Minggu, 15 Januari 2017

Menikah dengan Orang Kampung??? See this first :)




Dari judulnya kok sepertinya artikel ini mencari pembenaran atau sekedar menceritakan pengalaman pribadi, halahhh.....Bisa ditebak, bacaan ini merupakan bacaan ringan seringan kapas diterjang angin topan, jadi nggak usah difikirkan terlalu dalam. Masih banyak hal lain yang layak difikirkan kok, wkwkwkwkkkk....

Baiklah, back to title, menikah dengan orang kampung??? so what gitu loh. Eit, tapi kalau dipikir-pikir, menikah dengan orang kampung memang butuh sesuatu yang lebih, terutama di kantong. Jarak itu berbanding lurus dengan biaya, yang setuju, cunggg.....

Yang pertama, Sisihkan doku buat pulang kampung. Hahahaaa, bagi aktivis mudik, bukan suatu rahasia lagi bahwa biaya mudik itu menguras tabungan. Yang difikirkan bukan hanya soal transport saja, tapi juga recehan bukti tanda kasih sayang dari rantau, halah. Apalagi kalau pas hari raya dimana harga-harga melambung wuihhh.....Bisa dikatakan panas setahun diganti hujan sehari, kerja setahun dihabiskan dalam sehari hahahaaa.....

Yang kedua, berlatih bahasa kampung. Penting, penting nggak penting sih. Ini untuk menghindari kita cupu, nggak nyambung obrolan sampai dikerjain. Ada nih cerita, jadi pacar dari temen saya ini orang makassar. Nah dia dikerjain sama temen yang orang jawa, “Mas nanti kalau beli tempe, bilang tempenya tolong tambahin huruf K yah.” Whahahaaa, kontan saja penjual tempenya marah-marah sedangkan yang beli plonga-plongo karena nggak tahu arti. Ya memang si, biar aman, pakai bahasa persatuan saja, nggak usah sok pintar, karena bahasa daerah kadang sama lafal beda arti. Kalau bilang gedhang dengan orang Sunda dikasihnya pepaya bukan pisang layaknya orang jawa lhooo.

Next, mereka biasanya tahan banting, mental baja walau dihadapkan dengan dilema. Daripada mengadu dengan orang tua di kampung sedangkan di tanah rantau nggak punya saudara. Tapii ini BUKANLAH hal yang melegalkan kita untuk bertindak semena-mena ya. Hal itu justru membuat kita lebih respek, apresiasi (saya nggak bilang meng-iba yah) terhadap mereka orang rantau, jauh dengan siapa-siapa.

Selanjutnya, mempunyai pasangan yang dari kampung itu seperti punya villa juga. Iya, sambil menyelam minum air dong (klelep???). Apalagi kalau kampung yang masih asri, kanan kiri banyak sawah tanpa polusi ditambah dengan pemandangan gunung yang sejuk. Bayangkan kalau harus sewa villa, mihil. Kalau pulang kampung kan, piknik dapet, silaturahhim juga dapet ( ingat budget makkk). Yang penting tahu diri sajalah ya, jangan mentang-mentang gratis makan, beras panen, sayuran tinggal metik, eh pas pulang masih ngangkut-ngangkut khas kampung mulai dari padi sampai jerami (kalau tradisi ngangkut-ngangkut kayaknya penulis banget nih). Alibinya, mudik itu seninya ya bawa bawaan banyak dari udik hahahaaa.....

Furthermore, biasanya nih ya, biasanya lho, orang udik itu lebih hemat (entah perhitungan atau pelit, beda tipis euy). Lha iya, itu tadi, biar nggak menurunkan harkat dan martabat orang kota pas pulang nanti, intinya, money talks lah ya.
Ada yang mau menambahkan??? Pendapat-pendapat di atas Cuma sekedar tulisan yang menye-menye jadi nggak semua bisa dipukul rata lho ya. Have fun di tengah bulan yaaa....

6 komentar:

  1. Aku juga punya pengalaman yang sama sama mba Mei, soalnya mertua tinggalnya dikampung. Hehe

    Tapi aku pribadi seneng loh, tinggal di kampung.
    Enak soalnya masih rekat sama satu kampung, apa-apa dikerjain bareng, gotong royong :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. kalau aku dari kampung diboyong ke kota mbak, kuaget ki:)

      Hapus
  2. Hihi saya juga menikah dengan orang kampung mba Mei dan sekarang saya tinggal dikampung :) Tetap di syukuri 😇

    BalasHapus
    Balasan
    1. klo aku kebalikane mbak, urbanisasi pokoknya, jd kangen kmpung ehhh

      Hapus
  3. sy juga menikh dgn orang kmpung...melwari hutan2...perbtsn jawa barat jawa tengah...jalan kecil...ke pusat kota 2 jam..tp sok kota...sampai k adikku suruhnya manggil 'om'...pdhL sunda...blm lg bilang tmpt orangtuaku jg kampung...pdahal dua jm ke jkrta dan dkat tol...ke orangtuaku jg mertua 'jutek' dan sok pintarnya minta ampun...pdhal gk tamat SMP, smntaraa ortuku tmatan SMA...gaji suami jg hanya 1/3 gajiku dan gk pernah minta apa2 k mrtua...tp mertua dan adik ipar soknya minta ampunnn...aduuhhh gustiii...bgini klw nikah sama orang kampung pedalaman...

    BalasHapus
  4. untung ga tiap hari ketemu ya mbak sama orang kampung :)

    BalasHapus

English_6thGrade_#4

  Cross a,b,c or d of the right answer! 1.       Kim :................? Ran: I am twelve a.        How are you                        ...