Minggu, 27 November 2016

School/Self Promotion-Ketika Filosofi Padi Digeser Filosofi Gandum






Bagi sebagian sekolah, masa-masa sekarang ini mulai disibukkan dengan mencari pelanggan eh salah, murid maksudnya. Karena ini bukan pemilu, jadi nggak ada istilah mendahului start ya. Apalagi sekolah swasta yang mempunyai otoritas sendiri. Perhaps ya, dengan memulai pembukaan registrasi  akan mendapatkan input oke, mereka para swing voter, eh maksudnya anak-anak yang belum menentukan sekolah lanjutan akan segera mempertimbangkannya. Apa Cuma open registration doang? Biasanya si enggak. Registration akan diiringi dengan kegiatan yang tujuannya mempromote sekolah tersebut. Selain memasang spanduk, mereka akan menyelenggarakan semacam open house yang biasanya diisi dengan berbagai perlombaan. Sah-sah saja lah ya, apalagi sekolah swasta yang memang nafas keuangannya bersumber dari siswa. Ada siswa, ada dana, nggak ada siswa ya tutup, bukanlah sesuatu yang hipokrit ya, everybody knows.
Open house, pentingkah? Dari segi marketing, itu penting meski dananya bisa jadi lebih wow. Dengan Open House, kita sekaligus memperkenalkan fisik sekolah dan elemen yang mendukung mulai dari guru sampai office boy. Tidak perlu formal dengan berjejer di depan dan menyediakan slide tapi dengan bentuk pelayanan yang diberikan, para tamu bisa menilai. Sebenarnya kegiatan tak harus melulu bersinggungan antar sekolah. Kegiatan yang lain bisa bersifat pelayanan terhadap masyarakat seperti bakti sosial, layanan kesehatan gratis, pasar murah, program kali bersih dan lain-lain. Kegiatan yang menyatu dengan masyarakat, terjun langsung, dapat melekatkan nama baik sekolah di hati mereka (aseeekkk).
Jika memang kita mampu, why not? Sekolah tak melulu mengandalkan guru atau siswa dalam mengenalkan sekolah. Kalau memang mampu mengadakan kegiatan besar yang bertujuan positif, kenapa tidak? Bukan bermaksud sombong sih ya tapi mengenalkan kalau kita better tanpa harus menjatuhkan yang lain. Ilmu padi di sini mungkin bisa jadi tidak relevan lagi. Tidak perlu merunduk kalau memang kita bisa. Show them that you can. Jika terus merunduk entar malah kebalap yang lain, eh. Sekarang kan jamannya google, jangan mengurung diri nanti jadi seperti katak dalam tempurung sedangkan mereka yang ngetop di google bakal jadi kiblat.
Tak perlu dipungkiri memang, sekolah saat ini berlomba-lomba dalam kualitas. Orang dengan tingkat ekonomi menengah ke atas mulai peka bahwa pendidikan adalah sebuah investasi . Apakah pendidikan mulai menjadi lahan bisnis? Kalau bisnis itu membawa kebaikan bersama, it’s okeylah ya. Sekolah menyediakan ruang dan fasilitas bagi para pembelajar dan berbagi rezeki dengan para pengajar. Yang penting dari sekolah tersebut memang terbukti better bukan hanya membual di booklet, poster atau apalah itu. Jadi apa yang sekolah tersebut promosikan ya memang yes, you’ve got the fact gitu lah intinya. Mulai dari kompetensi pendidik termasuk akhlaknya, fasilitas dan pelaksana lainnya seperti OB yang rajin dan ramah, administrasi yang sehat endebrew endebrew.
Seperti tanaman gandum. Makin berisi dia akan makin tegak. Bukan berarti tegak jadi congak, show off, pamer atau apalah itu istilahnya ya. Akan tetapi, dia akan menunjukkan kepada dunia (ceileee, terlalu luas ah) kalau memang mampu. Bukan dengan rendah hati yang kebablasan, menghilangkan kesempatan yang ada ( aduh, gagal fokus, ni malah ngomongin diri sendiri ).....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

English_6thGrade_#4

  Cross a,b,c or d of the right answer! 1.       Kim :................? Ran: I am twelve a.        How are you                        ...