Selasa, 24 Januari 2017

Mencintai Hujan



“Alasan apalagi yang akan kau lontarkan untuk menolak lelaki itu Kanya?”
Wanita muda itu terdiam mendengar celoteh kakaknya. Sesekali ia mengotak-atik ponselnya yang mengisyaratkan kejenuhan.
“Kak, aku masih ingin fo..”
“Ingin fokus ke karier maksudmu? Kan bisa sambil jalan. Toh kamu adalah wanita yang tidak ditakdirkan menjadi tulang punggung”, ujar kakaknya sambil mengelola emosi.
“Kalau semua wanita adalah tulang rusuk, lalu kenapa ibu selalu lebih sibuk dibanding ayah? Kenapa ibu yang membayar kebutuhan kita?”
“Kamu nggak tau apa-apa Kanya.”
“Aku punya mata dan telinga kak” bantahnya.
“Apa kau tidak mau seperti teman-temanmu yang memamerkan gaya lucu anak-anak mereka. Kamu sudah lebih pantas untuk hal itu.”
“Kakak baru punya anak setelah 10 tahun menikah. Dan dalam rentang waktu itu pula kakak jatuh bangun mempertahankan rumah tangga.”
Gadis itu mulai menaikkan tensi sementara sang kakak berharap tidak terjadi letupan yang berarti. Apa yang dikatakan adiknya memang ada benarnya. Tapi ia sangat ingin ada seorang pendamping yang bertanggungjawab atas adiknya setelah kematian ibunda dua tahun lalu. Lagipula, usianya sudah lebih dari cukup. Tiga puluh lima tahun, tak baik bagi wanita untuk terus-terusan melajang. Apakah aku orang yang begitu kolot?, tanyanya dalam hati. Dengan nada redup ia melanjutkan pembicaraan.
“Kurang apa sih Devan? Dia lelaki mapan dan baik akhlaknya.”
“Kenapa kakak begitu yakin? Suami Anita juga orang yang perfect pada awalnya. Tapi kenapa mereka bercerai ketika pernikahan baru seumur jagung?”
Kanya meninggalkan kakaknya terpaku sendiri. Gadis yang liat, keras kepala, batin Sonya.Apakah lingkungan yang membuatnya begini? Lingkungan yang carut marut hingga ia trauma, trauma dalam menjalin cinta dengan komitmen. Pengalaman memang guru yang terbaik tapi tak selamanya pengalaman yang terjadi pada orang lain juga merupakan fase yang harus kita lalui.
Sonya menuju dapur untuk menyiapkan makan malam di musim hujan ini. Entah kenapa musim hujan kali ini ia rasakan cukup lama. Mendung, gelap, basah, dingin membuat beku suasana.
Tak lama kemudian, ponsel Sonya berbunyi. Terlihat di layarnya sebuah panggilan, Devan. Hemmm...saatnya merangkai kata agar tak menyinggung perasaan pria.
“ Hallo, hai Devan. Maaf aku belum berbicara apapun dengan Kanya.”
“Oh, begitu. Apakah aku harus menunggu?”
“Sebaiknya kau mencari yang lain dulu, takut kamu kecewa.”
“Oh...” Ponsel ditutup dengan buncahan kekecewaan dari keduanya.
Jauh di ujung jalan, seorang wanita matang sedang menikmati sup jamur di restoran. Sendiri, hanya derai hujan sebagai kawan. Aroma jahe yang ada di hadapannya membuat hangat suasana.
Karena setiap orang memiliki poin kenyamanan yang berbeda-beda, katanya dalam hati.

1 komentar:

English_6thGrade_#4

  Cross a,b,c or d of the right answer! 1.       Kim :................? Ran: I am twelve a.        How are you                        ...