarahkan ke kebaikan dengan jalan yang baik pula.  
Be wise. Hingar bingar jangan sampai nanar, seorang idola tak membuat gelap mata. Semoga pemilihan berjalan lancar ya. Mau kampanye nggih monggo asal jangan kampanye gelap. Gelap-gelapan itu nggak enak lho, nanti ujung-ujungnya setan, telat tiga bulan deh, eh jaka sembung......

2 komentar:

  1. Ember mbak, harus hati hati..terlalu banyak digesek dan diadu domba sih kitanya..harus bijak dalam menanggapi berita.

    BalasHapus
  2. Yup, keanekaragaman indonesia boleh dibanggakan tp ati ati, bs jadi alat buat mecah belah yg oke. Aduuh, jgn sampe lah ya perang saudara. Ngeri, ngeri

    BalasHapus

English_6thGrade_#4

  Cross a,b,c or d of the right answer! 1.       Kim :................? Ran: I am twelve a.        How are you                        ...