Senin, 30 Januari 2017

Seandainya Ibu Malin Kundang Menyumpahi dengan Hal Baik




Adalah suatu hal yang lumrah kalau dulu sewaktu kecil kita didongengi. Entah itu dengan tujuan agar cepat tidur, menasehati atau sekadar hiburan karena tidak ada tivi dan buku dongeng pun masih langka.
Sebagai orang yang pernah kecil, pernah mengenyam bangku sekolah, pasti sudah tidak asing dengan dongeng Malin Kundang. Kisah anak durhaka yang tidak mengakui perempuan renta sebagai ibunya. Dan sebagai balasannya, ia menjadi batu, kapal dagangnya karam, nggak usah ditanya pegawainya. Nggak diceritain apakah mereka menyelamatkan diri dengan sekoci atau turut serta tewas bersama majikannya. Ya, sudah sangat akrab sekali di telinga kita bahwa ucapan seorang ibu adalah doa. Seperti perpanjangan tangan Tuhan, jadilah maka terjadilah, meski pun itu buruk.
Menurut saya sendiri, dongeng itu sudah nggak kekinian mengingat dakwah agama sudah merajalela. Seburuk-buruknya anak, tetap saja tidak bisa memutuskan hubungan darah daging. Selain itu, tidak semua orang akan selamanya berkubang dalam keburukan. Alih-alih mengutuk hal yang buruk, mending kutukannya diubah “Semoga kelak jadi ahli agama, semoga menjadi pemimpin yang adil” dsb. Nah, siapa tahu ia kelak menjadi pak ustadz yang di kemudian hari justru mencari-cari sang ibu. Konon Imam Masjidil Haram, Syaikh Sudais menjadi imam lantaran ucapan sang ibu ketika beliau marah, “pergi sana, biar jadi Imam Masjidil Haram”. Subhanallah, bahkan dalam keadaan marah pun seorang ibu masih menjaga lisannya. Marah, mengutuk tapi dengan” kutukan yang baik”.
Sekarang bukan waktunya kutuk mengutuk. Sebagai seorang ibu, ada baiknya untuk lebih bisa bersabar. Kalaupun melontarkan kata-kata, hendaklah yang baik-baik, siapa tahu menjadi kenyataan. Anak yang tadinya bengal berubah menjadi baik. Bukankah Allah pemilik hati semua makhluk. Doakan saja semoga dibukakan hatinya agar lebih lembut. Let Him works mysteriously. Mengingat anak adalah investasi masa depan bahkan sampai orang tua meninggal pun, doa dari anak yang shalih bisa menerangi kubur.
Seandainya ibu Malin menyumpahi anaknya menjadi seorang ustadz, mungkin jalan ceritanya akan lain ya. Bisa jadi ia menjadi ustadz yang menyebarkan agama dan mencari ibunda, wow wow so sweet. Lha lha ngelantur nih. Anyway, ini Cuma sekadar tulisan akhir bulan. Mohon koreksinya kalau kurang. Feel free to comment.
Bukankah kasih ibu sepanjang jalan sedangkan kasih anak hanya sepanjang galah???

2 komentar:

  1. Sekalipun ini tulisan sederhana namun maknanya sangat layak untuk direnungkan kembali
    "Sekarang bukan waktunya kutuk mengutuk" saya setuju ini.

    Semoga kita semua bisa menjaga lisan kita agar tidak berkata negatif (apalagi mengutuk)

    salam saya

    BalasHapus
  2. Makasihhh kunjungannya pakdheee

    BalasHapus

English_6thGrade_#4

  Cross a,b,c or d of the right answer! 1.       Kim :................? Ran: I am twelve a.        How are you                        ...